Kuret atau dikenal juga dengan kuretase menjadi istilah yang mungkin tidak asing di telinga para kaum hawa. Biasanya, kuret dilakukan setelah keguguran untuk membersihkan rahim dari sisa jaringan yang tertinggal.
Seperti apa prosedurnya dan apa saja efek sampingnya? Simak jawabannya dalam uraian berikut ini.
Apa itu kuret (kuretase)?
Kuret adalah istilah awam untuk menyebut kuretase, yaitu tindakan medis untuk mengambil dan mengeluarkan jaringan dari dalam rahim.
Dalam dunia medis, kuret sendiri sebenarnya merupakan alat operasi berbentuk menyerupai sendok yang digunakan untuk melakukan kuretase.
Istilah medis dari prosedur tersebut ialah D&C (dilation and curettage) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan dilatasi dan kuretase.
Berdasarkan informasi dalam laman Johns Hopkins Medicine, kuretase tidak bisa terlepas dari prosedur dilatasi yang dilakukan sebelumnya.
Dilatasi dan kuretase merupakan prosedur operasi yang sering dilakukan setelah wanita mengalami keguguran pada trimester kehamilan yang pertama.
Dilatasi sendiri mengacu pada pelebaran atau pembukaan leher rahim karena leher rahim ibu tentu tidak terbuka sendiri setelah mengalami keguguran.
Pada kondisi melahirkan normal, tubuh ibu secara otomatis merangsang pembukaan leher rahim (serviks) yang dibantu juga oleh dorongan kepala bayi.
Sementara saat keguguran, tubuh ibu tidak merangsang pembukaan leher rahim sehingga perlu dilakukan dilatasi untuk membuka leher rahim. Setelah itu, tahapan selanjutnya yakni kuretase.
Kapan kuret perlu dilakukan?
Ternyata bukan hanya setelah keguguran, prosedur D&C juga perlu dilakukan pada situasi berikut.
1. Aborsi atau setelah melahirkan
Dilatasi dan kuretase perlu dilakukan untuk membuang jaringan dalam rahim selama atau setelah keguguran atau aborsi.
Sementara setelah melahirkan, D&C perlu dilakukan untuk membuang sisa-sisa dari plasenta. Pembersihan ini dilakukan untuk mencegah infeksi atau perdarahan hebat setelah melahirkan.
2. Mendiagnosis atau mengobati kelainan rahim
D&C dapat membantu mendiagnosis atau mengobati pertumbuhan kelainan jaringan pada rahim.
Contoh kelainan pada rahim yakni fibroid, polip, endometriosis, ketidakseimbangan hormonal, atau kanker rahim.
Sampel dari jaringan rahim yang berhasil diambil akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium sehingga dokter bisa mengetahui kemungkinan adanya kelainan sel rahim.
Prosedur dilatasi dan kuretase
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, prosedur pertama yang dilakukan yaitu dilatasi dan kemudian kuretase. Semua prosedur ini biasanya membutuhkan waktu selama 15–30 menit.
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang biasanya dilakukan saat proses pembersihan rahim.
1. Dilatasi
Mengutip laman American Pregnancy Association, biasanya dokter akan memberikan antibiotik untuk diminum dan melalui infus guna mencegah infeksi.
Dokter kemudian akan memeriksa serviks Anda, apakah dalam kondisi terbuka atau tertutup.
Jika serviks dalam kondisi tertutup, dokter akan memasukkan alat bernama dilator untuk membukanya. Ini bertujuan agar alat kuret nantinya bisa dimasukkan ke dalam serviks.
Dokter akan membuka vagina Anda, kemudian melebarkan leher rahim Anda secara perlahan sehingga bisa mencapai rahim Anda.
Selain itu, dokter juga bisa memberikan Anda obat untuk melunakkan leher rahim sehingga proses pelebaran rahim menjadi lebih mudah.
Apabila diperlukan, alat berbentuk cocor bebek yang disebut spekulum dapat digunakan untuk menjaga serviks agar tetap dalam kondisi terbuka.
Agar Anda tidak merasa kesakitan, kemungkinan dokter akan memberikan obat yang membuat Anda mati rasa.
2. Kuretase
Setelah proses dilatasi selesai, dokter akan mencapai rahim Anda. Pada saat ini, dokter akan menggunakan alat kuret untuk membersihkan isi rahim.
Alat kuretase dikenal dengan nama vakum aspirasi (suction curretage). Alat tersebut dilengkapi dengan tabung fleksibel yang mudah digerakkan.
Panjang tabung pada alat tersebut dapat disesuaikan dengan jumlah minggu kehamilan saat Anda mengalami keguguran.
Semisal begini, tabung fleksibel berukuran 7 milimeter (mm) akan digunakan untuk membersihkan isi rahim saat usia kehamilan 7 minggu.
Dokter akan menggoreskan alat ini ke lapisan dinding rahim Anda secara perlahan sehingga jaringan abnormal yang ada pada rahim bisa dibersihkan.
Selanjutnya, dokter akan melihat apakah kondisi rahim Anda sudah mulai mengeras. Ini biasanya disertai dengan perdarahan yang telah berhenti atau setidaknya jauh lebih berkurang.
Jika rahim sudah keras dan perdarahan sudah berkurang, spekulum yang sebelumnya digunakan sebagai bantuan untuk membuka serviks kemudian akan ditarik kembali.
Ini tandanya, proses kuretase Anda telah selesai dilakukan.
Apa yang akan terjadi pada ibu setelah kuret?
Sama seperti setelah melahirkan, Anda juga akan merasakan sedikit sakit setelah menjalani prosedur D&C.
Anda akan merasakan kram dan mengalami perdarahan ringan yang ditandai dengan bercak darah. Hal ini normal, jadi Anda tidak perlu khawatir.
Proses pemulihan setelah dilakukannya D&C tergantung dari jenis prosedur yang dilakukan dan jenis anestesi (bius) yang diberikan.
Oleh karenanya, Anda bisa pulih dalam waktu beberapa jam saja atau bisa lebih dari satu hari.
Selama masa pemulihan setelah kuret, lebih baik jika Anda tidak melakukan hubungan intim terlebih dulu dengan pasangan.
Anjuran tersebut sebaiknya dilakukan selama setidaknya dua minggu atau setidaknya sampai perdarahan Anda berhenti.
Sebaiknya batasi juga aktivitas fisik Anda, seperti jangan dulu melakukan aktivitas berat atau mengangkat beban berat.
Selain itu, periode menstruasi setelah kuretase mungkin akan terjadi lebih awal atau terlambat dari waktu biasanya.
Hal ini disebabkan karena lapisan rahim Anda telah dikikis dan dibutuhkan waktu untuk membangunnya kembali.
Risiko prosedur kuret
Pada kasus yang langka, terkadang akan terbentuk jaringan parut di dalam rahim atau di sekitar leher rahim setelah D&C.
Kondisi yang disebut sebagai sindrom Asherman ini dapat menyebabkan gangguan kesuburan dan perubahan siklus menstruasi.
Untuk menangani sindrom ini, Anda dapat melakukan operasi lagi guna menghilangkan jaringan parut tersebut. Kemungkinan besar kondisi ini dapat diatasi dan Anda akan sembuh.
Jika Anda keguguran pada usia kehamilan di atas 20 minggu, ada risiko terbentuknya jaringan parut atau komplikasi lainnya.
Contoh komplikasi yang mungkin timbul pada usia kehamilan tersebut yakni perdarahan berat, infeksi, dan perforasi atau terbentuknya lubang pada dinding rahim.
Hal ini terjadi karena rahim mengembang lebih besar dan lebih tipis selama kehamilan.
Komplikasi setelah D&C mungkin jarang terjadi. Namun, sebaiknya periksakan segera ke dokter jika Anda mengalami:
- perdarahan pascakuret yang berkepanjangan,
- demam,
- nyeri pada perut, dan
- keputihan berbau busuk dari vagina.
Apakah kuret dapat mempengaruhi kesempatan untuk hamil lagi?
Melakukan kuret (kuretase) setelah keguguran tidak akan mengurangi kesempatan Anda untuk hamil lagi.
Bahkan, kesempatan Anda untuk hamil lagi setelah mengalami keguguran dan melakukan D&C akan sama saja seperti orang yang tidak pernah keguguran.
Menurut sebuah studi dalam jurnal Obstetrics & Gynecology pada 2016, lebih dari 85% orang yang pernah mengalami keguguran bisa hamil dengan sehat kembali hingga melahirkan.
Meski begitu, para ahli menyarankan untuk menunggu sampai tiga siklus menstruasi setelah melakukan kuretase sebelum Anda mencoba untuk hamil lagi.
Ini bertujuan supaya rahim bisa membangun kembali lapisannya. Jadi, rahim sudah sehat kembali ketika Anda hamil lagi.
Segala tentang kuretase
- Kuretase adalah tindakan medis untuk membersihkan isi rahim dari jaringan abnormal.
- Tindakan medis ini merupakan bagian dari rangkaian prosedur yang disebut dilatasi dan kuretase (D&C).
- Kuretase dapat dilakukan setelah keguguran, aborsi, atau untuk mendiagnosis kelainan pada rahim.
- D&C setelah keguguran tidak akan mengurangi kesempatan pasien untuk hamil lagi.
[embed-health-tool-due-date]