Tragedi bunuh diri merupakan sesuatu yang harus ditanggapi dengan serius. Apalagi, bunuh diri tidak hanya mengakibatkan kesedihan dan trauma baru, tapi juga dapat “menular” ke orang lain. Kondisi inilah yang disebut copycat suicide.
Apa itu copycat suicide?
Copycat suicide adalah tindakan bunuh diri yang dilakukan seseorang setelah melihat atau mendengar kabar bunuh diri orang lain, khususnya orang-orang terdekat atau yang berpengaruh terhadapnya.
Fenomena yang juga dikenal dengan suicide contagion ini bisa sampai mencakup cara bunuh diri yang dipilih.
Copycat suicide paling banyak ditemukan usai adanya pemberitaan kasus bunuh diri tokoh publik secara besar-besaran.
Pada sebuah penelitian di Korea Selatan, terlihat adanya peningkatan risiko bunuh diri usai tujuh selebritas melakukan bunuh diri sepanjang 2005–2008.
Peningkatan risiko tersebut bahkan mencapai 14,6–95,4 persen. Hitungan ini terjadi dalam kurun 28 hari setelah tiap kasus ditemukan.
Copycat suicide pernah terlihat setelah kasus overdosis Marilyn Monroe pada 1962. Setelah kematiannya, terjadi peningkatan kasus bunuh diri hingga sebanyak 12 persen.
Fenomena suicide contagion memang paling banyak dilakukan oleh seseorang yang merasa dekat dengan tokoh publik, terutama dengan jenis kelamin dan usia yang sama.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya kasus bunuh diri di Amerika Serikat setelah kematian Robin Williams. Kebanyakan korbannya merupakan lelaki paruh baya.
Media berperan dalam copycat suicide
Tanda-tanda copycat suicide
Keinginan bunuh diri yang muncul usai melihat pemberitaan bunuh diri umumnya terasa lebih kuat oleh mereka yang mengalami kondisi berikut.
1. Tidak memiliki harapan untuk masa depan
Perasaan tidak berdaya, putus asa, dan merasa terjebak akan kondisi yang sedang dialami menjadi salah satu dorongan seseorang melakukan bunuh diri.
2. Membicarakan tentang bunuh diri
Beberapa orang bisa saja menunjukkan ciri-ciri ketika ingin bunuh diri kepada orang lain di sekitarnya. Namun, mereka mungkin membicarakannya secara tersirat seperti, “Akan lebih baik jika saya tidak dilahirkan.”
3. Membenci diri sendiri
Perasaan tidak berharga, malu, dan tidak bisa berkontribusi untuk lingkungan sekitar kerap kali membuat seseorang berpikir bahwa semua akan lebih baik jika dirinya tidak ada.
4. Menarik diri dari lingkungan
Menghindar dari teman atau aktivitas sosial juga bisa menjadi gejala dari copycat suicide. Hal ini juga termasuk hilangnya minat dari aktivitas yang biasanya menyenangkan.
5. Tiba-tiba tampak tenang
Seseorang yang tiba-tiba tenang usai mengalami depresi yang berat bisa menjadi pertanda bahwa ia telah membuat keputusan untuk mengakhiri hidupnya.
6. Berperilaku yang membahayakan
Seseorang yang berkendara ugal-ugalan, mengonsumsi alkohol yang berlebihan, atau melakukan hal berisiko lainnya bisa jadi sedang memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Penyebab dan faktor risiko copycat suicide
Bunuh diri sering kali tidak hanya disebabkan oleh satu faktor. Berikut beberapa faktor yang kerap menjadi penyebab seseorang bunuh diri.
- Gangguan mental, terutama depresi dan gangguan mood.
- Percobaan bunuh diri sebelumnya.
- Melihat pemberitaan bunuh diri orang lain, terutama orang terdekat.
- Memiliki penyakit kronis atau kecacatan.
- Menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol.
- Terisolasi dari lingkungan sekitar.
- Adanya trauma masa kecil yang membekas hingga kini.
- Menjadi korban kekerasan.
- Pemberitaan media yang berlebihan.
Bagaimana cara mencegah copycat suicide?
Tidak ada satu cara mutlak untuk mencegah tindakan copycat suicide. Namun, Anda dapat meminimalisasi kemungkinannya dengan melakukan hal berikut.
1. Hindari melihat berita bunuh diri
Jika Anda memiliki teman yang sedang depresi berat atau menunjukkan tanda-tanda ingin bunuh diri, jauhkanlah pemberitaan mengenai bunuh diri darinya.
Pasalnya, telah terbukti bahwa penyebab utama copycat suicide ialah mendengar pemberitaan bunuh diri orang lain.
2. Tunjukkan kepedulian
Ketika Anda melihat seseorang menunjukkan tanda-tanda bunuh diri, cobalah berbicara dengannya dan mengetahui perasaannya lebih jauh.
Anda bisa memulai percakapan seperti, “Apakah terjadi sesuatu akhir-akhir ini?” dan akhiri dengan ungkapan seperti, “Kamu tidak sendiri, aku akan ada di sini untukmu.”