Setiap hari, otak kebanjiran beragam informasi dan emosi, apalagi saat dilanda tekanan dari pekerjaan atau keluarga misalnya. Anda mungkin tak sadar kalau sedang stres berat atau dilanda gangguan kecemasan, misalnya karena ribut dengan pasangan.
Saat Anda terlelap dan masuk REM, amarah yang dipendam ini akan disalurkan lewat mimpi. Bila Anda tidak bermimpi apapun, itu berarti otak memindahkan amarah yang tadinya ditahan menuju alam bawah sadar. Maka, Anda tak perlu lagi menahan-nahan lagi emosi negatif terhadap pasangan.
Dengan begitu, Anda jadi bisa memfokuskan diri pada solusi atau penyelesaian masalah dengan pasangan, bukan pada emosi negatifnya.
Meski demikian, terlalu banyak tidur merupakan gejala depresi. Usahakan untuk tidur cukup sesuai dengan kebutuhan Anda.
Apa yang terjadi kalau sering kurang tidur?
Tahapan tidur yang dijelaskan di atas berlangsung layaknya siklus. Maksudnya setelah REM, Anda masuk lagi ke tahap pertama. Begitu seterusnya sampai Anda bangun. Maka, dalam semalam Anda bisa berkali-kali masuk REM. Bila Anda tidak sempat masuk REM atau hanya sekali saja, otak tidak sempat memproses emosi atau gangguan mental yang Anda hadapi.
Akibatnya, otak jadi kewalahan dengan segala beban pikiran serta emosi Anda. Inilah yang bisa memicu berbagai masalah, misalnya sebagai berikut:
- Susah konsentrasi
- Sulit mengingat
- Kesulitan mengambil keputusan
- Tidak mudah mempelajari hal-hal baru
Dengan berbagai masalah yang diakibatkan kurang tidur, otak Anda akan semakin kerepotan untuk menghalau kecemasan, stres, depresi, atau gangguan kejiwaan lainnya. Bila Anda mengidap insomnia, segera hubungi dokter. Insomnia bisa jadi salah satu gejala gangguan jiwa seperti bipolar, depresi, dan psikosis.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar