backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Playing Victim, Berperan Jadi Korban demi Tujuan Pribadi

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 05/09/2023

Playing Victim, Berperan Jadi Korban demi Tujuan Pribadi

Playing victim merupakah salah perilaku yang berkaitan dengan kesehatan mental ketika seseorang selalu merasa menjadi korban. Ada beberapa karakteristik yang ditunjukkan oleh orang-orang dengan perilaku ini. Simak uraian selengkapnya di bawah ini!

Apa itu playing victim?

Playing victim adalah pola perilaku seseorang yang menempatkan dirinya sebagai korban dalam berbagai situasi. Hal ini termasuk situasi yang benar-benar terjadi maupun hal yang hanya ada di pikirannya. 

Orang dengan perilaku ini biasanya merasa hidupnya tidak adil dan merasa tidak berdaya dalam mengubah keadaan.

Akibatnya, mereka mungkin terjebak dalam pola pikir negatif dan kesulitan mencari solusi atau jalan keluar. 

Seseorang biasanya melakukan perilaku ini untuk memanipulasi orang lain, mencari perhatian, hingga lari dari tanggung jawab. 

Tanda seseorang melakukan playing victim

pasangan manipulatif adalah

Perilaku playing victim bisa terlihat saat seseorang menghadapi masalah hingga berkomunikasi dengan orang lain. Berikut adalah beberapa contohnya

1. Lari dari tanggung jawab

Salah satu ciri-ciri dari sifat sering merasa dirinya korban adalah kerap lari dari tanggung jawab. 

Mereka biasanya menggunakan masalah atau kesulitan yang tengah dihadapi untuk lari dari tanggung jawab saat ini.

Caranya pun beragam dan salah satu yang paling sering mereka lakukan adalah membuat orang lain merasa bersalah

2. Tidak mengalami kemajuan dalam hidupnya

Orang dengan victim mentality umumnya bergantung pada belas kasihan dari orang lain. Akibatnya, mereka mungkin tidak mengalami kemajuan dalam hidupnya karena merasa tidak berdaya. 

Masalahnya, mereka mungkin tahu apa yang menjadi kendala dari masalah tersebut. Sayangnya, mereka tidak tahu apa yang akan direncanakan agar hidup mereka kembali melaju.

3. Pendendam

Sebuah studi yang dimuat dalam situs Scientific American menyebutkan bahwa orang-orang yang punya perilaku playing victim cenderung pendendam.

Orang-orang seperti ini akan mengingat kesalahan orang lain terhadapnya dan membuat orang tersebut merasa bersalah.

Kesalahan ini akan terus diungkit sebagai senjata ketika ada seseorang yang meminta pertanggungjawaban atas sesuatu. 

4. Tidak percaya diri

Tanda-tanda playing victim lainnya adalah tidak percaya diri. Pasalnya, mereka tidak percaya akan kemampuannya untuk mengendalikan hidup mereka. 

Alhasil, orang-orang seperti ini cenderung lebih patuh dan tidak percaya diri. Bila dibiarkan, kondisi ini bisa saja menyebabkan gangguan kecemasan atau depresi.  

5. Merasa tidak berdaya

Orang-orang yang selalu merasa menjadi korban sebenarnya bukannya benar-benar tidak berdaya.

Mereka justru memperlihatkan ketidakberdayaannya untuk memanipulasi atau memaksa orang lain untuk mendapatkan hal yang ia inginkan. 

6. Tidak percaya kepada orang lain

Sebenarnya, orang-orang dengan perilaku playing victim bukannya tidak memercayai orang lain. Mereka justru tidak percaya kepada dirinya sendiri.

Mereka justru membuat asumsi bahwa orang lain persis seperti mereka, yakni tidak bisa dipercaya. 

7. Tidak mau mengalah

Dalam suatu hubungan, orang dengan mental playing victim seringkali berdebat dan tidak mau mengalah. Ini karena mereka cenderung merasa bahwa dirinya selalu menjadi korban dalam situasi tersebut. 

Mereka merasa bahwa kekalahan atau kesalahan selalu disebabkan oleh faktor eksternal, bukan oleh kesalahan atau keputusan mereka sendiri. 

Dalam pandangannya, mengalah berarti mengakui kelemahan atau kesalahan. Hal ini tentu bertentangan dengan pandangan diri mereka sebagai korban.

8. Sering mengasihani diri sendiri

pasangan manipulatif

Orang dengan sikap playing victim juga sering mengasihani dirinya sendiri. Pasalnya, mereka cenderung melihat diri sendiri sebagai korban dalam setiap situasi. 

Mereka juga menganggap hidupnya tidak adil dan masalah serta kesulitan yang dihadapi di luar kendali mereka. Dengan mengasihani diri sendiri, mereka mencari perhatian dan simpati orang lain. 

Perilaku ini bisa menjadi cara mereka untuk mendapatkan dukungan emosional. Dengan begitu, mereka merasa dihargai atau dipahami dalam kesulitan yang dihadapi. 

9. Membandingkan diri dengan orang lain

Membandingkan diri dengan orang lain termasuk tanda playing victim. Ini lantaran orang yang sering berperan sebagai korban cenderung selalu membandingkan diri mereka dengan orang lain dengan cara yang tidak sehat. 

Mereka sering kali merasa kurang atau tidak puas dengan apa yang mereka miliki atau capai. Mereka juga merasa iri atau cemburu terhadap kesuksesan atau prestasi orang lain.

10. Menjauhi orang-orang

Jika orang dengan mental korban seperti ini menghadapi masa sulit dengan seseorang, mereka cenderung akan menjauhi orang tersebut. Perilaku ini tentu bisa menciptakan hubungan yang tidak sehat. 

Dampaknya, orang dengan sikap playing victim sering merasa kesepian atau terisolasi karena hubungan sosial mereka terganggu.

Mereka cenderung menghindari orang lain untuk menghindari kritik atau konfrontasi. Mereka juga merasa bahwa tidak ada yang benar-benar memahami atau peduli pada dirinya.

Cara menghadapi orang dengan sikap playing victim

Anda mungkin tidak bisa langsung memutus hubungan dengan orang-orang yang sering playing victim. Untungnya, ada beragam cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi masalah ini.

1. Tetap objektif

Saat berhadapan dengan orang yang bermental korban, cobalah untuk tetap objektif dan tidak terbawa emosi. Jangan memperkuat perasaan mereka sebagai korban dengan memberikan reaksi berlebihan.

2. Hindari memberikan terlalu banyak simpati

Memberikan terlalu banyak simpati dapat memperkuat perilaku playing victim. Cobalah untuk memberikan dukungan yang konstruktif dan membantu mereka mencari solusi.

3. Membuat batasan

Menetapkan batas saat berhubungan dengan orang bermental korban sangatlah penting untuk menjaga kesehatan emosional dan hubungan yang sehat.

Pahami apa yang membuat Anda merasa tidak nyaman atau terbebani ketika berinteraksi dengan orang-orang seperti ini. 

Selain itu, putuskan batas yang ingin Anda tetapkan dalam hubungan tersebut dengan tegas.

Sebagai contoh, Anda dapat menetapkan batasan pribadi terkait waktu dan frekuensi berbicara dengan mereka atau tentang topik-topik tertentu yang bisa Anda diskusikan.

4. Memberikan contoh positif

Tunjukkan contoh sikap positif dan tangguh dalam menghadapi masalah. Bantu mereka melihat bahwa mengatasi tantangan adalah bagian normal dari kehidupan.

5. Memutuskan hubungan

Memutuskan hubungan dengan orang yang berperilaku playing victim merupakan keputusan pribadi yang tidak diambil dengan mudah.

Namun, ada beberapa situasi yang bisa menjadi pertimbangan bagi Anda untuk mengakhiri hubungan tersebut, seperti: 

  • tidak ada perubahan atau kemajuan, 
  • hubungan telah memicu stres hingga depresi, 
  • mereka tidak mau bertanggung jawab, 
  • adanya perilaku manipulatif atau gaslighting, dan
  • hubungan terasa tidak seimbang. 

Itu tadi sederet informasi seputar playing victim, mulai dari ciri-ciri hingga cara menghadapinya. Bila Anda merasa memiliki tanda-tanda di atas, sebaiknya datangi ahlinya untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 05/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan