Dokter anestesi akan memberikan obat dan memantau pasien dengan hati-hati untuk menghindari pemberian dosis obat yang berlebihan.
Selama penggunaan obat ini, dokter akan mengawasi pasien secara ketat terkait pernapasan, tekanan darah, kadar oksigen, fungsi ginjal, serta tanda vital lainnya.
Sementara itu, bicarakan dengan dokter tentang penggunaan obat ini pada anak.
Melansir Cleveland Clinic, meski sugammadeks dapat diberikan pada anak usia 2 tahun untuk kondisi tertentu, tindakan pencegahan tetap diperlukan.
Tanyakan lebih lanjut kepada dokter terkait aturan pakai obat ini. Pastikan Anda mengikuti saran dari dokter tentang penggunaannya.
Efek samping obat sugammadex

Seperti obat pada umumnya, sugammadeks juga memiliki risiko efek samping yang mungkin dialami oleh penggunanya.
Berikut adalah beberapa efek samping yang umum terjadi setelah penggunaan obat ini. Efek samping di bawah ini umumnya tak membutuhkan penanganan medis.
Namun, informasikan kepada dokter jika gejala terus berlanjut atau semakin parah hingga terasa sangat mengganggu.
- Mual.
- Muntah.
- Nyeri di area suntikan.
- Sakit perut.
- Nyeri otot.
- Kecemasan.
- Sakit kepala.
Selain itu, beberapa efek samping obat yang serius pun bisa terjadi. Jika Anda mengalaminya, segera hubungi dokter untuk mendapat penanganan.
- Denyut jantung lambat.
- Tekanan darah rendah.
- Kesulitan bernapas.
- Nyeri dada.
- Pusing atau kliyengan seperti akan pingsan.
- Sangat lemah atau lelah.
- Nyeri, gatal, atau terasa tidak nyaman pada mata.
- Reaksi alergi, seperti gatal-gatal, ruam kulit atau kemerahan, sulit bernapas, serta pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Tidak semua orang mengalami efek samping ini. Mungkin pula ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas.
Jika Anda khawatir tentang efek samping tertentu, silakan konsultasikan dengan dokter.
Peringatan dan perhatian saat pakai obat sugammadex
Sebelum menggunakan obat sugammadeks, beri tahu kepada dokter mengenai kondisi medis yang Anda miliki, terutama di bawah ini.
- Gangguan perdarahan atau pembekuan darah.
- Penyakit ginjal.
- Penyakit hati.
- Retensi cairan (edema).
- Detak jantung lambat.
- Alergi terhadap obat, terutama sugammadeks, makanan, pewarna, atau pengawet.
- Kadar trombosit yang rendah dalam darah.
- Gangguan pernapasan.
- Hamil atau berencana hamil.
- Menyusui.
Perlu Anda ketahui, sugammadex dapat membuat alat kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau suntik, menjadi kurang efektif, sehingga penggunaannya mungkin tidak cukup untuk mencegah kehamilan.
Oleh karena itu, Anda sebaiknya menggunakan kontrasepsi cadangan nonhormonal, seperti kondom, setidaknya 7 hari setelah Anda menerima sugammadeks jika ingin mencegah kehamilan yang tak diinginkan.
Sementara itu, terkait dengan penyimpanan obat, penggunaan obat sugammadeks umumnya hanya di rumah sakit oleh dokter anestesi serta tidak untuk disimpan di rumah.
Apakah obat sugammadex aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Tidak diketahui apakah penggunaan obat sugammadeks selama kehamilan akan membahayakan janin di dalam kandungan.
Meski begitu, penggunaan obat ini selama kehamilan hanya direkomendasikan jika manfaatnya melebihi risiko pada janin Anda.
Oleh karena itu, beri tahu dokter jika Anda sedang hamil atau berpikir Anda hamil sebelum mendapatkan obat ini.
Obat ini juga tidak diketahui apakah bisa masuk ke ASI dan membahayakan bayi Anda jika digunakan selama masa menyusui.
Jadi, beri tahu pula kepada dokter bila Anda sedang menyusui sebelum obat ini diberikan kepada Anda.
Dokter anestesi akan membantu Anda memutuskan apakah Anda perlu mendapat obat ini atau perlukah Anda berhenti menyusui jika menggunakan sugammadeks.
Tanyakan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut terkait hal ini.
Interaksi obat sugammadex dengan obat lain
Interaksi sugammadeks dengan beberapa obat lain dapat memengaruhi cara kerja obat dan meningkatkan risiko efek samping yang berbahaya.
Oleh karena itu, beri tahu kepada dokter mengenai semua obat yang sedang Anda konsumsi atau gunakan, terutama berikut ini.
- Obat untuk mencegah penggumpalan darah, seperti dabigatran, rivaroxaban, dan heparin.
- Obat antibiotik asam fusidat.
- KB hormonal, seperti pil, suntik, atau implan.
- Pengencer darah, seperti warfarin.
- Toremifene untuk mengobati kanker payudara.
Daftar di atas tidak menjelaskan semua kemungkinan interaksi obat. Catat semua produk yang Anda gunakan, termasuk obat resep, obat nonresep, vitamin, suplemen, dan produk herbal
Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar