backup og meta

Awas, Ini Tanda-Tanda Anda Sudah Kecanduan Belanja Online

Awas, Ini Tanda-Tanda Anda Sudah Kecanduan Belanja Online

Adanya sistem belanja online pastinya mempermudah Anda dalam membeli apa pun tanpa harus menguras tenaga dan waktu belanja ke toko. Namun, ternyata hal ini justru jadi suatu kebiasaan buruk dan akhirnya berujung pada kecanduan belanja online atau dikenal sebagai compulsive buying disorder.

Untuk menghindarinya, yuk, kenali tanda-tanda dan cara mengatasinya di bawah ini!

Tanda-tanda kecanduan belanja online

kebiasaan belanja impulsif

Seseorang yang mengalami kecanduan belanja online bisa menunjukkan beberapa tanda di bawah ini.

1. Belanja di luar kendali

Apabila seseorang sudah kecanduan, ia tidak akan berpikir berkali-kali untuk membeli suatu barang. Tidak hanya itu, barang-barang yang tidak diperlukan pun akan tetap dibeli.

Sementara itu, seseorang yang shopaholic (belanja terus-terusan) sangat terobsesi untuk berbelanja. Bahkan, frekuensinya bisa lebih sering dari biasanya sekalipun barang belanjaan tersebut dilupakan setelah itu.

2. Tidak bisa mencegah diri

Anda mungkin sudah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan perilaku kecanduan belanja online, tapi tidak satu pun berhasil.

Setiap kali Anda mencoba menghentikannya, selalu muncul perasaan tidak enak dan gelisah. Akibatnya, Anda pun ingin belanja online kembali.

Biasanya jika sudah seperti ini, orang tersebut sudah mengalami kecanduan yang lebih parah.

3. Sebelum belanja, muncul perasaan negatif

Mungkin saat pertama kali belanja, Anda merasa semangat sekali karena tidak sabar ingin menggunakan barang yang baru.

Namun, orang yang kecanduan akan merasakan sesuatu yang berbeda. Sebelum berbelanja, bisa muncul perasaan-perasaan negatif seperti depresi, cemas, tegang, atau bosan.

4. Menghabiskan waktu dan banyak uang untuk belanja

Jika Anda mulai kecanduan, Anda tidak akan memikirkan seberapa banyak waktu dan uang yang telah dihabiskan untuk berbelanja online.

Pasalnya, yang penting Anda merasa puas dan senang. Selain itu, Anda juga tidak akan berpikir jernih saat membeli sesuatu.

5. Selesai belanja, timbul rasa malu dan bersalah

Bukan rasa senang yang didapatkan, melainkan rasa malu dan bersalah. Orang-orang yang sudah kecanduan sering kali menyesal sudah membeli barang sebanyak itu dan kadang juga membenci dirinya sendiri.

Namun, ini hanya berlangsung beberapa hari saja. Selepas itu, biasanya mereka cenderung mengulang kebiasaan buruk itu kembali.

Penyebab kecanduan belanja online

belanja online, kecanduan belanja online

Adapun penyebab kecanduan belanja online masih belum diketahui pasti. Akan tetapi, beberapa ilmuwan meyakini bahwa kondisi ini ditimbulkan karena beberapa faktor berikut.

1. Berpikir kalau belanja adalah kunci kebahagiaan

Dengan berbelanja, kebanyakan orang bisa merasakan kebahagiaan yang berkali-kali lipat. Apalagi jika yang dibelanjakan ialah barang-barang mewah dan sangat diminati.

Hal ini dapat membuat orang-orang merasa semakin terdorong agar terus membelanjakan uangnya.

2. Kebutuhan emosional

Kecanduan belanja online ternyata berkaitan dengan dengan depresi. Pada pengidap depresi, hormon dopamin yang berperan dalam memunculkan rasa bahagia pada diri seseorang cenderung menurun.

Untuk meningkatkan hormon bahagia dalam tubuhnya, mereka pun mencoba untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya. Dalam kasus ini, kebutuhan emosional terpenuhi lewat belanja.

Akan tetapi, hal ini hanya memberikan kelegaan dalam waktu yang singkat. Setelah berbelanja, mereka akan merasa menyesal kembali.

3. Memiliki gangguan mental

Memang tidak bisa dipastikan apa penyebab seseorang terkena gangguan mental. Akarnya bisa jadi karena masalah psikologis, pekerjaan, keuangan, atau kehidupan sosial.

Bila berbagai masalah tersebut jadi berlarut-larut, tentu efeknya bisa membuat mental jadi terganggu. Salah satu dampaknya termasuk Anda tidak bisa mengontrol diri saat berbelanja online hingga akhirnya terjadilah kecanduan.

4. Gangguan kontrol impuls

Gangguan kontrol impuls merupakan suatu kondisi ketika seseorang tidak mampu mengendalikan diri dari melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.

Seseorang dengan gangguan kontrol impuls cenderung bersifat impulsif atau kesulitan menahan dirinya. Mereka juga lebih mudah terpengaruh setiap kali ada godaan untuk membeli sesuatu.

Cara mengatasi kecanduan belanja online

manfaat menulis jurnal mental

Apabila perilaku impulsif saat belanja dibiarkan berlarut-larut, dampaknya bisa berujung pada risiko yang tidak diinginkan. Orang yang mengalaminya bisa saja terkena dampak gangguan mental karena banyaknya tagihan belanja yang harus dibayar.

Maka dari itu, pastikan Anda menerapkan cara-cara berikut ini.

  1.   Mencari akar permasalahan dan cara menghadapinya.
  2.   Membuat daftar pengeluaran setiap bulan dan melakukan evaluasi keuangan secara berkala.
  3.   Menetapkan anggaran belanja per minggu atau per bulannya.
  4.   Menggunakan sistem cash on delivery (COD) saat belanja online serta menghindari penggunaan kartu kredit dan debit.
  5.   Menghindari penggunaan paylater (pembayaran kemudian hari) agar tidak ada tagihan yang menumpuk.

Dengan mengetahui tanda-tanda kecanduan belanja online, seseorang pun bisa mengetahui apakah ia sedang mengalami hal yang sama. Jika Anda mengalami salah satu gejalanya, segera lakukan cara untuk mengatasinya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Amiruddin, Ahmad Fajrul. (2022). Gaya Hidup Shopaholic Sebagai Bentuk Perilaku Konsumtif (Studi Kasus pada Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar). Retrieved 23 March 2022, from http://eprints.unm.ac.id/10018/1/GAYA%20HIDUP%20SHOPAHOLIC%20SEBAGAI%20BENTUK%20PERILAKU%20KONSUMTIF.pdf

Association, U. (2022). Compulsive Buying Disorder. Retrieved 23 March 2022, from https://unitedbrainassociation.org/brain-resources/compulsive-buying-disorder/

Granero, R., Fernández-Aranda, F., Mestre-Bach, G., Steward, T., Baño, M., & del Pino-Gutiérrez, A. et al. (2016). Compulsive Buying Behavior: Clinical Comparison with Other Behavioral Addictions. Frontiers In Psychology, 7. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2016.00914

Help, G., Professionals, F., Listed, S., Help, G., Professionals, F., & Therapist, F. et al. (2022). Therapy for Compulsive Spending, Shopping Addiction, Therapist . Retrieved 23 March 2022, from https://www.goodtherapy.org/learn-about-therapy/issues/compulsive-shopping

Risky Business: Compulsive Buying. (2022). Retrieved 23 March 2022, from https://www.mhanational.org/risky-business-compulsive-buying

The Shopaholic. (2022). Retrieved 23 March 2022, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-intelligent-divorce/201407/the-shopaholic

Versi Terbaru

07/04/2022

Ditulis oleh Ocha Tri Rosanti

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Jangan Panic Buying! Cukup Stok Bahan Makanan Ini di Rumah

7 Jenis Gangguan Mental pada Anak dan Tandanya yang Umum Terjadi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ocha Tri Rosanti · Tanggal diperbarui 07/04/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan