backup og meta

Lepidopterophobia, Fobia terhadap Kupu-Kupu dan Ngengat

Lepidopterophobia, Fobia terhadap Kupu-Kupu dan Ngengat

Binatang dan serangga merupakan beberapa contoh pemicu fobia yang paling umum. Jika Anda memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap kupu-kupu, ngengat, atau serangga sejenisnya, Anda mungkin mengalami jenis fobia yang disebut lepidopterophobia.

Apa itu lepidopterophobia?

Lepidopterophobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap kupu-kupu atau ngengat. Kata ini berasal dari Lepidoptera, nama ordo serangga yang mencakup kupu-kupu dan ngengat.

Fobia terhadap kupu-kupu termasuk dalam kelompok gangguan kecemasan. Jenis fobia ini digolongkan sebagai jenis fobia spesifik dari segi tipe hewan. 

Seseorang yang mengalami fobia memiliki ketakutan yang sangat berlebihan dan tidak masuk akal. Bahkan, ketakutannya bisa mengganggu kehidupan sehari-hari.

Orang-orang dengan lepidopterophobia bisa jadi takut terhadap cara kupu-kupu dan ngengat bergerak atau terbang. Selain itu, mereka pun bisa merasa takut hanya dengan membayangkan bentuk kedua serangga tersebut. 

Gejala lepidopterophobia

gejala fobia

Pada dasarnya, gejala fobia pada kupu-kupu sama seperti fobia lainnya. Pemicunya bisa berupa melihat foto kupu-kupu, memikirkan tentang kupu-kupu, atau melihat langsung serangga tersebut.

Beberapa gejala dapat melibatkan reaksi fisik dan emosional yang kuat. Berikut adalah beberapa di antaranya. 

1. Merasa cemas

Salah satu gejala fobia adalah perasaan cemas berlebihan atau panik yang datang setiap kali Anda menghadapi pemicunya. Kecemasan in mungkin disertai dengan beberapa kondisi, seperti: 

  • sesak napas, 
  • gemetar, 
  • berkeringat berlebih, dan 
  • detak jantung yang cepat. 

2. Reaksi fisik yang ekstrem

Beberapa orang bisa menunjukkan reaksi fisik yang ekstrem saat menghadapi pemicu fobianya. Ada yang mungkin berteriak atau bahkan berusaha lari.

Gejala ini timbul akibat pelepasan hormon adrenalin yang memicu respons fight-or-flight.

3. Menghindari tempat tertentu

Gejala lain dari lepidopterophobia adalah menghindari tempat-tempat yang mungkin ada kupu-kupu, misalnya taman atau kebun binatang.

Tentu saja, orang yang mengalami fobia melakukan ini untuk mengurangi risiko kemungkinan bertemu dengan pemicunya.

4. Rasa takut yang berkelanjutan

Jika seseorang memiliki fobia, termasuk fobia kupu-kupu, mereka akan mengalami kondisi ini dalam waktu yang lama (setidaknya 6 bulan).

Kondisi ini tentu saja menyebabkan rasa tidak nyaman yang bisa berdampak pada kehidupan sehari-hari. 

Perlu diingat bahwa setiap gejala fobia bisa bervariasi pada setiap orang. Jadi, memahami tanda-tanda ini bisa membantu Anda atau orang lain ketika mengalami serangan panik saat menghadapi kupu-kupu. 

Penyebab fobia pada kupu-kupu

Penyebab pasti dari fobia kupu-kupu belum diketahui, tetapi beberapa faktor berbeda mungkin memiliki peran penting. Berikut beberapa faktornya. 

1. Faktor evolusi

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Current Biology menunjukkan bahwa fobia tertentu, termasuk lepidopterophobia, bisa terjadi akibat faktor evolusi.

Maksudnya, ketakukan berlebih terhadap hewan atau serangga tertentu mungkin berakar dari insting bertahan hidup manusia.

Ketakutan ini sebenarnya membantu kita menghindari potensi bahaya. Namun, beberapa orang bisa mengalami rasa takut yang jauh lebih besar.

Penelitian lebih lanjut memang diperlukan untuk memahami sepenuhnya kaitan antara fobia kupu-kupu dan faktor evolusi ini.

Meski begitu, fobia terhadap kupu-kupu mungkin merupakan respons bawaan yang membantu manusia dan leluhur mereka untuk menghindari ancaman potensial dalam lingkungan. 

2. Faktor genetik dan keluarga

Komponen genetik diyakini berperan dalam munculnya fobia spesifik, termasuk fobia terhadap kupu-kupu.

Pola asuh orangtua dan respons kecemasan yang ditunjukkan anggota keluarga juga dapat berperan dalam menimbulkan ketakutan terhadap kupu-kupu. 

Sebagai contoh, jika orangtua Anda pernah menakut-nakuti Anda dengan kupu-kupu atau menunjukkan rasa takut yang berlebihan terhadap kupu-kupu, secara tidak sadar fobia mungkin terbentuk pada diri Anda.

3. Pengalaman yang traumatis

Fobia kupu-kupu sering kali berasal dari pengalaman traumatik. Beberapa orang mengalami ketakutan ini setelah mengalami peristiwa traumatis yang berkaitan dengan kupu-kupu. 

Pengalaman tersebut dapat terjadi sekali atau berulang, terutama di lingkungan yang tidak dikenal.

Efek traumatis dari pengalaman tersebut dapat meninggalkan bekas yang mendalam dalam ingatan seseorang. Akibatnya, terbentuklah pikiran negatif terhadap kupu-kupu.

Cara mendiagnosis fobia terhadap kupu-kupu

risiko kesehatan menjadi psikolog

Lepidopterophobia bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari hingga menyebabkan kecemasan serta depresi.

Jika Anda atau orang yang Anda kenal mempunyai fobia, coba pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental, misalnya psikolog atau psikiater. 

Pertama-tama, ceritakan kekhawatiran Anda pada mereka. Nantinya, psikolog atau psikiater akan bertanya tentang kesehatan dan gejala fobia Anda. 

Apabila Anda berkonsultasi dengan seorang psikiater, ia akan menegakkan diagnosis dengan mengacu buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Kriteria fobia spesifik melibatkan beberapa hal, seperti: 

  • ketakutan muncul secara berlebihan, 
  • reaksi hampir selalu muncul saat menemui pemicu fobia, 
  • pasien membatasi kehidupan sehari-hari akibat fobia, dan 
  • pasien merasa tidak nyaman atau ketakutan selama enam bulan. 

Cara mengatasi lepidopterophobia

Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi fobia terhadap kupu-kupu dan ngengat.

1. Terpapar dengan kupu-kupu

Berhadapan dengan fobia kupu-kupu dapat dilakukan melalui paparan terkontrol. Maksudnya, Anda akan berhadapi kupu-kupu, entah itu dalam kehidupan nyata, imajinasi, maupun dalam dunia virtual.

Anda bisa melakukannya dengan pendampingan psikolog melalui terapi pemaparan. Pada terapi ini, Anda akan belajar untuk mengatasi ketakutan dengan menghadapi pemicunya secara bertahap.

2. Menghadapi langsung kupu-kupu

Menghadapi lepidopterophobia dapat dilakukan melalui berinteraksi dengan kupu-kupu.

Mengunjungi tempat seperti kebun binatang atau taman yang menampilkan kupu-kupu bisa membantu Anda beradaptasi dengan keberadaan mereka. 

Selain itu, melibatkan diri dalam proyek konservasi kupu-kupu atau mengekspresikan diri melalui seni juga dapat menjadi langkah positif.

Dengan begitu, Anda dapat membangun pemahaman yang lebih baik dan mengurangi tingkat ketakutan secara bertahap. 

3. Perawatan rumahan

Selain metode di atas yang mungkin memerlukan bantuan dari ahli kesehatan mental, ada beberapa perawatan rumahan yang bisa dicoba, antara lain: 

  • teknik relaksasi dan latihan pernapasan,
  • menjaga kesehatan dengan cukup tidur dan rutin olahraga, dan 
  • belajar menghadapi pemicu fobia secara bertahap dengan cara yang aman. 

Dalam menghadapi lepidopterophobia, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki cara unik untuk mengatasi ketakutannya.

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, usahakan untuk berkonsultasi dengan ahlinya untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Types of Phobias. (2019). Good Therapy. Retrieved 20 Dec 2023, from https://www.goodtherapy.org/learn-about-therapy/issues/phobias/types 

Symptoms – Phobias. (2022). NHS UK. Retrieved 20 Dec 2023, from https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/phobias/symptoms/ 

Adolphs, R. (2013). The Biology of Fear. Current Biology, 23(2). Retrieved 20 Dec 2023, from https://doi.org/10.1016/j.cub.2012.11.055 

Loken, E. K., Hettema, J. M., Aggen, S. H., & Kendler, K. S. (2014). The structure of genetic and environmental risk factors for fears and phobias. Psychological medicine, 44(11), 2375–2384. https://doi.org/10.1017/S0033291713003012 

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. DIAGNOSTIC AND STATISTICAL MANUAL OF MENTAL DISORDERS. doi:10.1176/appi.books.9780890425596 

Freitas, J. R., Velosa, V. H., Abreu, L. T., Jardim, R. L., Santos, J. A., Peres, B., & Campos, P. F. (2021). Virtual reality exposure treatment in Phobias: A systematic review. Psychiatric Quarterly, 92(4), 1685–1710. doi:10.1007/s11126-021-09935-6

Versi Terbaru

02/01/2024

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Pediophobia, Rasa Takut Berlebihan terhadap Boneka

Aquaphobia atau Fobia Air, Mengapa Bisa Terjadi?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 02/01/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan