backup og meta

Malingering, Perilaku Pura-Pura Sakit untuk Keuntungan Pribadi

Malingering, Perilaku Pura-Pura Sakit untuk Keuntungan Pribadi

Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang suka pura-pura sakit untuk mangkir dari janji atau tanggung jawabnya? Nah, bisa saja orang tersebut mengalami sindrom “pura-pura sakit” atau yang dalam dunia psikologi disebut malingering.

Apa itu malingering?

Definisi malingering dijelaskan dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fifth Edition atau lebih dikenal sebagai DSM-5.

Malingering adalah istilah untuk menggambarkan perilaku seseorang yang berpura-pura sakit dengan menunjukkan gejala gangguan mental atau fisik yang palsu maupun terlalu berlebihan.

Perilaku ini bertujuan untuk menghindari tanggung jawab dan mendapatkan keuntungan pribadi. Berikut adalah beberapa contohnya.

  • Menghindari tanggung jawab hukum atas tindakan yang telah mereka lakukan.
  • Mendapatkan insentif, seperti klaim asuransi atau tunjangan kecelakaan kerja palsu.
  • Menghindari kewajiban militer atau pelayanan negara.
  • Mendapatkan obat-obatan atau dukungan medis yang sebenarnya tidak diperlukan.

Para ahli tidak mengklasifikasikan malingering sebagai gangguan mental. Hal ini karena mereka yang pura-pura sakit melakukannya secara sengaja untuk tujuan tertentu.

Sebaliknya, gangguan mental akan memengaruhi fisik dan psikologis seseorang. Pasien mengalami gejalanya tanpa adanya niat untuk memanipulasi atau mencari keuntungan.

Ciri-ciri orang dengan perilaku malingering

ciri-ciri malingering

Menurut DSM-5, seseorang dicurigai melakukan perilaku malingering bila memiliki salah satu atau beberapa kombinasi ciri seperti berikut.

  • Sedang berada dalam kondisi medikolegal. Medikolegal merupakan ilmu medis yang berkaitan dengan hukum. Dalam kondisi ini, perilaku malingering akan kambuh bila seseorang sedang berada atau terlibat dalam kasus hukum tertentu.
  • Cenderung tidak bisa diajak kerja sama dan melanggar peraturan. Pelaku tak hanya memalsukan status kesehatannya, tetapi kerap kali melanggar peraturan dan tidak kooperatif bila diminta untuk bekerja sama.
  • Mengeluhkan gejala yang berlebihan. Orang dengan malingering akan mengeluhkan gejala yang berlebihan dan mengatakan bahwa ia mengidap penyakit yang parah.
  • Memiliki gangguan kepribadian antisosial. Pelaku umumnya bersikap antisosial serta tidak mau menghargai hukum dan norma sosial yang berlaku.

Malingering vs sindrom Munchausen

Meski sama-sama ditandai dengan perilaku berpura-pura sakit, malingering berbeda dengan sindrom Munchausen atau juga dikenal sebagai factitious disorder.
Jika malingering didasari atas keuntungan atau tujuan tertentu, sindrom Munchausen hanya dilakukan demi mendapatkan perhatian orang lain.

Penyebab malingering atau berpura-pura sakit

DSM-5 menjelaskan bahwa perilaku ini terkait dengan gangguan kepribadian antisosial atau antisocial personality disorder (ASPD).

Seorang pengidap ASPD cenderung menunjukkan perilaku tidak bertanggung jawab bahkan cenderung mengarah pada tindakan kriminal.

Penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry (2015) juga menjelaskan bahwa malingering kerap ditemui pada pengidap depresi mayor.

Selain kedua kondisi tersebut, berikut beberapa alasan mengapa seseorang menunjukkan perilaku berpura-pura sakit.

  • Berusaha menghindari hukuman dalam kasus kriminal tertentu.
  • Keinginan untuk menggunakan obat-obatan terlarang atau menyalahgunakan obat.
  • Harus atau sedang menjalani kewajiban militer sehingga memalsukan kesehatannya agar mendapatkan keringanan.
  • Ingin memperoleh tunjangan pekerjaan atau asuransi sehingga melakukan klaim palsu.

Diagnosis perilaku malingering

Tidak ada pemeriksaan khusus guna mendeteksi malingering, kecuali pemeriksaan medis bisa menunjukkan bukti bahwa pasien tersebut tidak sedang sakit. 

Sementara itu, ahli kesehatan mental akan mendiagnosis kondisi ini dengan cara memberikan berbagai pertanyaan pada seseorang yang dicurigai.

Pelaku umumnya akan menunjukkan tanda dan gejala berikut selama pemeriksaan mental.

  • Mudah tersinggung dan berkelit saat memperoleh pertanyaan terkait dengan kesehatan atau penyakit yang sedang dideritanya.
  • Ketika ditanyakan akan mengelak dan memberikan jawaban yang berbelit-belit.
  • Tidak segan-segan melayangkan ancaman bunuh diri.

Dari berbagai pertanyaan yang dilayangkan secara terus-menerus, umumnya pelakunya akan memberikan jawaban secara tidak konsisten.

Hal inilah yang kemudian dapat menandakan bahwa orang tersebut hanya berpura-pura saja.

Cara menangani orang yang melakukan malingering

dokter andrologi di jakarta

Tidak ada pengobatan untuk malingering, sebab ini bukanlah penyakit fisik atau gangguan mental.

Dalam ruang lingkup medis, seseorang bisa berpura-pura sakit untuk alasan tertentu, misalnya menghindari jadwal pemeriksaan rutin dengan dokter.

Berikut adalah beberapa cara yang umumnya dilakukan dokter dan tenaga medis untuk menangani pasien dengan perilaku ini.

1. Biarkan beberapa saat

Biarkan dan amati pelaku selama beberapa saat untuk mengekspos kepura-puraannya. Biasanya, pelaku malingering sulit mempertahankan kondisi pura-pura sakit dalam waktu yang lama.

2. Lakukan tes dan cek riwayat medis

Pelaku malingering biasanya tidak memiliki cukup pengetahuan tentang gejala penyakit yang ia “alami”. Ia pun akan kesulitan meniru reaksi yang seharusnya terjadi pada tubuhnya.

Kondisi ini dapat terdeteksi melalui pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Gejala yang tidak konsisten juga akan terlihat saat dokter mengecek riwayat medis orang tersebut.

3. Lakukan sesi tanya jawab

Dokter atau tenaga medis akan melakukan sesi tanya-jawab dengan menanyakan beberapa pertanyaan secara bertubi-tubi dalam waktu yang cukup lama.

Hal ini akan membuat pelaku merasa kewalahan “mengarang” jawaban secara kilat. Akibatnya, ia akan memberikan jawaban yang tidak konsisten dan bertentangan dengan kondisinya.

4. Evaluasi psikologi

Jika dokter mencurigai bahwa seseorang sedang berpura-pura sakit, orang tersebut mungkin akan diarahkan untuk menjalani evaluasi dengan psikolog

Psikolog juga akan melakukan wawancara untuk mengetahui apakah seseorang memberikan jawaban yang jujur atau melebih-lebihkan kondisi sebenarnya.

Kesimpulan

  • Malingering artinya adalah perilaku berpura-pura sakit dengan tujuan menghindari tanggung jawab atau mendapatkan keuntungan tertentu.
  • Kondisi ini tidak termasuk ke dalam klasifikasi gangguan mental menurut DSM-5, sebab dilakukan secara sadar dan disengaja.
  • Diagnosis dilakukan dengan mengamati tanda-tanda yang tidak konsisten pada jawaban dan perilaku pelaku, serta melakukan evaluasi secara medis dan psikologis.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Malingering. (2010). Psychology Today. Retrieved August 3, 2023, from https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/malingering

Alozai Uu, McPherson PK. (2022). Malingering. StatPearls. Retrieved August 3, 2023, from  https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507837/

Tracy, D. K., & Rix, K. J. (2017). Malingering mental disorders: Clinical assessment. BJPsych Advances, 23(1), 27-35. https://doi.org/10.1192/apt.bp.116.015958

Hong, V., Pirnie, L., & Shobassy, A. (2019). Antisocial and borderline personality disorders in the emergency department: Conceptualizing and managing “Malingered” or “Exaggerated” symptoms. Current Behavioral Neuroscience Reports, 6(4), 127-132. https://doi.org/10.1007/s40473-019-00183-4

Monaro, M., Toncini, A., Ferracuti, S., Tessari, G., Vaccaro, M. G., De Fazio, P., Pigato, G., Meneghel, T., Scarpazza, C., & Sartori, G. (2018). The Detection of Malingering: A New Tool to Identify Made-Up Depression. Frontiers in psychiatry, 9, 249. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2018.00249

American Psychiatric Association. DSM-5 Task Force. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders: DSM-5.

Versi Terbaru

21/08/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Ini Cara Membedakan Orgasme Betulan dan yang Pura-pura

Berbohong Ternyata Bisa Bikin Candu, Apa Alasannya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 21/08/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan