Bukan hanya sekedar menahan nafsu haus dan lapar, puasa rupanya juga berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Bukan hanya sekedar menahan nafsu haus dan lapar, puasa rupanya juga berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental.
Jika selama ini Anda sudah mengetahui bagaimana puasa bisa menyehatkan kondisi fisik, tahukah Anda bagaimana puasa bisa berpengaruh pada kesehatan mental?
Anda mungkin tidak merasakan manfaat puasa untuk kesehatan mental secara langsung pada hari pertama.
Pasalnya, tubuh Anda memang memerlukan waktu untuk beradaptasi terlebih dahulu dengan kebiasaan makan Anda yang baru.
Ketika tubuh Anda mulai terbiasa, barulah Anda bisa merasakan dampak positif seperti berikut.
Stres kerap terbentuk karena ketidakmampuan seseorang dalam mengelola emosi dan pikirannya.
Dengan jadwal makan yang teratur, seseorang akan memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik. Alhasil, kemampuan mereka dalam mengelola emosi pun ikut meningkat.
Selain itu, pengaturan jadwal makan selama puasa juga akan membantu menjaga kadar kortisol tetap terkendali.
Kortisol merupakan hormon yang diproduksi tubuh ketika stres. Saat kortisol diproduksi secara berlebihan, Anda akan lebih mudah merasa tersinggung hingga stres.
Ketika Anda mengurangi jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh karena puasa, tubuh akan mengaktifkan proses autofagi.
Autofagi merupakan proses detoksifikasi tubuh secara alami dengan membersihkan sel-sel yang rusak dan sudah tidak berfungsi. Selama proses ini, juga terjadi produksi sel pengganti yang baru.
Jika tidak dibersihkan, sel-sel yang sudah rusak bisa meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer atau Parkinson.
Selain itu, proses autofagi juga bisa meningkatkan kemampuan otak dalam mengingat sesuatu, menentukan keputusan, hingga memproses informasi.
Dengan adanya proses autofagi saat puasa, secara tidak langsung kesehatan mental Anda juga akan semakin terjaga.
Menurut studi terbitan The Journal of Nutrition, Health, & Aging, puasa intermiten membantu memperbaiki kesehatan mental dengan cara mengontrol ketegangan, kemarahan, dan gangguan mood lainnya.
Pada penelitian yang dilakukan kepada 31 orang laki-laki ini, perbaikan mood mulai terlihat pada minggu keenam dan mencapai hasil terbaik pada minggu keduabelas.
Hubungan antara puasa dan kesehatan mental ini berasal dari asupan kalori yang terjaga selama intermittent fasting.
Salah satu penyebab depresi adalah rendahnya produksi protein dalam otak yang disebut BDNF (brain-derived neurotrophic factor).
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annual Review Nutrition pernah membahas kaitan intermittent fasting dengan BDNF.
Pada studi terhadap tikus tersebut, puasa intermiten dengan ketentuan 16/8 (16 jam puasa, 8 jam jendela makan) memberikan hasil yang baik dalam meningkatkan BDNF.
Selain itu, produksi BDNF yang memadai selama puasa juga dapat mengurangi risiko gangguan kecemasan, bipolar, dan gangguan makan.
Jadwal dan asupan makan yang terjaga selama puasa akan membuat otak bekerja dengan lebih baik.
Karena asupan glukosa menurun, otak Anda akan mendapatkan sumber energi melalui keton yang diolah dari asam lemak.
Dengan adanya asupan keton pada otak, seseorang akan memiliki risiko lebih kecil untuk mengalami gangguan saraf.
Selain itu, keton juga berperan penting dalam melindungi sel-sel otak dari risiko peradangan.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, puasa intermiten juga dapat menjaga daya ingat dan kemampuan otak dalam mengambil keputusan.
Memiliki pola tidur yang teratur dan waktu tidur yang berkualitas merupakan dua hal penting untuk menjaga kesehatan mental selama puasa.
Saat puasa, Anda akan lebih mudah merasa lelah atau mengantuk pada malam hari. Tidur cukup akan membantu mengurangi stres sehingga berdampak baik bagi kesehatan mental Anda.
Suasana hati yang membaik selama puasa juga akan membuat Anda memiliki waktu tidur yang lebih berkualitas.
Dengan begitu, Anda diharapkan tidak terlalu sering terbangun atau memimpikan hal yang buruk ketika tidur.
Sadar atau tidak, puasa akan membuat seseorang lebih mengendalikan emosi sehingga dapat menjauhkan dirinya dari kebiasaan negatif, seperti marah-marah sampai berkelahi.
Puasa juga akan meningkatkan rasa empati pada seseorang yang mungkin setiap harinya masih kesulitan unuk mendapat makan dan minum yang lebih layak.
Dengan demikian, Anda juga bisa terhindar dari kebiasaan negatif seperti makan berlebihan.
Kebanyakan manfaat di atas memang diperoleh dari puasa intermiten. Meski begitu, ini bisa menjadi gambaran umum bahwa puasa pada dasarnya memberikan manfaat bagi kesehatan mental.
Selain itu, pemilihan menu berbuka puasa dan sahur juga akan berpengaruh pada manfaat puasa untuk kesehatan mental setiap orang.
Oleh karena itu, penting untuk tetap menjaga asupan makanan yang sehat selama berpuasa.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa
General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar