Pernahkah Anda melihat korban kekerasan yang enggan dipisahkan dari pelakunya? Dalam kondisi ini, janganlah langsung menyalahkan korban. Pasalnya, mereka mungkin terjebak dalam kondisi yang disebut trauma bonding.
Apa itu trauma bonding?
Trauma bonding adalah ikatan emosional yang dirasakan seseorang terhadap orang lain yang melakukan kekerasan kepadanya.
Ikatan traumatis ini biasanya terbentuk antara korban dengan pelaku kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, penculikan, dan sejenisnya.
Bagi seseorang yang tidak pernah menjadi korban kekerasan, trauma bonding mungkin terdengar seperti hal yang aneh.
Sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang korban masih ingin dekat-dekat dengan pelakunya?
Namun, perlu Anda ingat bahwa pelaku kekerasan biasanya juga pandai melakukan manipulasi. Sebagai contoh, korban mungkin diberikan perlakuan manis atau hadiah setelah mendapatkan perlakuan kasar.
Pelaku akan membiasakan perlakuan tersebut supaya korban merasa bersyukur atas hal-hal kecil dan mengabaikan perlakuan buruk darinya. Inilah kondisi yang bisa membentuk ikatan traumatis.
Tanda-tanda trauma bonding
Mengutip laman Cleveland Clinic, berikut adalah berbagai ciri-ciri trauma bonding. Dengan mengetahuinya, Anda bisa lebih memahami seseorang yang sedang terjebak di dalamnya.
1. Mengabaikan tanda bahaya atau red flag
Ciri utama dari trauma bonding adalah mengabaikan tanda bahaya atau red flag pada pasangan, rekan kerja, atau orang lain yang sebenarnya memberikan perlakuan buruk.
Alih-alih melaporkan atau bercerita tentang apa yang dialaminya, seseorang yang terjebak dalam jenis trauma ini justru akan berusaha menyembunyikan perlakuan buruk yang diterimanya.
Keburukan pasangan, rekan kerja, atau pelaku lainnya sering kali justru disadari oleh orang lain, bukan korban. Akan tetapi, korban cenderung sulit menerima fakta tersebut dan berusaha menyangkalnya.
2. Menjauhkan diri dari orang lain
Karena berusaha menyembunyikan pengalaman buruk yang dialami supaya tidak terpisahkan dengan pelaku, korban trauma bonding berusaha menjauhkan diri dari orang lain.
Alasannya adalah karena korban merasa mendapatkan kasih sayang yang cukup dari pelaku. Ini seolah menutupi perlakuan buruk yang diberikan pelaku kepadanya.
Keputusan menarik diri atau mengisolasi ini sering kali juga disebabkan oleh rasa malu atas apa yang sedang terjadi.
Belum lagi, korban mungkin mendapatkan ancaman dari pelaku apabila menceritakan pengalamannya pada orang lain.
3. Tanda lainnya
Berikut adalah tanda lain yang mungkin ditunjukkan oleh korban ikatan traumatis.
- Berpikir bahwa pelaku punya alasan khusus dalam melakukan kekerasan. Tak jarang, korban justru tidak berhenti menyalahkan diri sendiri.
- Rasa sayang dan cinta yang terlalu dalam sehingga memaklumi perbuatan pelaku.
- Menganggap bahwa ia adalah satu-satunya orang yang bisa memahami pelaku sehingga justru merasa khawatir.
- Merasa berutang budi pada pelaku dan merasa bersalah jika meninggalkannya.
Penyebab trauma bonding
Trauma bonding terjadi karena perubahan emosi yang ekstrem dalam suatu hubungan, baik secara romantis maupun profesional.
Ketika korban mendapatkan perlakuan buruk, ia sebenarnya akan merasa sakit hati, takut, dan kebingungan.
Namun, ketika pelaku menunjukkan sedikit kebaikan, bantuan, atau kasih sayang, korban akan melihat kembali suatu harapan.
Perpaduan sakit hati dan kasih sayang inilah yang berpotensi menimbulkan ikatan emosional yang kuat. Seiring waktu, korban mungkin berpikir bahwa momen-momen baik itu lebih berharga dari yang buruk.
Laman Ivison Trust juga menyebut bahwa bagian amigdala pada otak yang bertugas untuk mengatur emosi dan ingatan mungkin lama-kelamaan akan terbiasa ketika korban mengabaikan suatu perilaku buruk.
Jika menerimanya berulang kali, otak korban mungkin memproses tindakan buruk tersebut sebagai hal yang biasa.
Cara mengatasi trauma bonding
Memutus ikatan traumatis bukanlah hal yang mustahil, tetapi memang membutuhkan waktu dan keyakinan yang kuat.
Jika Anda merasa menjadi korban kekerasan atau melihat orang terdekat Anda menjadi korban, berikut adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk keluar dari trauma bonding.
1. Sadari apa yang terjadi
Ketika Anda menerima perlakuan kasar, sadarilah bahwa itu adalah perilaku buruk yang tidak boleh ditoleransi.
Bila perlu, tuliskan perlakuan yang Anda terima dalam buku catatan agar Anda bisa membacanya berulang kali atau menunjukkannya kepada orang lain.
Karena tidak mudah bagi korban untuk menyadari perbuatan buruk pelaku, sudut pandang orang lain mungkin bisa membantu Anda untuk menyadari apa yang sedang terjadi.
2. Cari saran dari orang lain
Menjadi korban mungkin membuat Anda tidak bisa berpikir jernih, terlebih Anda mungkin lebih fokus pada kebaikan kecil yang diberikan pelaku.
Oleh karena itu, tak ada salahnya untuk meminta pendapat orang lain yang Anda percayai tentang situasi yang Anda alami.
Anda tidak perlu merasa malu atau bersalah saat menjadi korban kekerasan atau pelecehan seksual, sebab ini bukanlah kesalahan Anda. Anda berhak mendapatkan bantuan dari orang-orang terdekat.
3. Belajar mencintai diri sendiri
Melepaskan diri dari pasangan, teman, atau rekan kerja yang abusif bukanlah hal yang mudah. Anda mungkin akan lupa memberikan perhatian kepada diri sendiri di dalam prosesnya.
Meskipun sulit, usahakan untuk tetap melakukan hal-hal yang membawa kebahagiaan bagi diri Anda, entah itu menjalani hobi, menyambung kembali komunikasi dengan kerabat dekat, dan sebagainya.
Meningkatkan rasa percaya diri juga akan memudahkan Anda untuk terlepas dari bayang-bayang orang lain, termasuk hubungan yang menyebabkan trauma bonding.
Upaya melepaskan diri dari trauma bonding sering kali tidak mudah dan berakhir di tengah jalan. Anda kemungkinan juga akan membutuhkan bantuan orang lain.
Jika Anda merasa tidak mampu melakukannya sendiri, jangan ragu untuk mendatangi psikolog atau penyedia layanan bantuan terhadap korban kekerasan.
Kesimpulan
- Trauma bonding adalah ikatan emosional seseorang pada pasangan atau orang lain yang telah melakukan kekerasan kepadanya.
- Beberapa tanda seseorang telah mengalami ikatan traumatis adalah mengabaikan red flag, menjauhkan diri dari orang lain, dan berpikir bahwa setiap tindak kekerasan yang diterimanya didasari alasan tertentu.
- Penyebab trauma bonding adalah perubahan emosi ekstrem. Ketika dilakukan berulang kali, korban bisa menjadi lebih fokus pada sedikit kebaikan yang diberikan pelaku setelah melakukan kekerasan.
- Atasi trauma bonding dengan cara menyadari apa yang terjadi, mencari saran dari orang lain, serta belajar mencintai diri sendiri.