Pada empat penelitian berikutnya, peneliti juga meminta peserta untuk tidak terlalu memperhatikan pakaian orang yang ada di gambar. Para peserta diimbau lebih berfokus terhadap wajah orang tersebut dibandingkan hal-hal lainnya.
Walaupun demikian, data menunjukkan bahwa instruksi tersebut tidak memberikan dampak yang cukup besar terhadap hasil akhir. Pasalnya, delapan studi pertama peserta tetap memasukkan cara berpakaian sebagai faktor penentu penilaian terhadap orang lain sebanyak 83%.
Sementara itu, pada penelitian ke-9 peneliti mencoba metode lain yaitu membuat peserta memilih wajah yang lebih berkompeten tanpa dipasangkan dengan pakaian terlebih dahulu.
Hasilnya pun tidak begitu terlalu berbeda karena sekitar 70% peserta tetap menganggap mereka yang memakai pakaian mahal terlihat lebih mampu.
Dampak menilai orang lain lewat pakaian mereka

Pada akhir penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kebanyakan peserta sulit mengendalikan naluri alamiah untuk menilai kepribadian lewat cara berpakaian mereka.
Mereka juga berpendapat bahwa pakaian yang merupakan bagian dari status ekonomi juga memengaruhi penilaian peserta. Efek pakaian terjadi dalam berbagai kondisi yang diberikan oleh peneliti, termasuk ketika mereka memperingatkan peserta untuk tidak terlalu melihat pakaian.
Maka dari itu, penelitian ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa masyarakat dengan status ekonomi yang lebih rendah cenderung kurang dihormati dan tidak dianggap berkompeten.
Salah satu tantangan yang mungkin mereka hadapi adalah kesan pertama yang cenderung muncul dalam waktu singkat. Akibatnya, menilai kepribadian seseorang lewat cara berpakaian pun tidak dapat dihindari.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar