Selama ini, depresi memang erat kaitannya dengan peristiwa traumatis atau sesuatu yang memberikan perubahan besar dalam hidup seseorang. Namun, depresi rupanya bisa terjadi tanpa berbagai penyebab tersebut. Ini dikenal sebagai depresi endogen.
Lantas, apalagi yang membedakan depresi endogen dengan depresi pada umumnya? Simak ulasan berikut untuk jawabannya.
Apa itu depresi endogen?
Depresi endogen adalah jenis depresi yang disebabkan oleh faktor internal, seperti ketidakseimbangan proses biokimia dalam tubuh atau genetika.
Dulunya, depresi memang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu endogen dan eksogen.
Berkebalikan dengan depresi endogen, depresi eksogen dianggap sebagai depresi yang disebabkan oleh faktor eksternal, seperti peristiwa traumatis.
Itu artinya, orang-orang dengan endogenous depression tetap memiliki gejala depresi meski tidak mengalami peristiwa traumatis.
Mereka tetap bisa mengalami gangguan suasana hati dan kehilangan minat pada hal yang disukainya.
Tanda dan gejala depresi endogen
Jika dilihat dari gejalanya, endogenous depression tidak memiliki perbedaan jauh dengan depresi pada umumnya.
Awalnya, gejalanya mungkin ringan, tetap bisa memburuk dengan cepat. Inilah salah satu alasan mengapa depresi sering kali baru disadari ketika seseorang beranjak dewasa, tepatnya pertengahan usia 20 tahun.
Menurut laman Revive Research Institute, berikut adalah beberapa gejala dari depresi endogen.
- Perasaan putus asa atau tidak berdaya terus-menerus.
- Apatis atau kehilangan minat pada hobi dan hubungan yang biasa dilakukan.
- Sulit fokus atau konsentrasi.
- Perubahan signifikan pada nafsu makan dan berat badan.
- Kerap mengalami sakit kepala, gangguan pencernaan, dan ketegangan otot.
- Tidak punya motivasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Setiap orang bisa memiliki gejala yang berbeda, termasuk yang tidak tertulis di atas. Jangan ragu untuk mendatangi psikolog jika Anda merasa ada yang salah dalam diri Anda alih-alih melakukan self-diagnosis.
Penyebab depresi endogen
Sejauh ini, penyebab depresi sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Faktor-faktor endogen dan eksogen lebih sering disebut sebagai faktor risiko alih-alih penyebab.
Itu artinya, endogenous depression adalah jenis depresi yang disebabkan oleh faktor risiko internal, seperti:
- susunan senyawa kimia pada otak,
- keturunan atau genetika,
- adanya anggota keluarga dengan kondisi serupa, atau
- pandangan hidup yang negatif.
Pengobatan depresi endogen
Pada dasarnya, perawatan untuk seseorang dengan depresi endogen sama dengan pengobatan depresi pada umumnya.
Setelah melalui proses diagnosis, psikolog atau dokter akan menentukan apakah Anda membutuhkan obat, terapi psikologis, terapi stimulasi otak, atau kombinasi beberapa terapi sekaligus.
1. Obat-obatan
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan selective serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) adalah obat yang paling umum diberikan pada seseorang dengan depresi endogen.
SSRI dan SNRI sama-sama bekerja dengan cara menjaga kadar zat kimiawi tertentu di dalam otak.
Meski sudah membaik usai minum obat-obatan, jangan pernah berhenti mengonsumsi obat ini tanpa petunjuk dokter.
2. Terapi psikologis
Jenis psikoterapi yang paling sering diberikan pada seseorang dengan depresi endogen adalah terapi perilaku kognitif (CBT).
Terapi ini akan membantu Anda mengelola pemikiran yang keliru sehingga Anda bisa memberikan respons yang lebih baik terhadap penyebab depresi.
Bila perlu, pasien bisa menerima terapi interpersonal (IPT) untuk memperbaiki interaksi dengan keluarga dan teman.
3. Terapi elektrokonvulsif (ECT)
Menurut laman American Psychiatric Association, ECT biasanya diberikan jika psikoterapi maupun obat-obatan tidak kunjung mengurangi gejala depresi.
Metode pengobatan ini juga kerap diberikan pada seseorang yang kondisinya sudah cukup buruk, contohnya mereka yang menunjukkan keinginan bunuh diri.
Terapi elektrokonvulsif dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik kecil ke otak untuk memicu kejang singkat.
Seseorang yang menerima perawatan ini akan berada di bawah obat bius dan melakukan perawatan sebanyak 6–12 kali.
Demi mendukung upaya pengobatan di atas, seseorang dengan depresi biasanya juga diminta untuk menerapkan pola hidup sehat. Dalam kondisi seperti ini, pasien sangat membutuhkan dukungan dari orang di sekitar.
Oleh karena itu, alih-alih menjauhinya, berikanlah dukungan mental pada seseorang dengan depresi supaya mereka senantiasa memiliki harapan untuk sembuh.
Kesimpulan
- Depresi endogen adalah depresi yang disebabkan oleh faktor internal, seperti ketidakseimbangan proses biokimia dalam tubuh serta genetika.
- Gangguan suasana hati dan kehilangan pada minat yang disukai adalah contoh gejala endogenous depression.
- Pengobatan untuk depresi endogen bisa dilakukan dengan obat-obatan, psikoterapi, dan terapi elektrokonvulsif.