Meski beberapa orang bisa melalui kesedihan karena putus cinta selama beberapa hari saja, ternyata tidak sedikit pula yang sampai mengalami depresi karenanya.
Jadi, tidak heran jika ada yang menjadi sangat pendiam, suka mengurung diri di kamar, dan bahkan merasa harus membuat janji dengan psikolog usai putus cinta. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?
Apakah putus cinta bisa menyebabkan depresi?
Putus cinta sering kali meninggalkan kesedihan, kesepian, kemarahan, dan bahkan ketakutan.
Jika dibiarkan berlarut-larut, berbagai emosi negatif tersebut bisa mengganggu kesehatan mental Anda dan bahkan menyebabkan depresi.
Saat jatuh cinta, tubuh akan meningkatkan pelepasan hormon dopamin, oksitosin, dan serotonin yang membuat kebahagiaan membuncah.
Sebaliknya, saat putus cinta atau kehilangan orang tercinta, tubuh akan lebih banyak melepaskan kortisol dan adrenalin yang bisa menyebabkan stres dan mengacaukan mood Anda.
Gangguan mood dan depresi yang dialami oleh seseorang yang baru putus cinta bahkan bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya.
Beberapa contoh gangguan kesehatan akibat patah hati adalah obesitas, nyeri dada, dan gangguan tidur.
Ciri-ciri orang depresi karena putus cinta
Pada dasarnya, ciri-ciri depresi karena putus cinta sama dengan gejala depresi pada umumnya.
Seseorang yang sedang patah hati sering kali juga tidak menyadari bahwa kesedihan yang mereka alami sudah berkembang menjadi depresi.
Jika mereka tidak juga menyadarinya, berikut adalah beberapa gejala yang bisa Anda gunakan untuk membantu menyadarkannya.
- Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga.
- Merasa sedih, hampa, dan putus asa hampir sepanjang hari.
- Kehilangan semangat, energi, dan motivasi untuk beraktivitas.
- Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya.
- Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
- Merasa gagal, bersalah, dan tidak layak.
- Mudah kecewa, marah, dan tersinggung.
- Penurunan atau kenaikan berat badan drastis.
- Kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati.
Setiap orang bisa mengalami gejala depresi yang berbeda-beda sesuai tingkat keparahannya.
Pada kasus yang sudah cukup parah, jenis depresi ini bisa menimbulkan keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.
Pada umumnya, dokter spesialis kejiwaan akan mendiagnosis pasien dengan depresi jika berbagai gejala di atas berlangsung selama setidaknya enam bulan.
Cara mengatasi orang depresi karena cinta
Jika Anda sudah didiagnosis dengan depresi, dokter atau psikolog biasanya akan menawarkan psikoterapi dan meresepkan obat jika perlu. Pastikan Anda datang ke sesi terapi secara teratur dan minum obat sesuai resep.
Penanganan depresi karena putus cinta perlu dilakukan dengan tepat karena kondisi ini bisa menyebabkan masalah pada jantung yang disebut broken heart syndrome.
Selain menjalani perawatan dengan dokter atau psikolog, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi sekaligus mencegah depresi karena putus cinta.
1. Hindari stalking mantan
Membatasi kontak seminimal mungkin dengan mantan adalah langkah pertama yang perlu Anda lakukan untuk mencegah depresi karena putus cinta.
Jangan pula membanding-bandingkan proses move on Anda dengan mantan, sebab setiap orang menjalani proses move on dengan cara yang berbeda.
Usahakan untuk tidak terburu-buru mencari “pengganti” ketika mantan Anda sudah memiliki kekasih baru. Satu hal yang perlu Anda lakukan adalah menenangkan diri terlebih dahulu.
2. Akui perasaan Anda
Laman Psychological & Counseling Services menyebutkan bahwa salah satu cara berdamai dengan patah hati adalah mengakui bahwa Anda merasa sedih karenanya.
Itu artinya, jangan terlalu berusaha mengabaikan emosi negatif yang Anda miliki. Pengabaian emosi justru bisa membuat proses berdamai menjadi lebih sulit dan lama.
3. Jangan salahkan diri sendiri
Beberapa dari Anda mungkin menyadari bahwa penyebab putus pada hubungan kali ini adalah karena kesalahan yang Anda buat.
Depresi karena putus cinta bisa membuat Anda merasa menyesal dan bersalah. Meski begitu, bukan berarti Anda harus terus-menerus menyalahkan diri sendiri.
Sebaliknya, gunakan kesalahan tersebut untuk memperbaiki diri sehingga Anda tidak melakukannya lagi pada hubungan selanjutnya.
4. Lakukan sesuatu yang sempat tertunda
Memiliki kekasih bisa membuat sebagian orang melupakan hobi atau aktivitas lain yang selama ini disukainya. Apakah Anda juga mengalami hal yang sama?
Nah, alih-alih merenungkan kesedihan, Anda bisa memanfaatkan waktu setelah putus untuk melakukan impian, hobi, atau kegiatan yang sempat tertunda.
Putus cinta merupakan pengalaman yang amat pahit, tetapi kepergian orang lain sebenarnya bisa menjadi waktu bagi Anda untuk fokus pada diri sendiri.
5. Cari dukungan
Saat dilanda kesedihan, jangan ragu untuk menceritakannya pada orang-orang terdekat. Dengan begitu, Anda tidak akan merasa sendirian dan bisa mendapatkan dukungan moral.
Selain itu, Anda bisa memakai waktu yang selama ini digunakan untuk bertemu kekasih untuk menemui sahabat atau keluarga terdekat.
Cara ini diharapkan bisa memberikan kebahagiaan dan kesadaran bahwa masih banyak orang yang menyayangi Anda.
Entah berapa lama hubungan yang terjalin, perpisahan dengan orang tercinta memang tidak akan luput dari kesedihan.
Beberapa orang mungkin bisa pulih dalam hitungan hari. Namun, tidak sedikit pula yang harus meminta bantuan psikolog atau psikiater untuk keluar dari kesedihan tersebut.
Jadi, jangan malu untuk mencari bantuan ketika Anda merasakan gejala depresi usai putus cinta.
Kesimpulan
- Jika dibiarkan, kesedihan yang berlarut setelah putus cinta bisa menyebabkan depresi pada beberapa orang.
- Beberapa ciri depresi karena putus cinta adalah menarik diri dari lingkungan, kehilangan semangat, penurunan atau kenaikan berat badan drastis, dan munculnya perasaan gagal atau bersalah.
- Selain mendatangi psikolog atau dokter, depresi karena patah hati bisa diatasi dengan menghindari stalking mantan, melakukan sesuatu yang sempat tertunda, dan mencari dukungan.