Anemia pada ibu hamil trimester 3 bisa membawa dampak buruk bagi ibu dan janin yang hampir siap untuk lahir ke dunia. Yuk, kenali ciri-ciri hingga cara mengatasi masalah ini dalam ulasan berikut.
Ciri-ciri anemia pada ibu hamil trimester 3
Salah satu masalah yang umum terjadi saat trimester 3 adalah anemia. Kondisi ini terjadi saat kadar hemoglobin dalam darah berada di bawah batas normal.
Hemoglobin (Hb) adalah protein di dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dan mengedarkannya ke seluruh tubuh.
Mengenali tanda anemia pada trimester 3 sangat penting agar kondisi ini bisa segera ditangani. Ciri-ciri umum anemia pada ibu hamil trimester 3 yaitu:
- tubuh lemah, letih, atau lesu terus-menerus,
- pusing dan kepala kliyengan,
- sesak napas,
- detak jantung cepat dan tidak teratur,
- sakit atau nyeri dada,
- warna kulit, bibir, dan kuku pucat,
- kulit mudah memar,
- tangan dan kaki terasa dingin,
- kesulitan fokus dan berkonsentrasi, serta
- tungkai bawah bergerak tanpa kontrol (sindrom kaki gelisah).
Penyebab anemia pada trimester 3 kehamilan
Tubuh ibu akan bekerja keras untuk mendukung pertumbuhan janin di dalam kandungan, salah satunya dengan meningkatkan volume darah.
Pada trimester 3, volume darah Anda akan meningkat sebanyak 42% pada usia kehamilan 28–34 minggu dan bahkan hingga 48% pada usia kehamilan 35–38 minggu.
Peningkatan volume plasma darah membuat darah menjadi lebih encer. Hal ini dapat menyebabkan anemia yang ditandai dengan Hb rendah saat hamil.
Penyebab lain anemia pada ibu hamil trimester 3 yakni kurang terpenuhinya asupan zat gizi, terutama zat besi, asam folat, dan vitamin B12.
Pada kasus yang serius, anemia bisa disebabkan oleh perdarahan saat hamil. Kondisi ini akan mengurangi kadar Hb di dalam darah sehingga menyebabkan anemia.
Faktor risiko anemia pada masa kehamilan
Dilansir dari American Society of Hematology, ibu hamil lebih berisiko mengalami anemia bila: - mengalami dua kehamilan dalam waktu berdekatan,
- sedang hamil bayi kembar dua atau lebih,
- sering mengalami muntah karena morning sickness,
- tidak cukup mengonsumsi zat besi, seperti pada wanita vegetarian, dan
- memiliki riwayat menstruasi berat dan anemia sebelum kehamilan.
Bahaya anemia pada ibu hamil trimester 3
Anemia pada trimester 3 kehamilan tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, kondisi ini berisiko menyebabkan berbagai komplikasi bagi ibu hamil dan janin.
Berikut ini adalah beberapa bahaya anemia pada ibu hamil trimester 3 yang perlu diperhatikan.
1. Kelahiran prematur
Kondisi kurang darah atau anemia yang parah mampu meningkatkan risiko kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Suplai oksigen dan zat gizi ke janin yang berkurang akibat kadar Hb dalam darah yang rendah akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan.
2. Asfiksia neonatorum
Studi dalam Jurnal Profesi Bidan Indonesia (2021) menemukan bahwa anemia pada trimester 3 terkait dengan meningkatnya risiko asfiksia neonatorum.
Kondisi ini merujuk pada janin yang mengalami kekurangan oksigen saat lahir. Jika tidak diatasi dengan cepat, asfiksia bisa memicu kerusakan otak dan bahkan kematian pada bayi.
3. Skor Apgar yang rendah
Bahaya lain dari anemia pada ibu hamil trimester 3 adalah meningkatkan risiko bayi lahir dengan skor Apgar yang rendah.
Skor ini mengukur aspek-aspek kesehatan bayi segera setelah lahir, meliputi appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (refleks gerak), activity (aktivitas otot), dan respiration (pernapasan).
Bayi dengan skor Apgar rendah cenderung membutuhkan intervensi medis segera dan lebih berisiko mengalami komplikasi kesehatan di kemudian hari.
4. Depresi postpartum
Berbagai gejala anemia, seperti pusing dan kelelahan terus-menerus, tentu dapat memengaruhi kesehatan mental ibu hamil.
Kondisi yang terjadi selama dan setelah masa kehamilan ini diketahui akan meningkatkan risiko depresi postpartum. Ini bisa mengurangi kemampuan ibu untuk merawat bayinya setelah lahir.
Cara mengatasi anemia pada trimester 3 kehamilan
Diagnosis anemia dilakukan melalui tes darah untuk mengukur kadar hemoglobin (Hb). Kadar Hb normal pada ibu hamil adalah di atas 11 gram per desiliter (g/dL).
Jika kadar Hb berada di bawah angka normal, ibu hamil bisa disebut mengalami anemia.
Penanganan anemia pada ibu hamil trimester 3 akan dilakukan berdasarkan tingkat keparahan anemia. Berikut ini adalah beberapa cara mengatasi anemia saat hamil.
1. Penyesuaian makanan
Asupan zat besi, asam folat, dan vitamin B12 sangat penting untuk mencegah anemia selama kehamilan.
Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut, Anda bisa mengonsumsi makanan berikut.
- Zat besi: ayam, daging merah, kerang, bayam, brokoli, tomat, dan kacang-kacangan.
- Asam folat: jeruk, alpukat, kacang tanah, biji bunga matahari, dan sayuran hijau.
- Vitamin B12: udang, telur, susu, keju, dan yoghurt.
Tambahkan pula makanan yang kaya vitamin C, misalnya jeruk, kiwi, dan tomat. Vitamin C bisa membantu mengoptimalkan penyerapan zat besi dalam tubuh.
2. Konsumsi suplemen
Kebutuhan vitamin dan mineral selama kehamilan sering kali tidak bisa dipenuhi hanya dari makanan sehari-hari.
Itu sebabnya dokter menyarankan ibu hamil untuk minum suplemen zat besi, asam folat, dan vitamin B12 untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya.
Bahkan, terkadang dokter juga akan menyarankan penggunaan suplemen sebelum kehamilan, terutama bila Anda memiliki riwayat anemia.
3. Transfusi darah
Pada umumnya, ibu hamil membutuhkan transfusi darah apabila kadar hemoglobinnya telah mencapai 6–10 g/dL.
Prosedur ini bertujuan untuk meningkatkan Hb sesegera mungkin serta melancarkan pasokan oksigen yang cukup ke organ tubuh ibu dan janin.
Transfusi darah tidak dilakukan pada semua ibu hamil trimester 3 yang mengalami anemia. Prosedur ini hanya akan dilakukan dalam kondisi darurat atau menjelang waktu persalinan untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter bila mengalami gejala anemia. Penanganan yang sesuai akan menjaga kehamilan tetap sehat hingga hari persalinan tiba.
Kesimpulan
- Anemia pada ibu hamil trimester 3 ditandai dengan kelelahan, pusing, sesak napas, detak jantung cepat, kulit pucat, dan sindrom kaki gelisah.
- Kadar hemoglobin (Hb) yang rendah akan meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur, skor Apgar rendah, asfiksia neonatorum, dan depresi postpartum.
- Penyesuaian pola makan, konsumsi suplemen, dan transfusi darah bisa dilakukan untuk menangani anemia, tergantung keparahan dan kondisi kesehatan ibu hamil.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]