backup og meta

Trauma Dumping, Perilaku Menceritakan Trauma Tanpa Batasan

Trauma Dumping, Perilaku Menceritakan Trauma Tanpa Batasan

Curhat dengan orang terdekat bisa membuat pikiran dan perasaan Anda plong. Namun, hal ini mungkin berujung pada suatu perilaku yang disebut sebagai trauma dumping. Lalu, apakah Anda sudah tahu artinya dari trauma dumping? Simak pembahasannya di bawah ini.

Apa itu trauma dumping?

Trauma dumping adalah perilaku saat seseorang menceritakan trauma psikologis yang dialami secara berlebihan dan tanpa mempertimbangkan kenyamanan lawan bicara.

Seseorang trauma dumper kerap menceritakan emosi dan kisah kelam mereka secara tiba-tiba serta tanpa batasan.

Berbeda dari curhat atau konseling yang dilakukan secara sehat dan saling mendukung, trauma dumping pada umumnya berpotensi membuat lawan bicara merasa terbebani.

Komunikasi ini cenderung bersifat satu arah, di mana pendengarnya tidak memiliki ruang dalam memberikan feedback atau umpan balik yang membangun.

Perilaku yang bisa mengganggu hubungan ini sering kali dilakukan tanpa sadar, terutama ketika seseorang berada dalam situasi penuh tekanan.

Ciri-ciri trauma dumping

stres menangani kabar buruk

Penting untuk mengenali perbedaan antara trauma dumping dan curhat biasa. Beberapa ciri yang menunjukkan perilaku negatif ini adalah sebagai berikut.

  • Menceritakan pengalaman traumatis secara mendadak.
  • Berbagi informasi yang terlalu pribadi (oversharing) dengan orang yang belum dekat.
  • Tidak memberikan ruang bagi orang lain untuk berbicara dan menyampaikan pendapat.
  • Mengulang cerita yang sama berulang kali tanpa adanya perkembangan.
  • Mengabaikan reaksi pendengar meski sudah terlihat tidak nyaman dan terbebani.

Perilaku ini dapat terjadi di dalam percakapan secara langsung maupun melalui unggahan di media sosial.

Sebagai contoh, Anda terus-menerus bercerita tentang pengalaman putus cinta dengan mantan pacar tanpa mempertimbangkan apakah lawan bicara merasa tidak nyaman.

Pada konteks media sosial, contoh trauma dumping bisa terlihat dari unggahan yang cenderung sangat emosional sehingga berisiko memicu trauma bagi orang lain.

Unggahan ini seharusnya dibagikan dengan terapis psikologi ataupun orang terdekat yang siap dalam memberikan dukungan.

Tahukah Anda?

Trauma dumping dapat mengarah kepada kebiasaan membagi terlalu banyak informasi pribadi alias oversharing. Studi dalam Journal of Adolescence (2017) menemukan bahwa perilaku oversharing pada remaja berkaitan dengan depresi, perasaan rendah diri, dan kesendirian.

Penyebab seseorang melakukan trauma dumping

Beberapa alasan seseorang melakukan trauma dumping adalah sebagai berikut.

  • Kurangnya dukungan. Orang yang merasa kesepian atau tidak punya support system cenderung mencurahkan semua emosinya kepada siapa saja yang mau mendengarkan.
  • Mencari validasi. Seorang trauma dumper ingin didengar dan divalidasi oleh orang lain mengenai pengalaman yang telah dilaluinya.
  • Tidak menyadari batasan sosial. Trauma dumping bisa terjadi karena pelakunya tidak memiliki kesadaran akan batasan pada diri orang lain.
  • Mengalami trauma berat. Orang yang mengalami jenis trauma berat, seperti kekerasan seksual atau bullying, cenderung kesulitan dalam mengelola emosinya.
  • Kesulitan mengelola emosi. Seseorang yang kesulitan dalam mengatur emosi berisiko melepaskan beban emosionalnya dengan cara yang tidak sehat.

Cara berhenti melakukan trauma dumping

curhat masalah pernikahan pada teman dan keluarga

Kebiasaan membagikan trauma tanpa batasan bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Jika Anda merasa sering melakukan hal ini, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk menghentikannya.

Berikut ini adalah beberapa cara berhenti menjadi seorang trauma dumper yang bisa dilakukan.

1. Kenali batasan diri dan orang lain

Pahami bahwa tidak semua orang siap menanggung beban emosional Anda. Sebelum curhat, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah mereka siap mendengar dan menerima cerita saya?”

2. Carilah tempat yang tepat untuk berbagi

Alih-alih membagikan trauma kepada orang terdekat secara berlebihan, cobalah pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional, seperti konselor atau psikolog.

Mereka lebih siap untuk membantu Anda memproses emosi serta menghilangkan trauma masa lalu secara bertahap dengan cara yang tepat.

3. Latih kemampuan komunikasi yang sehat

Belajarlah untuk mengungkapkan perasaan melalui komunikasi yang sehat, misalnya gunakan kalimat seperti, “Aku sedang merasa sedih, bisakah kita bicara sebentar?”

Hal ini tentu akan lebih baik daripada Anda langsung meluapkan semua emosi secara tiba-tiba.

4. Fokus pada pemulihan

Daripada terus-menerus mengulang cerita yang sama, cobalah untuk mencari solusi atau langkah konkret untuk mengatasi masalah Anda.

Apabila perilaku ini dipengaruhi oleh suatu kondisi mental spesifik, misalnya gangguan stres pascatrauma (PTSD), lebih baik mencari bantuan profesional untuk mendapatkan strategi pemulihan yang benar.

Cara menghadapi trauma dumping

Menjadi “korban” trauma dumping dari orang lain tentu bisa menjadi tantangan sendiri, terlebih bila Anda tidak siap untuk mendengarkan pengalaman emosional secara tiba-tiba.

Berikut ini adalah beberapa cara menghadapi trauma dumping yang dapat Anda lakukan.

1. Tetapkan batasan yang jelas

Jangan ragu untuk menetapkan batasan. Ucapkanlah dengan sopan, “Aku siap mendukungmu, tetapi aku juga butuh waktu untuk diri sendiri. Bagaimana kalau kita bicara lagi besok?”

2. Arahkan untuk mencari bantuan profesional

Ketika Anda merasa tidak mampu menanggung beban emosional dari orang tersebut, sarankan mereka untuk mencari bantuan dari ahli kesehatan mental.

Cobalah untuk mengatakan, “Aku rasa ini sudah di luar kemampuanku. Mungkin sudah saatnya kamu bisa mencoba berbicara dengan psikolog.”

3. Jaga kesehatan mental sendiri

Pastikan Anda tidak mengorbankan kesehatan mental sendiri. Jika Anda merasa terbebani, luangkan waktu untuk diri sendiri dan lakukan aktivitas yang menenangkan.

Trauma dumping adalah perilaku yang dapat merugikan, baik bagi pelaku maupun penerimanya.

Dengan memahami lebih dalam mengenai perilaku ini, Anda dapat membangun hubungan yang lebih sehat serta saling mendukung satu sama lain.

Kesimpulan

  • Trauma dumping adalah perilaku menceritakan trauma yang dialami secara berlebihan dan tanpa mempertimbangkan kenyamanan dari lawan bicara.
  • Ciri-ciri dari perilaku ini adalah menceritakan pengalaman traumatis secara mendadak, mengulang cerita tanpa perkembangan, dan mengabaikan reaksi lawan bicara.
  • Untuk mengatasinya, penting untuk mengenali batasan, mendapat bantuan profesional, dan melatih komunikasi untuk membangun hubungan yang sehat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

What is trauma dumping? Examples, signs, and effects. (2024). Newport Institute. Retrieved March 5, 2025, from https://www.newportinstitute.com/resources/co-occurring-disorders/trauma-dumping/

What is trauma dumping? (2022). Cleveland Clinic. Retrieved March 5, 2025, from https://health.clevelandclinic.org/what-is-trauma-dumping

Trauma. (2023). Australian Psychological Society. Retrieved March 5, 2025, from https://psychology.org.au/for-the-public/psychology-topics/trauma

Trauma types. (2018). The National Child Traumatic Stress Network. Retrieved March 5, 2025, from https://www.nctsn.org/what-is-child-trauma/trauma-types

Coping after a traumatic event. (2021). Royal College of Psychiatrists. Retrieved March 5, 2025, from https://www.rcpsych.ac.uk/mental-health/mental-illnesses-and-mental-health-problems/coping-after-a-traumatic-event

Raun, T. (2017). “Talking about his dead child, again!” Emotional self-management in relation to online mourning. First Monday, 22(11). https://doi.org/10.5210/fm.v22i11.7810

Radovic, A., Gmelin, T., Stein, B. D., & Miller, E. (2017). Depressed adolescents’ positive and negative use of social media. Journal of adolescence, 55, 5–15. https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2016.12.002

Versi Terbaru

14/03/2025

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Jika Tidak Segera Dipulihkan, Efek Trauma Dapat Menurunkan Daya Ingat

4 Tanda Anda Trauma Menjalin Hubungan Baru dan Solusinya


Ditinjau secara medis oleh

Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi.

Psikologi · None


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 3 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan