backup og meta

Attention-Deficit Disorder (ADD)

Attention-Deficit Disorder (ADD)

ADD adalah singkatan dari attention-deficit disorder, yang merupakan kelainan pada perkembangan otak dan saraf. Kelainan ini memengaruhi kemampuan seseorang dalam fokus dan berkonsentrasi. Simak gejala, penyebab, hingga pengobatan ADD di sini!

Apa itu attention-deficit disorder (ADD)?

Attention-deficit disorder (ADD) adalah gangguan neurobiologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk menjaga perhatian, mengendalikan dorongan, dan mengatur perilakunya.

The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) tidak lagi memasukkan kriteria ADD. Saat ini, istilah yang digunakan ialah ADHD.

Orang-orang dengan kondisi ini cenderung kesulitan dalam mengorganisasikan tugas, mengikuti arahan, dan sering lupa dalam aktivitas sehari-hari. 

Seberapa umumkah kondisi ini?

Attention-deficit disorder dapat terjadi pada individu dari segala usia. Walau begitu, gejala kelainan ini sering kali mulai tampak pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga masa remaja dan dewasa.

Perbedaan ADD dengan ADHD

fakta anak ADHD

Pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara ADD dan ADHD. Attention-deficit disorder merupakan istilah lama untuk kondisi yang disebut attention-deficit hyperactivity disorder

ADHD merupakan gangguan perkembangan saraf yang umum terjadi pada masa kanak-kanak. Ada tiga tipe ADHD, yaitu:

  • impulsif/hiperaktif,
  • inattentive/tidak mampu memusatkan perhatian, dan
  • kombinasi.

Beberapa anak dengan ADHD memiliki perilaku hiperaktif, sedangkan yang lainnya tidak (terutama pada tipe inattentive). Walau begitu, diagnosis mereka tetap ADHD. 

Istilah ADD dahulu digunakan untuk menyebut orang-orang dengan ADHD tipe inattentive. Mereka kesulitan untuk fokus dan memusatkan perhatian, tetap tidak mengalami gejala hiperaktif.

Walaupun penyebutan ADD sudah jarang disebutkan, kadang istilah ini masih digunakan dalam percakapan sehari-hari. 

Gejala attention-deficit disorder (ADD)

Orang-orang dengan ADD umumnya harus berusaha lebih keras untuk fokus dan berkonsentrasi dalam jangka panjang. Selain itu, mereka mungkin:

  • mudah terganggu, 
  • sulit mengikuti petunjuk, 
  • susah untuk fokus pada tugas, 
  • mudah lupa
  • sering kehilangan barang pribadi, seperti kunci atau buku, 
  • tidak memperhatikan detail, serta 
  • sering melamun dan kehilangan fokus

Kondisi ADD pada orang dewasa

Banyak orang yang mungkin tidak begitu menyadari gejala ADD pada anak-anak. Hal ini terutama berlaku ketika gejala tersebut tidak begitu mencolok maupun mengganggu orang lain. 

Studi yang dimuat dalam jurnal BMC Psychiatry menyebutkan bahwa gejala ADD sering tidak terdeteksi, terutama pada anak perempuan. Pasalnya, gejala ini justru salah diartikan sebagai kondisi lain. 

Seorang anak dengan ADHD tipe ini mungkin akan tampak sering melamun. Banyak anak-anak dengan gejala ADD semakin membaik seiring bertambahnya usia.

Akan tetapi, jika gejala tidak pernah terdeteksi sejak kanak-kanak dan tidak pernah ditangani, Anda mungkin akan mengalami kesulitan saat dewasa. 

Perlu diingat bahwa gejala ADHD pada anak dan orang dewasa memang mirip. Namun, gejala tersebut bisa berdampak lebih besar pada kehidupan sehari-hari, terutama seiring bertambahnya tanggung jawab. 

Penyebab dan faktor risiko ADD

anak cemas

Pada dasarnya penyebab ADD tidak berbeda dengan ADHD mengingat kelainan ini adalah bagian dari ADHD. Sayangnya, penyebab attention-deficit disorder belum pasti sehingga perlu diteliti lebih lanjut. 

Meski begitu, berikut adalah faktor-faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya attention-deficit disorder.

  • Faktor genetik, seperti adanya orangtua atau saudara kandung dengan ADHD.
  • Paparan racun atau logam berat dari lingkungan. 
  • Kelahiran prematur. 
  • Penyalahgunaan alkohol dan narkoba selama kehamilan. 

Diagnosis attention-deficit disorder

Tak ada pemeriksaan khusus untuk menentukan mendiagnosis attention-deficit disorder. Namun, dokter spesialis dan tenaga profesional terkait dapat menegakkan diagnosis berdasarkan penilaian berikut ini.
  • Pemeriksaan fisik untuk mengesampingkan kemungkinan masalah kesehatan lain yang menimbulkan gejala mirip ADD.
  • Serangkaian wawancara dengan pasien.
  • Wawancara dengan orang-orang terdekat pasien, seperti orangtua, pasangan, guru, atau rekan kerja.

Setelah itu, dokter spesialis akan menilai apakah Anda atau anak Anda memenuhi kriteria ADD/ADHD sesuai DSM-5. Seorang anak biasanya didiagnosis dengan ADHD apabila:

  • menunjukkan gejala setidaknya selama enam bulan terakhir,
  • mulai menunjukkan gejala sebelum berusia 12 tahun,
  • menunjukkan gejala sedikitnya di dua tempat yang berbeda (misalnya rumah dan sekolah),
  • gejalanya mempersulit kehidupan akademis dan/atau sosialnya,
  • gejalanya bukan sekadar fase dan tidak bisa dikaitkan dengan masalah kesehatan lainnya.

Proses diagnosis ADD pada orang dewasa lebih sulit karena perilaku orang dewasa lebih kompleks. Akan tetapi, seseorang bisa saja memiliki ADD jika gejalanya telah berpengaruh pada kehidupannya, misalnya membuatnya:

  • tertinggal di lingkungan kerja,
  • kesulitan mempertahankan pertemanan, dan/atau
  • kesulitan menjaga hubungan dengan pasangannya.

Jika masalah-masalah tersebut baru muncul dalam kehidupan Anda belakangan ini, kemungkinan besar itu bukanlah ADD/ADHD karena gangguan tersebut tidak terjadi saat seseorang sudah dewasa.

Pengobatan ADD

dokter andrologi di jakarta

Sayangnya, tidak ada obat yang bisa mengatasi ADD maupun ADHD. Namun, ada beberapa jenis perawatan yang bisa membantu mengelola gejalanya. 

Perawatan ADHD sering melibatkan obat-obatan, terapi perilaku, maupun kombinasi keduanya. Jenis pengobatan yang dipilih pun tergantung pada gejala dan kebutuhan masing-masing individu. Berikut penjelasannya. 

1. Obat psikostimulan

Psikostimulan merupakan obat yang memengaruhi neurotransmiter (zat kimia otak). Obat ini juga dapat membantu meningkatkan energi dan meningkatkan kewaspadaan.

Beberapa jenis psikostimulan yang biasa direkomendasikan dokter termasuk amphetamine dan methylphenidate. 

2. Antidepresan

Selain psikostimulan, obat untuk mengatasi gejala ADD lainnya adalah antidepresan. Obat ini juga memengaruhi neurotransmiter di otak dan membantu meningkatkan suasana hati serta tingkat konsentrasi. 

Contoh antidepresan umum yang diresepkan untuk gejala ADHD tipe ini ialah bupropion dan venlafaxine. 

3. Obat non-stimulan

Obat non-stimulan dapat membantu orang yang mengalami efek samping yang tidak diinginkan dari obat stimulan. Beberapa jenis obat non-stimulan termasuk atomoxetine, viloxazine, dan guanfacine

Obat non-stimulan bekerja dengan mempengaruhi neurotransmiter tertentu, yaitu norepinefrin. Penggunaannya dapat membantu mengatur emosi dan meningkatkan fokus pada tugas-tugas tertentu. 

Dengan menggunakan obat non-stimulan ini, orang-orang dengan ADD bisa lebih berkonsentrasi tanpa mengalami efek samping yang mengganggu. 

4. Terapi perilaku (behavior therapy)

Tidak hanya obat-obatan, dokter biasanya menyarankan terapi perilaku untuk membantu orang dengan ADHD. Terapi ini bertujuan mengajarkan keterampilan perilaku yang berguna agar lebih fokus dan berkonsentrasi. 

Melalui intervensi ini, anak maupun orang dewasa bisa belajar bagaimana beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan meningkatkan fokusnya. 

Itu tadi informasi seputar attention-deficit disorder yang perlu Anda ketahui. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli yang berpengalaman dalam mengelola jenis ADHD ini. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Attention Deficit Disorder. (n.d). The Lanc. Retrieved 5 Aug 2023, from https://www.lanc.org.uk/related-conditions/attention-deficit-disorder-adhd/ 

Anderson, D. (2023). What is the difference between ADD and ADHD?.  Retrieved 5 Aug 2023, from https://childmind.org/article/what-is-the-difference-between-add-and-adhd/ 

Young, S., Adamo, N., Ásgeirsdóttir, B., Branney, P., Beckett, M., & Colley, W. et al. (2020). Females with ADHD: An expert consensus statement taking a lifespan approach providing guidance for the identification and treatment of attention-deficit/ hyperactivity disorder in girls and women. BMC Psychiatry, 20(1). doi: 10.1186/s12888-020-02707-9 

Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) in children. (2019). Mayo Clinic. Retrieved 5 Aug 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/adhd/symptoms-causes/syc-20350889 

Treatment of ADHD. (2022). Centers and Disease Control Prevention. Retrieved 5 Aug 2023, from https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/treatment.html 

Versi Terbaru

25/10/2023

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

5 Cara Mengatasi Anak Hiperaktif agar Lebih Tenang dan Fokus

Perbedaan ADHD dan Hiperaktif pada Anak yang Perlu Dikenali


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 25/10/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan