Seseorang bisa hilang arah alias mengalami disorientasi ketika mengalami gangguan fisik atau mental yang ringan hingga serius. Lalu, apa yang dimaksud dengan disorientasi? Yuk, kenali lebih lanjut mengenai kondisi ini di dalam pembahasan berikut!
Apa itu disorientasi?
Disorientasi adalah kondisi saat seseorang merasa kebingungan dan kehilangan kemampuan untuk mengenali tempat, waktu, situasi, dan orang-orang di sekitarnya.
Beberapa orang mengalami gangguan orientasi sebagai efek samping dari kelelahan ekstrem.
Pada kasus lainnya, kondisi ini bisa menjadi tanda dari gangguan kesehatan yang serius, seperti masalah pada otak hingga gangguan mental.
Orang yang mengalami disorientasi mungkin tidak mengetahui di mana dirinya berada, tidak bisa mengingat jam, dan kesulitan mengenali orang-orang di sekitarnya.
Jika tidak ditangani, disorientasi akan mengganggu aktivitas sehari-hari hingga membahayakan keselamatan diri orang yang mengalaminya.
Tanda dan gejala disorientasi
Orang yang mengalami disorientasi umumnya merasa kebingungan. Mereka mungkin tidak bisa mengenali tempat, waktu, orang lain, dan bahkan dirinya sendiri.
Dilansir dari situs healthdirect, disorientasi bisa disertai tanda dan gejala lain, seperti:
- kesulitan fokus dan berpikir secara jernih,
- menggumam atau berbicara tidak jelas,
- merasa gelisah,
- mudah marah dan tersinggung, serta
- tidak dapat membedakan mana kenyataan dan mana yang tidak.
Kondisi ini dapat berkembang secara perlahan pada beberapa orang. Namun, disorientasi juga bisa terjadi tiba-tiba sebagai respons terhadap suatu penyakit atau kondisi yang akut.
Beberapa orang mungkin hanya mengalami gejala ringan, sedangkan yang lain bisa mengalami disorientasi parah sehingga membutuhkan bantuan medis segera.
Penyebab disorientasi
Disorientasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, baik fisik maupun psikologis. Berikut adalah beberapa alasan umum mengapa seseorang bisa merasa bingung dan hilang arah.
1. Delirium
Salah satu penyebab umum disorientasi adalah delirium. Ini terjadi ketika fungsi otak tiba-tiba menjadi abnormal sehingga menimbulkan kebingungan untuk sementara waktu.
Kondisi ini bisa terjadi dalam beberapa jam atau hari, yang mungkin datang dan pergi. Penting untuk segera mencari bantuan medis untuk mencegah komplikasi.
2. Demensia
Disorientasi kerap kali muncul pada pengidap demensia, terutama pada tahap lanjut. Kondisi ini membuat pengidapnya tidak mampu mengenali waktu, tempat, dan orang di sekitarnya.
3. Kelelahan ekstrem
Kelelahan ekstrem, seperti akibat kurang tidur berkepanjangan, bisa menimbulkan kebingungan sementara. Kondisi ini biasanya akan hilang setelah orang tersebut beristirahat yang cukup.
4. Efek samping obat-obatan
Obat penenang dan antidepresan berisiko memicu disorientasi. Obat-obatan ini bekerja dengan memengaruhi otak sehingga dapat mengubah fungsinya untuk sementara waktu.
Tidak menutup kemungkinan obat-obatan lain dapat menimbulkan efek serupa. Kondisi ini lebih mungkin dialami oleh orang yang menggunakan obat dosis tinggi dalam jangka panjang.
5. Cedera kepala
Cedera atau trauma kepala bisa memicu kerusakan pada bagian otak yang mengatur orientasi.
Sebagai contoh, orang yang terkena gegar otak dapat mengalami penurunan kesadaran serta kebingungan untuk mengenali lingkungan di sekitarnya.
Penyebab disorientasi lainnya
Selain penyebab di atas, disorientasi juga bisa terjadi akibat kondisi-kondisi lain seperti berikut. - Amnesia.
- Keracunan karbon monoksida.
- Infeksi, terutama yang menyerang otak (ensefalitis) dan selaput otak (meningitis).
- Sirosis hati dan gagal hati.
- Epilepsi.
- Demam tinggi.
- Dehidrasi.
- Kekurangan vitamin, natrium, dan kalium.
- Kadar gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah (hipoglikemia).
- Penyakit terkait panas, seperti heat exhaustion dan heat stroke.
- Stroke.
Diagnosis disorientasi
Untuk mendiagnosis disorientasi, dokter dapat melakukan wawancara medis dan menanyakan riwayat kesehatan pasien.
Beberapa tes kesehatan di bawah ini dapat dilakukan untuk mengetahui penyebabnya secara pasti.
- Tes darah: memeriksa kadar gula darah, elektrolit, dan infeksi di dalam tubuh.
- CT scan atau MRI: melihat kondisi otak, terutama bila ada dugaan cedera kepala atau stroke.
- Elektroensefalografi (EEG): memeriksa aktivitas listrik otak bila ada dugaan epilepsi.
- Pemeriksaan kognitif: menilai kemampuan berpikir dan memori pada pasien demensia.
Penanganan disorientasi
Penanganan yang diberikan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Umumnya, gejala kebingungan ini akan membaik bila penyebabnya telah ditangani.
Namun, ada pula kasus disorientasi yang berlangsung dalam jangka panjang, misalnya yang terjadi pada pengidap demensia.
Apabila Anda merawat orang yang mengidap kondisi tersebut, berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan.
- Pantau riwayat medis. Pastikan Anda mencatat kebiasaan, gejala penyakit, dan obat yang digunakan untuk membantu dokter menentukan penanganan yang tepat.
- Buat lingkungan terasa familier. Ciptakan lingkungan yang membuat pasien merasa familier dan siapkan benda yang dapat mengingatkan mereka tentang siapa dirinya.
- Tetap berada di dekatnya. Kehadiran dari orang terdekat pasien dapat memberi rasa aman dan nyaman, terutama saat harus pergi ke tempat baru.
- Siapkan tanda pengenal. Apabila pasien pergi ke luar rumah, pastikan mereka selalu membawa tanda pengenal yang berisi nama, alamat, dan kontak darurat.
Disorientasi adalah kondisi yang bisa dialami siapa saja dan tidak dapat dicegah sepenuhnya.
Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala dari kondisi ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Kesimpulan
- Disorientasi adalah kondisi ketika seseorang merasa kebingungan dan tidak mampu mengenali tempat, waktu, situasi, dan orang di sekitarnya.
- Penyebabnya dapat berasal dari kondisi fisik dan psikologis, seperti kelelahan ekstrem, efek samping obat, cedera kepala, demensia, hingga delirium.
- Penanganan dari kondisi ini harus disesuaikan dengan penyebabnya sehingga penting untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.