backup og meta

7 Faktor Penentu Jenis Kelamin Bayi, Mitos atau Fakta?

7 Faktor Penentu Jenis Kelamin Bayi, Mitos atau Fakta?

Bagi pasangan yang sedang menanti momongan, salah satu hal yang biasanya paling mengusik rasa penasaran adalah jenis kelamin janin. Ada anggapan bahwa terdapat faktor yang menjadi penentu jenis kelamin bayi yang sedang dikandung.

Benarkah hal tersebut? Apakah ada studi ilmiah yang membuktikan hal ini? Simak jawabannya dalam uraian berikut ini.

Faktor utama penentu jenis kelamin bayi

Jenis kelamin bayi ditentukan oleh kromosom seks yang berada di dalam sel sperma dan sel telur. Manusia memiliki 23 pasang kromosom yang salah satu pasangnya ialah kromosom seks. 

Wanita mempunyai dua kromosom X (XX), sedangkan pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY). 

Jenis kelamin bayi tergantung pada jenis kromosom yang terdapat di dalam sperma yang membuahi sel telur.

Jadi, bisa dikatakan bahwa pengaruh karakteristik genetik ayah terhadap jenis kelamin janin cukup besar.

Jika sperma membawa kromosom X, bayi akan berjenis kelamin perempuan (XX). Sebaliknya, bila sperma membawa kromosom Y, bayi akan terlahir sebagai laki-laki (XY).

Hal-hal yang “katanya” memengaruhi jenis kelamin bayi

Terdapat beberapa hal yang dipercaya dapat menentukan jenis kelamin bayi, seperti makanan yang dikonsumsi atau waktu berhubungan intim.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa faktor yang “katanya” bisa mempengaruhi jenis kelamin bayi.

1. Waktu berhubungan intim

berhubungan intim setelah kena serangan jantung

Sperma dengan kromosom Y bisa berenang lebih cepat, tetapi cepat mati sebelum pembuahan. Sementara itu, sperma dengan kromosom X berenang lebih lambat tetapi cenderung lebih kuat.

Karena hal tersebut, banyak yang meyakini bahwa berhubungan intim tidak lama sebelum ovulasi dapat menghasilkan bayi laki-laki.

Sebaliknya, berhubungan intim beberapa hari sebelum ovulasi dipercaya akan menghasilkan bayi perempuan.

Namun, teori ini masih diperdebatkan. Salah satunya dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Pediatric (2024). 

Penelitian ini tidak menemukan hubungan antara waktu berhubungan dengan jenis kelamin bayi. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan ini.

2. Posisi saat berhubungan intim

Dalam buku Your Baby’s Sex: Now You Can Choose, Landrum B. Shettles menjelaskan bahwa posisi saat berhubungan intim dapat mempengaruhi jenis kelamin bayi.

Disebutkan bahwa Anda sebaiknya melakukan seks dengan posisi berdiri jika ingin memiliki anak laki-laki. Sementara itu, Anda yang ingin hamil bayi perempuan sebaiknya berhubungan intim dengan posisi misionaris. 

Namun, hal ini belum dapat dibuktikan kebenarannya. Berhubungan dalam posisi seks apa pun bisa menghasilkan kehamilan asalkan terjadi pembuahan antara sperma dan sel telur.

3. Kondisi pH vagina

Faktor penentu lainnya yang dipercaya dapat mempengaruhi jenis kelamin bayi adalah kondisi pH vagina.

Dijelaskan bahwa lingkungan asam di dalam vagina bisa meningkatkan peluang untuk hamil bayi perempuan, sedangkan lingkungan basa lebih mungkin menghasilkan bayi laki-laki.

Mitos ini berkaitan dengan metode Shettles yang menyebutkan bahwa sperma berkromosom X lebih tahan terhadap lingkungan asam, sedangkan sperma berkromosom Y lebih bertahan di dalam lingkungan basa. 

Meski begitu, lagi-lagi harus dipahami bahwa metode Shettles ini belum terbukti secara ilmiah.

4. Makanan yang dikonsumsi

buah untuk promil

Terdapat kaitan antara jumlah kalori yang dikonsumsi dan jenis kelamin bayi, seperti pada studi yang diterbitkan dalam Frontiers in Cell and Developmental Biology (2019)

Studi ini menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi lebih banyak kalori satu tahun sebelum pembuahan memiliki peluang lebih tinggi untuk hamil bayi laki-laki daripada perempuan.

Banyak anggapan yang menyebutkan bahwa makanan untuk program hamil yang Anda konsumsi bisa mempengaruhi jenis kelamin bayi. 

Namun, sekali lagi ini hanya mitos yang belum dapat dibuktikan kebenarannya. Temuan dalam penelitian tersebut bahkan diklaim sebagai sebuah kebetulan.

5. Riwayat keluarga

Sebagian orang menebak-nebak jenis kelamin bayi yang akan lahir dengan cara melihat riwayat keluarganya, terutama jenis kelamin saudara kandung dari pihak suami.

Diketahui bahwa suami yang punya lebih banyak saudara laki-laki berpeluang lebih besar untuk memiliki anak laki-laki, begitu pula sebaliknya.

Corry Gellatly, peneliti di University of Leicester, Inggris, menduga bahwa jenis kromosom dalam sperma kemungkinan ditentukan oleh suatu gen yang belum diketahui.

Namun, hal ini tidak berlaku untuk semua pria. Lagi-lagi, ini merupakan sebuah kebetulan serta belum ada penelitian lanjutan yang mampu membuktikan faktor ini.

6. Tingkat stres

Stres yang dialami wanita selama kehamilan juga dipercaya menjadi salah satu faktor penentu jenis kelamin bayi. 

Penelitian terbaru yang dimuat dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (2019) meneliti tingkat stres dan pengaruhnya terhadap kondisi kehamilan.

Diketahui bahwa wanita yang mengalami stres fisik dan psikologis sebelumnya lebih berkemungkinan untuk hamil bayi perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Itu sebabnya peristiwa traumatis seperti perang dan tindakan terorisme dinilai sebagai penyebab penurunan jumlah kelahiran bayi laki-laki di suatu negara.

7. Program bayi tabung

program bayi tabung saat menopause

Teknik bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF) merupakan metode paling akurat untuk menentukan jenis kelamin bayi.

Sebelum embrio atau sel telur yang telah dibuahi ditanamkan ke dalam rahim, dokter akan terlebih dahulu melakukan preimplantation genetic diagnosis (PGD)

Prosedur PGD memungkinkan dokter untuk memeriksa embrio dan menentukan apakah embrio tersebut akan berkembang menjadi bayi laki-laki atau perempuan.

Studi menemukan bahwa teknik PGD 100% bisa menghasilkan bayi dengan jenis kelamin yang diinginkan. Namun, perlu diingat bahwa prosedur ini rumit dan membutuhkan biaya yang besar.

Jika Anda mengalami kehamilan secara alami, pada dasarnya tidak ada faktor yang benar-benar menjadi penentu jenis kelamin bayi. 

Anda mempunyai kemungkinan 50:50 untuk hamil bayi laki-laki dan perempuan. Pada akhirnya, tidak ada bedanya antara bayi laki-laki atau perempuan.

Keduanya memiliki keistimewaan masing-masing. Anda dan pasangan hanya perlu menikmati kejutan yang buah hati berikan ketika mereka lahir ke dunia.

Kesimpulan

  • Jenis kelamin bayi ditentukan oleh kromosom seks yang dibawa oleh sperma. Kromosom X menghasilkan bayi perempuan dan kromosom Y menghasilkan bayi laki-laki.
  • Belum ada bukti ilmiah bahwa posisi seks, pH vagina, waktu berhubungan intim, dan makanan yang dikonsumsi merupakan faktor penentu jenis kelamin bayi.
  • Teknologi reproduksi berbantu, yakni program bayi tabung (IVF), adalah metode paling akurat untuk menentukan jenis kelamin bayi.

[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Can you choose the sex of your baby? (2023). Cleveland Clinic. Retrieved August 30, 2024, from https://health.clevelandclinic.org/boy-or-girl-can-you-choose-your-babys-sex

Horsager-Boehrer, R. (2019). Is it a boy or a girl? The father’s family might provide a clue. UT Southwestern Medical Center. Retrieved September 1, 2024, from https://utswmed.org/medblog/it-boy-or-girl-fathers-family-might-provide-clue/

Blight, A. (2019). The Shettles method of sex selection. Embryo Project Encyclopedia – Arizona State University. Retrieved September 1, 2024, from https://embryo.asu.edu/pages/shettles-method-sex-selection

Walsh, K., McCormack, C. A., Webster, R., Pinto, A., Lee, S., Feng, T., Krakovsky, H. S., O’Grady, S. M., Tycko, B., Champagne, F. A., Werner, E. A., Liu, G., & Monk, C. (2019). Maternal prenatal stress phenotypes associate with fetal neurodevelopment and birth outcomes. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 116(48), 23996–24005. https://doi.org/10.1073/pnas.1905890116

Panahi, S., & Fahami, F. (2015). The results of pregnancies after gender selection by pre implantation genetic diagnosis and its relation with couple’s age. Iranian journal of nursing and midwifery research, 20(6), 670–675. https://doi.org/10.4103/1735-9066.17001

Mathews, F., Johnson, P. J., & Neil, A. (2008). You are what your mother eats: evidence for maternal preconception diet influencing foetal sex in humans. Proceedings. Biological sciences, 275(1643), 1661–1668. https://doi.org/10.1098/rspb.2008.0105

Gellatly, C. (2008). Trends in population sex ratios may be explained by changes in the frequencies of polymorphic alleles of a sex ratio gene. Evolutionary Biology, 36(2), 190-200. https://doi.org/10.1007/s11692-008-9046-3

Md Saidur Rahman, & Pang, M.-G. (2020). New Biological Insights on X and Y Chromosome-Bearing Spermatozoa. Frontiers in Cell and Developmental Biology7. https://doi.org/10.3389/fcell.2019.00388

Pradeep Alur. (2019). Sex Differences in Nutrition, Growth, and Metabolism in Preterm Infants. Frontiers in Pediatrics7. https://doi.org/10.3389/fped.2019.00022

Versi Terbaru

20/09/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

Pentingnya Peran Suami dalam Program Kehamilan (Promil)

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mulai Bayi Tabung?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 20/09/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan