Tidak dapat dipungkiri bahwa usaha berhenti minum alkohol pada seorang pecandu akan membutuhkan usaha ekstra. Bahkan, orang yang menjalani proses ini pun dapat mengalami sindrom putus alkohol.
Apa saja gejalanya dan bagaimana cara mengatasinya? Simak jawabannya dalam uraian berikut.
Apa itu sindrom putus alkohol?
Sindrom putus alkohol atau alcohol withdrawal syndrome adalah kondisi yang bisa dialami pecandu alkohol ketika berhenti minum alkohol, baik secara disengaja maupun tidak.
Gejala sindrom putus alkohol biasanya muncul sekitar enam jam sampai dua hari setelah tegukan alkohol terakhir.
Alcohol withdrawal syndrome bisa diawali dengan gejala ringan, seperti mual dan pusing. Kondisi ini bisa membaik atau memburuk seiring berjalannya waktu.
Sindrom putus alkohol merupakan sebuah fase di dalam proses rehabilitasi. Saat Anda berhasil melewatinya, artinya tubuh Anda sudah bisa kembali berfungsi tanpa pengaruh alkohol.
Bagaimana sindrom putus alkohol terjadi?
Sindrom putus alkohol terjadi akibat mekanisme tubuh dan respons otak dalam menanggapi perubahan keseimbangan dari konsumsi alkohol yang biasanya tinggi menjadi rendah.
Semakin sering atau semakin banyak Anda mengonsumsi alkohol, semakin tinggi pula risiko Anda untuk mengalami alcohol withdrawal syndrome.
Ini lantaran konsumsi alkohol secara rutin dapat mengubah konsentrasi dan fungsi protein gamma-aminobutyric acid (GABA) serta excitatory amino acids.
Perubahan pola konsumsi alkohol secara tiba-tiba akan mengubah fungsi dua jenis protein tersebut hingga menyebabkan penurunan fungsi otak. Kondisi inilah yang menyebabkan kemunculan gejala putus alkohol.
Meski begitu, tidak semua pecandu alkohol yang berhenti atau mengurangi konsumsi alkohol akan mengalami sindrom ini.
Pasalnya, faktor genetik dan kondisi kesehatan secara umum juga dinilai dapat berpengaruh pada kecenderungan seseorang untuk mengalami sindrom putus alkohol.
Gejala sindrom putus alkohol
Setiap orang bisa merasakan gejala sindrom putus alkohol yang berbeda. Gejala yang muncul juga bervariasi, tergantung pada seberapa lama Anda sudah lepas dari alkohol.
Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Gejala ringan
Berbagai gejala berikut umumnya muncul sekitar enam jam setelah tegukan alkohol terakhir.
- Insomnia.
- Menggigil.
- Kecemasan ringan.
- Sakit perut hingga anoreksia.
- Keringat berlebih.
- Sakit kepala.
- Jantung berdebar kencang (palpitasi).
Keinginan untuk minum alkohol pada fase ini sangat tinggi, tetapi Anda perlu menahan diri. Minum alkohol hanya akan meringankan gejalanya untuk sementara, lalu Anda akan kembali mengalami gejala serupa.
2. Gejala lanjutan
Pada seseorang yang mengonsumsi alkohol selama bertahun-tahun, kejang-kejang bisa terjadi setelah 12–48 jam usai tegukan alkohol terakhir.
Tak jarang, kondisi ini juga disertai dengan halusinasi. Dalam kondisi seperti ini, segera hubungi dokter untuk mencegah gejala yang lebih buruk.
Pada tahap paling parah, sindrom putus alkohol bisa disertai dengan delirium tremens (DT).
Ini menandawakan bahwa alcohol withdrawal syndrome sudah menghambat asupan darah ke otak dan mengganggu kinerja berbagai organ vital, seperti jantung dan paru-paru.
Orang yang mengalami delirium tremens membutuhkan penanganan medis secepat mungkin. Jika dibiarkan, DT bisa menyebabkan serangan jantung, stroke, hingga kematian.
Cara mengatasi sindrom putus alkohol
Tujuan utama dari pengobatan sindrom putus alkohol adalah meredakan gejala yang muncul dan mencegah timbulnya komplikasi, seperti halusinasi dan delirium tremens.
Melansir dari laman Cleveland Clinic, alcohol withdrawal syndrome tahap ringan biasanya diatasi dengan karbamazepin atau gabapentin.
Sementara itu, jika gejala yang muncul tampak berisiko menyebabkan komplikasi, dokter akan memberikan benzodiazepin atau barbiturat.
Namun, jika kondisi ini sampai menyebabkan kejang, halusinasi, atau DT, umumnya dokter akan meminta Anda menjalani perawatan di rumah sakit.
Selain dengan pemberian obat, seseorang yang mengalami sindrom putus alkohol juga bisa menerima psikoterapi.
Kondisi ini biasanya mencapai puncaknya dan mulai mereda setelah 48–72 jam tegukan alkohol terakhir.
Akan tetapi, tidak sedikit pula yang merasakan gejalanya selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Karena gejalanya yang berat, sindrom putus alkohol kerap menjadi penghambat dalam proses rehabilitasi orang yang kecanduan alkohol.
Meski begitu, hal ini tak perlu menjadi alasan bagi Anda untuk menunda berhenti minum alkohol. Pasalnya, kebiasaan minum alkohol yang dipelihara justru bisa memberikan dampak yang lebih buruk.
Kesimpulan
- Sindrom putus alkohol adalah kondisi yang dialami beberapa pecandu alkohol ketika mulai berhenti minum alkohol.
- Alcohol withdrawal syndrome terjadi sebagai respons otak terhadap jumlah alkohol yang tiba-tiba berkurang. Sebab, selama ini alkohol sudah memengaruhi kinerja protein GABA dan excitatory amino acids.
- Gejala awal putus alkohol adalah sakit perut, cemas, hingga insomnia. Namun, pada level yang lebih buruk, kondisi ini bisa menyebabkan kejang-kejang, halusinasi, hingga delirium tremens.
- Pengobatan putus alkohol pada tahap awal biasanya dilakukan dengan karbamazepin atau gabapentin. Sementara itu, pada tahap lanjutan, Anda mungkin perlu mendapat perawatan di rumah sakit.