backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Terlalu Banyak Tidur Tanda Depresi, Benarkah?

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 21/06/2024

Terlalu Banyak Tidur Tanda Depresi, Benarkah?

Pernahkah Anda merasa tidur lebih lama daripada biasanya? Jika penyebabnya adalah kelelahan atau kurang tidur, ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Akan tetapi, tetapi terlalu banyak tidur juga bisa menjadi tanda depresi pada beberapa orang. Apa kaitannya?

Kenapa terlalu banyak tidur bisa jadi tanda depresi?

Gangguan tidur merupakan salah satu gejala utama dari depresi. Ada yang mengalami kesulitan tidur (insomnia) dan ada pula yang justru terlalu banyak tidur (hipersomnia).

Terdapat sejumlah alasan kenapa tidur berlebihan bisa menjadi tanda depresi. Yang pertama adalah karena hipersomnia dan depresi bisa menunjukkan gejala yang serupa.

Keduanya sama-sama menyebabkan kelelahan fisik, tingkat energi yang rendah, dan kesulitan berkonsentrasi selama beraktivitas.

Yang kedua adalah karena depresi dapat mengganggu siklus tidur yang diatur oleh ritme sirkadian tubuh. Hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan Anda tidur berlebihan.

Pada saat yang sama, kelelahan dan kurangnya motivasi akibat terlalu banyak tidur juga dapat memperburuk depresi

Hal tersebut dapat membuat Anda kesulitan untuk terlibat dalam aktivitas yang sebenarnya penting untuk membantu meningkatkan suasana hati.

Tanda dan gejala depresi yang perlu diperhatikan

gangguan depresi mayor

Tidak hanya gangguan tidur, depresi bisa membuat Anda merasa sangat sedih, kehilangan harapan, merasa tidak berharga, dan tidak berdaya. 

Meski semua orang dapat merasa sedih dari waktu ke waktu, perasaan sedih yang berlangsung lama dan intens tentunya berisiko mengganggu kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa gejala depresi lainnya yang perlu Anda perhatikan.

  • Kehidupan terasa sangat lamban.
  • Selalu muncul perasaan cemas dan khawatir berlebihan.
  • Mudah tersinggung, frustrasi, dan lekas marah.
  • Tidak lagi menikmati hal-hal yang sebelumnya terasa menyenangkan.
  • Kelelahan dan kurang berenergi saat melakukan aktivitas.
  • Sulit untuk berkonsentrasi, berpikir, atau membuat keputusan.
  • Perubahan nafsu makan yang bisa menyebabkan perubahan berat badan.
  • Pikiran yang sering dan berulang tentang kematian atau bunuh diri/
  • Masalah fisik yang tidak jelas penyebabnya, seperti sakit kepala dan nyeri punggung.
  • Jika Anda mengalami gejala di atas selama lebih dari dua minggu, ada baiknya Anda menemui dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

    Tidak perlu malu meminta pertolongan pihak lain. Makin cepat ke dokter, tentu akan makin baik untuk mencegah bahaya akibat tidur terlalu lama.

    Artikel terkait

    Ragam dampak negatif tidur terlalu lama

    Tidak setiap orang yang terlalu banyak tidur sedang mengalami depresi. Kebiasaan ini juga bisa disebabkan oleh sleep apnea hingga efek samping alkohol dan obat-obatan.

    Selain itu, memang ada juga orang yang hanya ingin tidur lama. Namun, bila dibiasakan, terlalu banyak tidur dapat meningkatkan risiko kesehatan berikut ini.

    1. Diabetes

    Orang yang tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena diabetes. Pasalnya, gangguan tidur bisa memengaruhi metabolisme dan keseimbangan hormon.

    Hal ini dapat menyebabkan resistensi insulin (berkurangnya kepekaan sel tubuh terhadap insulin) sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya diabetes tipe 2.

    2. Obesitas

    Salah satu fakta dari orang yang suka tidur adalah punya risiko tinggi terkena obesitas. Hal ini dijelaskan dalam artikel yang dimuat dalam jurnal Sleep Medicine Reviews (2018).

    Diketahui bahwa orang yang tidur 9–10 jam setiap malam berisiko 21% lebih tinggi untuk mengalami obesitas dalam waktu enam tahun daripada orang yang tidur 7–8 jam dalam semalam.

    3. Sakit kepala

    depresi karena kesepian

    Anda mungkin berpikir bahwa tidur lebih banyak membantu menghilangkan sakit kepala. Akan tetapi, hal ini tidak selamanya benar. 

    Tidur lebih lama pada akhir pekan atau liburan bisa menyebabkan sakit kepala. Terlalu banyak tidur bisa memengaruhi kimiawi otak dan memicu sakit kepala saat bangun di pagi hari.

    4. Sakit punggung

    Orang dengan sakit punggung sering kali diminta untuk lebih banyak beristirahat. Namun, ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa hal ini malah membuat gejala kian memburuk.

    Daripada tidur lebih lama, mengatur posisi tidur lebih efektif meredakan sakit punggung. Cobalah tidur miring dengan bantal di antara lutut agar tulang belakang tetap sejajar.

    5. Memori otak yang buruk

    Kurang tidur atau terlalu banyak tidur memiliki dampak yang sama buruknya untuk memori otak.

    Sebuah studi dalam Journal of the American Geriatrics Society (2014) menemukan wanita yang tidur 5 jam atau kurang atau 9 jam atau lebih memiliki kinerja otak yang lebih buruk.

    Durasi tidur yang tidak ideal ini bisa mengganggu memori dan kemampuan berpikir. Bahkan, ini bisa membuat seseorang menua secara mental dua tahun lebih cepat.

    Menjaga keseimbangan tidur penting bagi kesehatan mental dan fisik. Terlalu banyak tidur bisa menjadi tanda depresi dan memperburuk depresi yang sudah ada.

    Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter bila Anda mengalami gangguan tidur. Dokter akan memberikan diagnosis dan penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda.

    Kesimpulan

    • Terlalu banyak tidur bisa menjadi tanda depresi karena keduanya memiliki penyebab dan gejala yang hampir serupa.
    • Depresi bisa mengganggu siklus tidur, baik itu menyebabkan susah tidur (insomnia) maupun tidur terlalu lama (hipersomnia).
    • Selain itu, depresi dan hipersomnia sama-sama ditandai dengan kelelahan, tingkat energi rendah, dan kesulitan untuk berkonsentrasi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 21/06/2024

    ad iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    ad iconIklan
    ad iconIklan