backup og meta

Grup WhatsApp Keluarga Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Grup WhatsApp Keluarga Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Selain menyebarkan informasi terkait hal-hal remeh hingga serius, ternyata grup percakapan keluarga seperti di WhatsApp dan media sosial lainnya dapat mengganggu kesehatan mental Anda. Terlebih lagi, ketika grup tersebut berisi keluarga besar yang memiliki pola pikir bermacam-macam. 

Sebenarnya, bagaimana grup keluarga di WhatsApp dan platform lainnya dapat memengaruhi kesehatan mental anggotanya? 

Grup WhatsApp keluarga bisa pengaruhi kesehatan mental 

cara detoks sosmed

Pernahkah Anda merasa risih ketika berada dalam sebuah grup WhatsApp keluarga karena topik percakapan mereka membuat khawatir? Entah itu seputar berita yang belum diketahui kebenarannya alias kabar hoaks atau topik yang sangat sensitif dibicarakan, seperti rasisme dan isu agama.

Akibatnya, anak muda cenderung mengabaikan pesan dalam grup keluarganya sendiri karena malas berdebat menghadapi orangtua. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang mengakui bahwa grup WhatsApp keluarga memengaruhi kesehatan mental secara tidak langsung. 

Menurut sebuah penelitian dari American Psychological Association, sering memeriksa pesan atau e-mail pada ponsel atau komputer berkaitan dengan tingkat stres seseorang. Apa yang dikonsumi di layar ponsel atau monitor adalah mater-materi yang menimbulkan kegelisahan hingga gangguan mental.

stres pemilu smartphone

Di dalam penelitian yang melakukan survei kepada peserta ini, para peneliti membuat poin 1-10. Angka 1 artinya sedikit atau tidak stres dan angka 10 adalah stres berat

Hasilnya, rata-rata angka yang didapatkan dari peserta yang menjawab survei adalah 5,3. Sementara itu, bagi mereka yang jarang memeriksa ponselnya memiliki poin yang lebih rendah, yaitu 4,4. 

cara bijak menggunakan media sosial

Mengapa grup WhatsApp keluarga termasuk grup obrolan yang memengaruhi kesehatan mental? Alasannya, grup keluarga kadang menimbulkan perasaan tak nyaman kepada penggunanya. Misalnya, dalam grup itu tidak ikut mengucapkan selamat ulang tahun atau duka.

Di grup keluarga juga kadang banyak anggotanya senang berbagi informasi hal-hal yang mungkin menurut anak muda tidak penting. Nah, sangat melelahkan bagi peserta grup lain untuk mengabaikannya karena merasa tidak enak. Akibatnya, tidak jarang grup WhatsApp keluarga yang terpaksa dibaca tersebut memengaruhi kesehatan mental Anda.

Kondisi berbeda dengan grup percakapan kantor. Anda tidak perlu merasa tidak enak untuk mengabaikannya karena kadang itu bukan bagian dari tugas Anda. Jadi, tingkat stres-nya pun berbeda.

Bagaimana dengan maraknya berita bohong di grup keluarga?

menyebarkan berita hoax

Sebenarnya, salah satu faktor yang menyebabkan grup WhatsApp keluarga berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang adalah berita bohong. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hoaks atau berita bohong sering disebarkan oleh anggota keluarga di WhatsApp.

Sebagai contoh, ketika masa pemilihan umum berlangsung, tidak jarang berita-berita yang menjatuhkan salah satu calon pasangan beredar di grup atau media sosial. Di antara ratusan berita yang disebarkan, jumlah berita yang berisi kebohongan ternyata cukup banyak.

Membaca berita hoaks alias berita bohong ternyata dapat memengaruhi kesehatan mental meskipun hanya membacanya dari media sosial. Dilansir dari Psycom, dengan banyaknya informasi yang salah dianggap sebagai kebenaran, tidak sedikit orang yang mengalami stres akibat dari judul sebuah berita.

Hoaks memang dirancang untuk memanipulasi opini masyarakat, terutama mereka yang jarang memeriksa kebenarannya di sumber lain. Selain itu, berita bohong juga sering menimbulkan perasaan marah, curiga, dan cemas yang mampu memengaruhi pemikiran Anda.

Terlebih lagi, ketika berita dari grup WhatsApp tersebut ternyata terbukti palsu juga memunculkan perasaan marah dan frustrasi. Kondisi ini biasanya berlaku pada pembaca yang merasa tidak berdaya ketika menghadapi berita palsu untuk memanipulasi opini publik.

Oleh karena itu, ketika menerima kabar bohong atau berita hoaks yang tersebar di grup WhatsApp keluarga, tidak jarang Anda merasa frustasi dan kesehatan mental pun terganggu.

Tips menjaga kesehatan mental di era kemajuan teknologi

Tidak hanya grup keluarga di WhatsApp yang dapat memengaruhi kesehatan mental Anda, ternyata media sosial lainnya pun juga memberikan dampak yang sama. Menghindari grup chat mungkin akan mudah, tetapi bagaimana dengan media sosial lainnya? 

Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan dalam menjaga kesehatan mental di era kemajuan teknologi. 

Mengurangi waktu penggunaan

etika komplain media sosial

Salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan mental dan terhindar dari grup chat media sosial adalah mengurangi waktu penggunaan

Mengurangi penggunaan media sosial hingga 10 sampai 30 menit sehari ternyata dapat menurunkan tingkat kecemasan, depresi, dan gangguan tidur. 

Walaupun demikian, Anda tidak perlu mengurangi penggunaan media sosial secara drastis untuk menjaga kesehatan mental. 

Mengalihkan perhatian

olahraga untuk osteoarthritis

Selama ‘berpuasa’ dari media sosial, tidak jarang keinginan untuk membuka kembali ponsel cukup besar karena tidak melakukan apapun. Maka itu, menjaga kesehatan mental agar terhindar dari grup WhatsApp dan platform lainnya dapat dilakukan dengan mengalihkan perhatian. 

Mengalihkan perhatian dari keinginan membuka media sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

  • menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman, seperti bertemu langsung
  • melakukan hobi atau menemukan hobi baru, seperti melukis atau membaca
  • mengisi waktu dengan hal-hal yang sehat, seperti rutin berolahraga
  • menenangkan dan merilekskan pikiran dengan dikelilingi oleh alam

Walaupun demikian, grup Whatsapp keluarga tidak selalu berdampak buruk terhadap kesehatan mental anggotanya. Terkadang, Anda bisa mendapatkan manfaat dari media sosial untuk kesehatan, baik mendapatkan informasi maupun berkomunikasi dengan orang lain.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Bethune, S., & Lewan, E. (2017). Survey Finds Constantly Checking Electronic Devices Linked to Significant Stress. Retrieved 27 February 2020, from https://www.apa.org/news/press/releases/2017/02/checking-devices 

Cheever, N., Rosen, L., Carrier, L., & Chavez, A. (2014). Out of sight is not out of mind: The impact of restricting wireless mobile device use on anxiety levels among low, moderate and high users. Computers In Human Behavior, 37, 290-297. doi: 10.1016/j.chb.2014.05.002 Retrieved 27 February 2020. 

Robinson, L. (2020). Social Media and Mental Health. Retrieved 27 February 2020, from https://www.helpguide.org/articles/mental-health/social-media-and-mental-health.htm 

Versi Terbaru

29/02/2020

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Rachmadin Ismail


Artikel Terkait

3 Trik Jitu Mengendalikan Diri Agar Tidak Kecanduan Media Sosial

Bebas Stres, Ini 7 Cara Bijak Menggunakan Media Sosial


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 29/02/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan