Meski bersifat emosional, rasa sakit hati rupanya tidak hanya membuat seseorang merasa sedih, marah, atau kecewa. Beberapa di antara mereka yang mengalaminya bahkan merasa bahwa sakit hati juga berdampak buruk pada kondisi fisiknya.
Namun, bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan saat patah hati supaya tidak mengakibatkan timbulnya masalah fisik? Simak informasi berikut untuk mengetahui jawabannya.
Bagaimana rasa sakit hati bisa menyebabkan masalah fisik?
Tidak hanya berdampak pada kondisi emosional, rasa sakit hati juga bisa menyebabkan masalah fisik.
Penyebab kondisi tersebut adalah karena keduanya sama-sama diatur oleh bagian otak yang disebut anterior cingulate cortex (ACC).
Ketika merasa sedih saat sakit hati ditinggal orang tersayang, misalnya, anterior cingulate cortex yang terletak di dinding tengah otak akan meresponsnya dengan menghasilkan lebih banyak hormon kortisol.
Sebuah studi dalam jurnal Physical Therapy (2014) menyebutkan bahwa peningkatan hormon kortisol di dalam tubuh akan meningkatkan risiko peradangan, depresi, hingga sensitivitas tubuh terhadap rasa sakit.
Dengan begitu, Anda akan lebih mudah merasa sakit saat patah hati. Nyeri, sakit perut, dan sesak pada dada merupakan beberapa keluhan yang banyak ditemukan pada orang sakit hati.
Selain berbagai kegunaan di atas, kortisol juga memiliki fungsi lain seperti berikut.
- Mengatur proses metabolisme tubuh.
- Mengatur tekanan darah.
- Membantu mengontrol siklus waktu tidur.
- Mengatur gula darah.
Maka, saat jumlah kortisol di dalam tubuh tidak berada pada angka normal, berbagai fungsi tersebut juga bisa ikut terganggu.
Selain kondisi fisik, rasa sakit hati tentu tidak bisa dipisahkan dari masalah kesehatan mental. Kondisi ini sering kali berakhir dengan stres yang kemudian menimbulkan masalah lain.
Beberapa orang yang merasa stres kerap menyalurkan emosinya dengan banyak makan. Kondisi ini dikenal sebagai emotional eating.
Jika dibiarkan, makan berlebihan tentu juga membahayakan kesehatan fisik Anda. Terlebih emotional eating akan membuat Anda memilih makanan bernilai gizi rendah seperti junk food.
Kenapa patah hati bisa terjadi?
Rasa sakit hati tidak hanya terjadi saat Anda putus cinta, perasaan ini juga bisa muncul bersama perasaan lain, seperti kecewa, marah, dan emosi negatif lainnya.
Sakit hati bisa tercipta karena otak dan perasaan manusia yang terhubung.
Ketika Anda menghadapi situasi yang membuat Anda merasa terluka, otak akan mengenali situasi tersebut sebagai ancaman atau bahaya.
Sebagai respons dari ancaman tersebut, otak akan melepaskan zat kimia berupa hormon yang dapat memicu rasa tidak nyaman dan stres.
Sakit hati sebenarnya merupakan satu hal yang wajar terjadi. Namun jika dibiarkan berlangsung terlalu lama, kondisi ini memang bisa membahayakan kesehatan fisik.
Cara mengatasi patah hati
Supaya tidak membahayakan kondisi fisik Anda, penting untuk mengetahui cara menghadapi sakit hati yang tepat. Namun, setiap orang mungkin memiliki cara yang berbeda.
Berikut adalah cara mengatasi rasa sakit hati secara umum yang bisa Anda coba.
- Terima kesedihan yang ada, jangan menutup-nutupi perasaan Anda. Memendam perasaan justru bisa menyebabkan susah move on.
- Tuangkan kesedihan ke dalam bentuk tulisan jika Anda merasa keberatan menceritakannya ke orang lain.
- Jangan salahkan diri sendiri atas kondisi yang ada.
- Cari sumber kebahagiaan lain, seperti membaca buku, menonton film, atau bertemu dengan orang terdekat.
- Hindari musik, tempat, dan hal-hal lain yang mengingatkan Anda dengan seseorang yang membuat sakit hati.
- Jangan menilai orang lain akan selalu bersikap sama dengan seseorang yang membuat Anda sakit hati.
- Tingkatkan konsumsi makanan yang meningkatkan hormon serotonin, seperti kacang-kacangan, yoghurt, keju, dan telur.
- Batasi komunikasi dengan mantan atau orang yang sudah membuat Anda patah hati.
Kebanyakan kasus patah hati memang bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, tidak jarang kondisi ini terjadi selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Jika rasa sakit hati yang Anda alami sudah mengganggu kemampuan Anda dalam melakukan aktivitas sehari-hari, tidak ada salahnya untuk membicarakan hal tersebut dengan psikolog.
Kesimpulan
- Sakit hati berkepanjangan tidak hanya membahayakan kesehatan mental, tetapi juga fisik.
- Hubungan sakit hati dan gangguan fisik terjadi karena keduanya sama-sama diatur oleh anterior cingulate cortex (ACC) pada otak.
- Selain kenaikan kortisol yang dipicu oleh ACC, gangguan fisik saat patah hati juga bisa timbul karena emotional eating.