Sebagian orang mungkin menganggap sarkasme sebagai bentuk ucapan yang menyinggung dan menyakitkan. Namun, bagi sebagian yang lain, sarkasme merupakan mekanisme pertahanan diri dan suatu bentuk komunikasi pasif-agresif.
Apa itu sarkasme?
Sarkasme atau sarcasm berasal dari bahasa Yunani “sarkasmos” yang berarti “robeknya daging.” Niat di balik sarkasme mungkin adalah bercanda atau main-main, tetapi sering kali menggunakan unsur permusuhan atau pertikaian yang tersamarkan.
Apabila Anda tumbuh dalam keluarga yang sering berkomunikasi dengan sarkasme, Anda mungkin akan berangsur-angsur tidak peka terhadap perbedaan candaan dengan ucapan sarkastik pada orang lain. Ini akhirnya menjadi bagian dari kepribadian seseorang.
Sementara itu, orang yang jarang mendengar sarkasme mungkin merasa heran akan betapa cepatnya otak orang-orang sarkastik dalam memproses dialog dan merangkai kalimat yang menyakitkan.
Mengutip dari laman Psychology Today, tindakan ini bisa berpotensi menyakitkan atau menyebabkan permusuhan dengan orang yang menerimanya. Hal ini sering berakibat pada kurangnya rasa percaya dan keamanan.
Tidak jarang, gaya komunikasi seperti ini menimbulkan kecemasan sosial atau perilaku defensif, sebab Anda tidak pernah tahu kapan ucapan sarkastik yang lain akan muncul.
Apakah menyampaikan sarkasme itu buruk?
Sarkasme adalah upaya terselubung untuk meredam emosi, takut, atau terluka. Cara ini bisa menjadi sarana bagi seseorang untuk mengurangi perasaan rapuh yang ia alami alih-alih mengakui perasaan yang mendasarinya.
Namun, apakah sarcasm selalu buruk? Mengutip laman Princeton University, kebanyakan dari kita tidak hanya menggunakan satu gaya komunikasi dalam setiap interaksi. Kita mungkin melakukan sikap asertif, pasif, agresif, dan pasif-agresif.
Sarkasme bisa menjadi mekanisme pertahanan diri yang dapat digunakan dalam berkomunikasi. Bahkan, komunikasi pasif dan agresif mungkin lebih baik pada beberapa kesempatan.
Contohnya jika Anda merasa takut akan disakiti. Gaya komunikasi pasif dapat membantu meredakan situasi dan gaya komunikasi agresif dapat mencegah masalah menjadi lebih buruk.
Selain itu, gaya komunikasi pasif dapat membantu ketika Anda menghadapi orang-orang yang menujukkan sikap agresif secara halus.
Ketika Anda mengucapan suatu hal secara sarkastik dengan maksud main-main, penting untuk mencoba melihat kepekaan orang lain terhadapnya.
Caranya dengan memeriksa respons mereka dan menanyakan bagaimana perasaan mereka tentang ucapan tersebut.
Bagi orang yang terbiasa menggunakan sarkasme dengan sesama anggota keluarganya, mereka mungkin terbiasa diajak bicara dan berbicara seperti itu. Namun, mereka sering kali tidak sadar bagaimana ucapan mereka menyakiti orang lain.
Dampak melakukan sarcasm
Jika Anda belum terlalu terlatih dalam melakukan komunikasi yang sarkastik, sebaiknya Anda memperhatikan dampaknya sebagai berikut.
1. Menyebabkan salah paham
John M. Grohol, Psy.D menyebutkan dalam Psychology Today bahwa kebanyakan orang yang menggunakan sarkasme mengharapkan si lawan bicara untuk mengenali kebalikan dari ucapannya.
Meski demikian, tidak semua orang mengetahui atau memahami maksud dari ucapan sarkastik tersebut. Hal ini cenderung membuat orang salah paham dan tersakiti.
Maka dari itu, Anda perlu mengenali respons dan tanggapan dari lawan bicara perihal sarkasme yang diberikan.