Tokoh Peter Pan dalam buku fiksi fantasi digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tidak bisa tumbuh dewasa. Nah, nama tokoh ini juga sering digunakan untuk menyebut pria dewasa yang bersifat kekanak-kanakan alias memiliki sindrom Peter Pan.
Apa itu sindrom Peter Pan?
Sindrom Peter Pan (Peter Pan syndrome) adalah sebuah istilah yang digunakan bagi pria yang sudah dewasa, tetapi masih menunjukkan perilaku atau sikap layaknya anak-anak.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Dan Kiley dalam sebuah buku berjudul Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up yang diterbitkan pada 1983 lalu.
Pria dewasa sudah seharusnya mampu hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Namun, pria dengan kondisi yang juga dikenal sebagai little space syndrome ini memiliki sifat sebaliknya.
Orang dengan sindrom ini tidak bersikap sesuai usianya. Mereka cenderung tidak mandiri dan sangat kekanak-kanakan, sama seperti tokoh Peter Pan yang ada dalam cerita fiksi.
Sifat kekanak-kanakan ini tentu tidak melulu dimiliki pria. Beberapa wanita dewasa juga mungkin memiliki ciri-ciri yang serupa.
Meski begitu, sindrom Peter Pan pada dasarnya lebih banyak ditemukan pada pria dewasa.
Para ahli berpendapat bahwa pria dewasa cenderung punya tanggung jawab yang lebih besar sehingga lebih mungkin memiliki sifat kekanak-kanakan sebagai akibatnya.
Apakah sindrom Peter Pan termasuk gangguan kejiwaan?
Tanda-tanda seseorang memiliki sindrom Peter Pan
Dikutip dari Psychology Today, Berit Brogaard, D.M.Sci., Ph.D., dosen filsafat di Miami University, AS, menjelaskan ada beberapa ciri khas yang menandakan bahwa seorang pria memiliki sindrom Peter Pan.
Berikut beberapa di antaranya.
- Cenderung berperilaku seperti anak kecil, remaja, atau orang yang lebih muda dari usianya. Biasanya, orang dengan sindrom ini juga berteman dengan orang yang lebih muda.
- Selalu bergantung pada orang lain dan merepotkan orang lain. Berharap selalu dilindungi dan dituruti semua permintaannya. Mereka juga takut dan memiliki kekhawatiran yang berlebihan bila melakukan segala sesuatu sendiri.
- Tidak bisa mempertahankan hubungan jangka panjang yang stabil, terutama percintaan. Sifatnya yang kekanakan kadang membuat pasangan menjadi tidak nyaman. Selain itu, pengidap sindrom ini sulit bersikap romantis dan memilih pasangan yang lebih muda.
- Memiliki rasa takut untuk berkomitmen atau menjanjikan suatu hal, baik itu dalam hubungan percintaan maupun pekerjaan.
- Kurang bertanggung jawab dalam pekerjaan atau dalam mengelola keuangan. Selalu mengutamakan kepentingan pribadi, terutama untuk kepuasan dan kebaikan dirinya sendiri.
- Tidak mau mengakui kesalahan dan melimpahkannya kepada orang lain sehingga sulit untuk introspeksi diri.