backup og meta

Hyperspermia

Hyperspermia

Salah satu kelainan sperma yang mungkin jarang disorot adalah volume semen atau air mani yang terlalu banyak. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut hyperspermia. Ketahui lebih dalam mengenai hyperspermia dan dampaknya terhadap kesuburan pria dalam ulasan berikut.

Apa itu hyperspermia?

Hyperspermia adalah kondisi ketika seorang pria memproduksi volume air mani lebih banyak dari biasanya.

Air mani atau semen merupakan cairan yang dikeluarkan oleh pria ketika ejakulasi. Di dalam air mani terkandung sperma yang nantinya akan membuahi sel telur.

Normalnya, volume air mani yang keluar saat ejakulasi adalah adalah 1,5–5 mililiter (ml) pada setiap kali ejakulasi.

Menurut studi terdahulu pada jurnal Human Reproduction (1995), seorang pria dianggap mengidap hiperspermia bila mengeluarkan 6,3 ml air mani pada setiap ejakulasinya.

Hyperspermia merupakan kebalikan dari hypospermia, yakni kondisi saat volume semen sangat sedikit atau kurang dari 1,5 ml pada tiap ejakulasi.

Jika dibandingkan dengan jenis kelainan sperma lainnya, hiperspermia relatif jarang terjadi dan biasanya tidak berbahaya.

Namun, pada beberapa kasus, volume air mani yang berlebihan dapat memengaruhi kualitas sperma sehingga menyebabkan gangguan kesuburan pada pria.

Pria yang memiliki kelainan ini kerap kali juga mengalami azoospermia atau konsentrasi sperma yang rendah. Kondisi inilah yang dapat mengurangi peluang pembuahan.

Seberapa umum kondisi ini terjadi?

Studi asal Tunisia yang menganalisis 2.332 sampel air mani menemukan bahwa hyperspermia ditemukan pada 6,8% sampel. Angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka kasus hypospermia yang mencapai 18,3% pada penelitian ini.

Tanda dan gejala hyperspermia

Gejala utama dari hiperspermia yakni volume semen lebih tinggi dari 5 ml setiap ejakulasi. Pada beberapa kasus, volume air mani bisa berkisar antara 6,0–6,5 ml atau lebih tinggi.

Hal lainnya yang bisa menandakan hiperspermia adalah sebagai berikut.

  • Libido atau gairah seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria lain.
  • Kemungkinan munculnya rasa tidak nyaman atau sakit saat ejakulasi.
  • Konsistensi sperma lebih encer dari biasanya.
  • Konsentrasi atau jumlah sel sperma dalam air mani yang lebih rendah.
  • Gangguan kesuburan, seperti sulit memiliki keturunan meskipun telah rutin berhubungan intim tanpa pengaman selama satu tahun.

Penyebab hyperspermia

terlalu banyak sperma

Penyebab terlalu banyak sperma belum sepenuhnya diketahui. Namun, berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan risiko Anda terhadap kondisi ini.

1. Jarang ejakulasi

Frekuensi ejakulasi yang terlalu jarang berisiko menyebabkan penumpukan cairan semen di dalam kelenjar prostat.

Kondisi ini dapat meningkatkan volume semen yang keluar saat ejakulasi berikutnya.

2. Gangguan hormon

Ketidakseimbangan hormon, terutama hormon testosteron, bisa memengaruhi produksi semen. 

Gangguan hormonal pada pria ini dapat terjadi akibat stres, pola hidup yang tidak sehat, atau kondisi medis tertentu.

3. Kondisi medis tertentu

Artikel yang dimuat dalam Scientific Reports (2014) menyebutkan bahwa infeksi bakteri tingkat rendah pada prostat dapat meningkatkan risiko hyperspermia dalam beberapa kasus.

Beberapa kondisi medis lainnya, gangguan fungsi testis, dan efek samping obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan produksi air mani yang berlebihan.

4. Gaya hidup tidak sehat

Konsumsi alkohol berlebihan, merokok, dan kurang berolahraga dapat memengaruhi kesehatan reproduksi pria secara keseluruhan, termasuk produksi air mani yang terlalu banyak.

Diagnosis hyperspermia

Anda dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter bila mengalami gejala hiperspermia disertai kesulitan memiliki keturunan setelah satu tahun mencoba.

Untuk menegakkan diagnosis kelainan sperma ini, dokter Anda dapat melakukan beberapa tes seperti berikut ini.

  • Pemeriksaan fisik: pemeriksaan keadaan organ reproduksi pria untuk mendeteksi gangguan yang dapat memengaruhi produksi semen atau air mani.
  • Analisis semen: pemeriksaan sampel semen untuk mengukur volume, konsistensi, dan kualitas sel sperma di dalamnya.
  • Tes hormon: pemeriksaan sampel darah untuk mendeteksi ketidakseimbangan hormon yang dapat memengaruhi produksi semen.
  • Tes pencitraan: pemeriksaan USG pada testis atau area lainnya pada sistem reproduksi untuk mencari masalah yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan.

Pengobatan hyperspermia

turun berok dan kesuburan pria

Kebanyakan kasus hyperspermia tidak membutuhkan pengobatan khusus. Volume air mani yang terlalu banyak umumnya tidak menyebabkan gangguan kesuburan.

Namun, bila kondisi ini disertai jumlah sperma yang sangat rendah atau azoospermia, berikut ini adalah beberapa pengobatan yang dapat dilakukan.

1. Obat-obatan

Dokter bisa meresepkan obat-obatan tertentu untuk mengatasi hiperspermia akibat gangguan hormon dan infeksi.

Obat kesuburan pria, seperti clomiphene citrate, bekerja dengan merangsang kelenjar hipofisis di otak untuk memproduksi hormon dan meningkatkan produksi sperma.

Pada kasus hyperspermia yang disebabkan oleh infeksi prostat, dokter akan meresepkan obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri di dalam tubuh.

2. Teknologi reproduksi berbantu

Dokter mungkin merekomendasikan teknologi reproduksi berbantu atau assisted reproductive technology (ART) untuk mengatasi masalah kesuburan.

Beberapa metode, meliputi inseminasi buatan atau program bayi tabung, dapat menjadi solusi bagi pria yang mengalami infertilitas.

Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sperma dan mempertemukannya dengan sel telur secara langsung, baik di dalam maupun di luar rahim.

Pencegahan hyperspermia

Tidak semua kasus hiperspermia atau volume semen terlalu banyak bisa dicegah sepenuhnya.

Meski begitu, beberapa cara di bawah ini dapat membantu menjaga kesehatan reproduksi pria sehingga risiko terjadinya kelainan sperma ini bisa berkurang.

  • Menerapkan gaya hidup sehat dengan pola makan seimbang dan olahraga teratur.
  • Mengelola stres dengan baik, seperti dengan meditasi dan konseling psikologi bila perlu.
  • Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol.
  • Menghindari penggunaan obat-obatan tertentu tanpa anjuran dokter sebelumnya.
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi, terlebih saat merencanakan kehamilan.

Hyperspermia merupakan kondisi yang sering terjadi dan biasanya tidak berbahaya.

Apabila Anda mengalami gejala hiperspermia, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Kesimpulan

  • Hyperspermia adalah kondisi saat volume semen atau air mani lebih banyak dari angka normal, yakni lebih dari 5 milimeter (ml) setiap kali ejakulasi.
  • Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kelainan sperma ini antara lain jarang ejakulasi, gangguan hormon, infeksi prostat, dan gaya hidup tidak sehat.
  • Pengobatan untuk kondisi ini baru dibutuhkan saat volume air mani yang terlalu banyak membuat konsentrasi sperma menjadi lebih rendah.
  • Adapun, pengobatan untuk kondisi ini melibatkan obat-obatan atau teknologi reproduksi berbantu (ART) untuk meningkatkan kesuburan.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Healthy sperm: Improving your fertility. (2022). Mayo Clinic. Retrieved January 28, 2025, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/getting-pregnant/in-depth/fertility/art-20047584

Infertility: Frequently asked questions. (2024). Reproductive Health. Retrieved January 28, 2025, from https://www.cdc.gov/reproductive-health/infertility-faq/

Azoospermia. (n.d.). UCLA Health. Retrieved January 28, 2025, from https://www.uclahealth.org/medical-services/urology/mens-clinic-ucla/fertility/azoospermia

Markus Christian Hartanto, Cennikon Pakpahan, & Aleksander Try Utomo. (2024). Hyperspermia, the often-neglected semen abnormality affecting fecundability. Majalah Biomorfologi, 34(1), 60-66. https://doi.org/10.20473/mbiom.v34i1.2024.60-66

Vahidi, S., Abedinzadeh, M., Rahavian, A., Mirjalili, A., Sadeghi, A., Karami, H., & Abouei, S. (2023). Does clomiphene citrate administration increase the success rate of microdissection testicular sperm extraction in non-obstructive azoospermic men? A cross-sectional study. International Journal of Reproductive BioMedicine (IJRM), 21(11), 943-948. https://doi.org/10.18502/ijrm.v21i11.14658

Shang, Y., Liu, C., Cui, D., Han, G., & Yi, S. (2014). The effect of chronic bacterial prostatitis on semen quality in adult men: a meta-analysis of case-control studies. Scientific reports, 4, 7233. https://doi.org/10.1038/srep07233

Cooke, S., Tyler, J. P., & Driscoll, G. L. (1995). Hyperspermia: the forgotten condition?. Human reproduction (Oxford, England), 10(2), 367–368. https://doi.org/10.1093/oxfordjournals.humrep.a135944

Abid, N., Chakroun, N., Sellami, A., Bahloul, A., Rebai, T., & Ammer-Keskes, L. (2006). Prevalence of hypospermia and hyperspermia and their relationship with genital tract infection in Tunisian infertile men. Fourth European Congress of Andrology and 23rd Congress of the French Speaking Society of Andrology. https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/BF03034856.pdf

Versi Terbaru

06/02/2025

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

10 Kebiasaan yang Bisa Menjadi Penyebab Sperma Sedikit

Sperma Menggumpal Seperti Jelly, Apakah Tanda Tidak Subur?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 5 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan