Selain sukses menggemparkan dunia dengan lantunan musiknya, keempat anggota The Beatles di zamannya juga berhasil membuat jutaan wanita di seluruh dunia jatuh cinta pada pandangan pertama berkat wajah ganteng dan penampilannya yang necis. Coba saja tanyakan pada ibu atau nenek Anda, yang mungkin sempat naksir berat dengan salah satunya. Lain halnya bagi remaja milenial zaman sekarang ini, yang mungkin menjadikan salah satu anggota One Direction atau boyband Kpop sebagai tipe pasangan ideal mereka.
Sayangnya, impian punya suami mirip Ringo Starr atau Harry Styles mungkin harus Anda kubur dalam-dalam. Penelitian terbaru justru melaporkan bahwa wanita lebih cenderung mencari pasangan ideal yang memiliki karakteristik fisik dan sifat yang mirip dengan kakak atau adik laki-lakinya. Waduh! Kok bisa?
Naluri manusia dirancang untuk menghindari perkawinan sedarah
Manusia adalah makhluk sosial. Kita mendambakan kepedulian dan kasih sayang dari anggota keluarga kita, dan untuk bisa mengembalikan kasih sayang itu dalam bentuk yang sepadan pula. Di sisi lain, insting alami untuk melestarikan keturunan mencegah kita untuk merasakan ketertarikan seksual atau romantis kepada keluarga kandung kita sendiri.
Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa manusia lebih sukses untuk bereproduksi dan menghasilkan keturunan jika pasangan mereka tidak serupa dengan mereka — misalnya orangtua atau saudara kandung. Ini yang membuat manusia sebisa mungkin menghindari perkawinan sedarah untuk mencegah merisikokan anak-cucu selanjutnya mewarisi gen rusak yang sama.
Ketika pasangan kita berasal dari pohon keluarga yang beda dari kita, kombinasi genetik yang akan diturunkan ke anak-cucu selanjutnya jadi makin beragam. Naluri inilah yang “mematikan” ketertarikan seksual atau romantisme kepada saudara kandung kita sendiri, karena keanekaragaman genetik diperlukan untuk menentukan kelangsungan hidup manusia dan kemampuannya beradaptasi.
Akan tetapi, sifat mengayomi dan kasih sayang manusia justru akan lebih tinggi jika kedua sisi orangtua berbagi keragaman genetik yang terbatas. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kita akan secara naluriah lebih ramah terhadap anggota keluarga yang berhubungan erat dengan kita, dan kedekatan antara anggota keluarga akan semakin kental ketika orangtuanya berbagi lebih sedikit gen. Ini berarti, untuk menemukan pasangan yang ideal, manusia harus mencari seseorang yang memiliki rantai genetik yang serupa tapi tidak sama.
Nah, teori ini kemudian mengusik rasa ingin tahu sekelompok tim peneliti dari Northumbria University di Inggris. Mereka penasaran, apakah lantas demi memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dari keluarga sendiri jadi membuat wanita lebih cenderung tertarik pada pria yang mirip dengan saudara laki-laki mereka? Meski terdengar aneh, dan sedikit bikin il-feel, dugaan mereka ternyata sedikit ada benarnya.
Apa yang ditemukan oleh penelitian ini?
Penelitian yang dipublikasikan secara online di Evolution and Human Behavior Journal ini meminta sekelompok wanita muda untuk mengirimkan dua buah foto — satu adalah foto pacar/suami, dan satu adalah foto saudara laki-lakinya. Dari kumpulan foto-foto ini peneliti kemudian menyusunnya secara acak dalam sebuah album foto. Di sisi kiri setiap halaman mereka menempelkan foto saudara laki-laki dari satu orang perempuan; Di sisi kanannya ditempelkan foto pacar dari wanita yang sama, dikelilingi oleh tiga foto pasangan wanita lain yang dipilih secara acak.
Setelahnya, kloter sukarelawan wanita lain diberi tugas untuk meneliti album foto ini dan diminta untuk mencari yang mana di antara salah satu pria di foto sisi kanan halaman (yang terdiri dari pacar/suami dan orang-orang asing) yang paling mirip dengan wajah adik si perempuan di sisi kiri album. Relawan tidak pernah diberi tahu apa tujuan dari percobaan mencocokkan gambar dua wajah ini; mereka tidak menyadari identitas kesemua pria tersebut, dan secara naluriah menilai mana orang-orang yang paling mirip satu sama lain — sejauh yang mereka tahu, semua pria-pria ini dipilih secara acak dan tidak berhubungan.
Pada akhirnya, 27 persen relawan memilih pasangan romantis wanita tersebut (entah pacar atau suami) sebagai pria yang paling mirip dengan saudara perempuan tersebut. Angka ini sedikit lebih tinggi daripada dugaan awal peneliti, yaitu sekitar 25 persen. Hasilnya menunjukkan bahwa meski wanita tidak selalu memilih pasangan ideal yang mirip dengan kakak atau adik laki-lakinya, tetap ada benang merah kesamaan antar keduanya. Menurut para peneliti, temuan ini mendukung gagasan bahwa “familiaritas itu menarik’ dan bahwa, pada kenyataannya dua kutub yang berlawanan tidak selalu tertarik satu sama lain seperti yang kita suka pikirkan selama ini.
Kenapa kakak atau adik laki-laki sering menjadi “patokan” pasangan ideal untuk perempuan?
Berpacaran dengan pria yang agak mirip dengan kakak atau adik sendiri sama sekali tidak berarti Anda ingin benar-benar memacari saudara kandung sendiri. Ini lebih hanya sebagai pertanda lebih dalam bahwa Anda ingin mengencani seseorang yang paling mirip dengan Anda, yang bisa menunjukkan kecenderungan narsisistik dalam setiap orang.
Kita mungkin tertarik pada individu yang mirip dengan diri sendiri, atau saudara kandung, sebagai penegasan bahwa kepribadian dan segala tingkah laku kita sebenarnya normal — tapi juga didambakan. Selain itu, sebuah penelitian tahun 2005 menemukan bahwa dua insan berbeda yang memiliki kualitas kepribadian yang mirip, misalnya sama-sama orang ekstrovert atau sama-sama teliti dan pendiam, justru cenderung mengarungi bahtera rumah tangga yang lebih bahagia di kalangan pengantin baru.
Untuk itu, para psikolog menyarankan agar kita tidak hanya mencari pasangan ideal yang hanya mirip dengan kita secara fisik, tapi juga memiliki kepribadian, prinsip, serta visi dan misi yang sama. Bahkan kalau bisa hingga sedetil memiliki selera musik yang sama.