Meminta waktu sendiri saat menghadapi konflik memang wajar. Namun, bila Anda mendiamkan orang lain tanpa mau berkomunikasi, ini bisa disebut silent treatment.
Pernahkah Anda melakukan atau mendapatkan perlakuan ini dari orang lain? Apa dampaknya untuk hubungan dan kesehatan mental? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Apa itu silent treatment?
Silent treatment adalah sikap seseorang untuk memilih diam ketika berhadapan dengan konflik.
Tidak selalu dalam hubungan asmara, tindakan ini juga dapat Anda terima maupun lakukan terhadap teman, pasangan, keluarga, atau rekan kerja.
Seseorang bisa melakukan tindakan silent treatment saat kewalahan menghadapi masalah dan biasanya akan berhenti seiring berlalunya ketegangan.
Namun, tindakan ini juga bisa menjadi tanda kekerasan emosional saat digunakan untuk memanipulasi atau mengontrol orang lain.
Akibatnya, orang yang menerima perlakukan ini bisa merasa dihukum atau dihantui pertanyaan atas kesalahan apa yang sebenarnya mereka lakukan terhadap di Anda.
Contoh kasus silent treatment
Tidak hanya menghindari pembicaraan secara langsung, silent treatment juga dapat melibatkan tindakan mengabaikan pesan atau tidak mengangkat telepon dengan sengaja.
Tindakan ini juga bisa berbentuk pengabaian langsung, misalnya saat usulan Anda diabaikan dalam diskusi. Mereka yang melakukan tindakan ini mungkin menganggap Anda tidak berada di sana.
Tidak hanya pada orang dewasa, perilaku ini juga mungkin diterima oleh anak-anak. Contohnya saat orang tua mendiamkan anaknya yang baru saja melakukan kesalahan.
Alih-alih mendisiplinkan anak, ini mungkin akan memberikan dampak negatif yang lebih besar karena emosi anak-anak masih belum stabil.
Penyebab seseorang melakukan silent treatment
Secara garis besar, tindakan mendiamkan orang lain adalah respons atas suatu konflik atau perasaan terluka. Namun, motivasinya dapat bervariasi pada masing-masing orang.
Bagi sebagian orang, silent treatment dilakukan untuk menghindari konflik karena mereka tidak tahu bagaimana cara meresponsnya.
Ada pula yang melakukan tindakan ini sebagai bentuk hukuman, baik kepada pasangan, rekan kerja, anak, atau orang lain yang dinilainya bersalah.
Dengan cara ini, mereka berharap orang tersebut menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan meminta maaf. Sayangnya, tindakan ini bisa berubah menjadi kekerasan emosional.
Dampak silent treatment
Banyak orang memilih untuk mendiamkan pasangannya saat ada masalah karena ini dianggap sebagai bentuk hukuman yang paling tidak berbahaya dan tidak pula melibatkan kekerasan fisik atau verbal.
Pada kenyataannya, dampak silent treatment tidak kalah berbahaya. Tindakan ini bahkan bisa memberikan dampak emosional dan meningkatkan risiko terjadinya masalah mental.
Beberapa dampak silent treatment yang paling umum antara lain:
- rusaknya kepercayaan,
- munculnya kebencian,
- perasaan dikucilkan,
- keintiman yang berkurang, dan
- self-esteem atau harga diri yang rendah.
Silent treatment yang dilakukan terus-menerus dapat membuat orang yang menerimanya mempertanyakan nilai dan harga dirinya sendiri.
Tidak hanya meningkatkan risiko stres hingga depresi, perlakuan ini bahkan berpotensi menimbulkan dampak secara fisik.
Studi dalam jurnal Frontiers in Evolutionary Neuroscience (2012) menemukan bahwa korteks cingulate anterior, bagian otak yang mencatat rasa sakit, bekerja keras saat menghadapi silent treatment.
Salah satu dampak fisik yang dapat dilihat jelas yakni perubahan berat badan, gangguan tidur, dan peningkatan tekanan darah.
Stres berkepanjangan juga membuat tubuh mengalami peradangan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan stroke.
Dalam sebuah hubungan, dampak silent treatment yang terus dibiarkan dapat mengarahkan ke hubungan yang tidak bahagia atau bahkan toksik.
Cara mengatasi silent treatment
Menghadapi teman, orangtua, atau pasangan yang diam saat marah membutuhkan kesabaran ekstra. Agar masalah tidak makin berlarut-larut, coba lakukan cara-cara berikut ini.
1. Beri mereka waktu sendiri
Silent treatment sering kali dipilih seseorang saat berkutat dengan pikirannya sendiri. Jika hal ini terjadi, berilah mereka waktu sejenak untuk berdamai dengan dirinya.
Akan tetapi, perilaku ini tidak seharusnya berlangsung berhari-hari dan membuat Anda merasa bersalah atau rendah diri.
2. Cari tahu sumber masalah
Mendiamkan pasangan saat ada masalah adalah salah satu bentuk perilaku pasif-agresif untuk membuat seseorang merasa bersalah.
Jika hal ini terjadi, cobalah sedikit menengok ke belakang dan cari tahu hal yang mendasarinya.
Cobalah turunkan ego saat melakukannya meski konflik ini tidak seutuhnya disebabkan oleh kesalahan Anda. Setelahnya, ucapkan permintaan maaf dengan tulus.
3. Tetapkan batasan
Saat suatu permasalahan berhasil diatasi, buatlah kesepakatan dengan pasangan mengenai cara yang tepat untuk menangani konflik serupa di kemudian hari.
Pastikan bahwa kesepakatan ini telah diterima oleh kedua belah pihak. Penting juga untuk menunda diskusi jika Anda dan pasangan masih merasa marah terhadap satu sama lain.
4. Sampaikan perasaan Anda
Jika komunikasi terputus selama beberapa hari, tidak ada salahnya untuk jujur dengan apa yang Anda rasakan. Beri tahu pasangan bila Anda merasa tidak nyaman dengan atmosfer yang ada.
Jelaskan juga bagaimana silent treatment ini melukai perasaan Anda dan membuat Anda makin kebingungan dalam menyelesaikan permasalahan.
5. Fokus dengan diri sendiri
Jika Anda telah berusaha memperbaiki komunikasi tetapi tidak membuahkan hasil, mungkin ini waktunya bagi Anda untuk mulai fokus dengan diri sendiri.
Dalam hubungan asmara, tidak ada salahnya manfaatkan momen ini untuk mempertimbangkan keberlanjutan hubungan Anda dan pasangan.
Sementara itu, bila Anda mendapatkan perlakukan ini di dunia kerja, Anda dapat mendiskusikan jalan keluarnya dengan atasan.
Apabila Anda merasa kebingungan untuk menghadapi silent treatment atau kondisi mental Anda telah terpengaruh, jangan ragu untuk melakukan konseling dengan psikolog.
Bahkan bila memungkinkan, ajaklah pasangan Anda untuk ikut melakukan konsultasi bersama.
Kesimpulan
- Silent treatment adalah respons seseorang untuk memilih diam saat menghadapi konflik.
- Perlakuan buruk ini bisa merusak kepercayaan, menciptakan kebencian, menyebabkan perasaan dikucilkan, mengurangi keintiman, dan menurunkan harga diri.
- Anda dapat berupaya mengatasi perilaku ini dengan memberikan waktu, mencari sumber masalah, menetapkan batasan, dan fokus pada diri sendiri.