Saat hamil, wanita membutuhkan lebih banyak darah untuk mendukung perkembangan janin. Inilah alasan mengapa ibu hamil punya risiko lebih tinggi mengalami anemia. Namun, apakah ibu hamil membutuhkan transfusi darah untuk mengatasi anemia?
Perawatan yang tepat penting untuk dilakukan pada ibu hamil dengan anemia. Pasalnya, kondisi ini tidak hanya membahayakan ibu, tetapi juga janin.
Kapan ibu hamil perlu transfusi darah?
Transfusi darah memang bukan opsi pertama untuk mengatasi anemia pada ibu hamil. Jika masih tergolong ringan dan janin berada dalam kondisi stabil, dokter biasanya akan memberikan suplemen zat besi untuk mengatasinya.
Menurut American Pregnancy Association ibu hamil dengan anemia biasanya disarankan untuk mendapatkan transfusi darah saat kadar hemoglobinnya berada pada kisaran 6,5–7,9 g/dl atau gram per desiliter.
Pemberian transfusi darah pada ibu hamil perlu segera dilakukan karena kadar hemoglobin di bawah 5 g/dl dapat meningkatkan risiko kematian.
Di samping itu, berikut adalah kondisi lain yang berisiko membuat ibu hamil mengalami anemia berat sehingga mungkin perlu menerima donor darah sebagai langkah pencegahan.
- Perdarahan berat di awal kehamilan karena hamil ektopik.
- Antepartum atau perdarahan saat usia kehamilan lebih dari 24 minggu.
- Intrapartum atau perdarahan saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Setelah menerima transfusi darah, ibu hamil perlu berada dalam pemantauan petugas medis untuk melihat ada tidaknya efek samping.
Karena itulah, meski durasi transfusi darah biasanya hanya berlangsung selama beberapa jam, ibu hamil tetap disarankan rawat inap.
Dalam kondisi sehat, ibu hamil seharusnya memiliki kadar hemoglobin sebanyak 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga. Sementara itu, kadar normal hemoglobin saat trimester dua adalah 10,5 g/dl.
Gejala anemia pada ibu hamil
Pada tahap ringan, anemia pada ibu hamil sering kali tidak menunjukkan gejala sehingga kondisinya acap diabaikan. Belum lagi, gejala anemia pada ibu hamil kerap terasa mirip dengan gejala kehamilan yang cukup umum.
Seiring bertambahnya usia janin dan berkurangnya kadar hemoglobin, bumil mungkin merasakan berbagai gejala anemia berikut.
- Tubuh mudah lelah atau lesu.
- Detak jantung tidak teratur.
- Kulit, bibir, atau kuku tampak pucat.
- Sesak napas.
- Nyeri dada.
- Sakit kepala.
- Sulit berkonsentrasi.
Karena anemia bisa mengganggu perkembangan janin, Anda sebaiknya segera ke rumah sakit jika mengalami berbagai kondisi tersebut. Dengan begitu, ibu hamil juga bisa mengetahui apakah transfusi darah untuk atasi anemia sudah dibutuhkan.
Pentingnya pemeriksaan hemoglobin saat hamil
Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mendiagnosis anemia dapat dilakukan melalui tes hitung darah lengkap. Biasanya, ibu hamil diminta untuk melakukan tes ini saat pemeriksaan pertama kehamilan.
Bila tidak terlihat faktor risiko tertentu, dokter biasanya menyarankan tes ulang saat usia kehamilan sudah memasuki trimester tiga.
Dokter mungkin menyarankan pemeriksaan lebih cepat atau lebih sering jika ibu hamil memiliki risiko mengalami anemia berat. Deteksi dini anemia juga menjadi salah satu cara meminimalkan kemungkinan ibu hamil menerima transfusi darah.
Cara mencegah anemia saat hamil
Berikut adalah berbagai upaya yang bisa Anda lakukan untuk mencegah anemia pada ibu hamil dan meminimalkan risiko menerima transfusi darah.
- Memenuhi kebutuhan nutrisi harian selama kehamilan, terutama zat besi dari makanan sehat, seperti brokoli, bayam, dan kacang-kacangan.
- Makan makanan tinggi vitamin C, seperti jeruk dan tomat untuk membantu mengoptimalkan penyerapan zat besi dalam tubuh.
- Meningkatkan konsumsi vitamin B12, seperti udang, susu, dan telur.
- Menjaga jarak kehamilan, setidaknya dua tahun dari kehamilan sebelumnya.
- Minum suplemen zat besi sesuai anjuran dokter. Ibu hamil biasanya diresepkan suplemen zat besi sebanyak 60 mg per hari.
Menerima tindakan medis saat hamil, seperti transfusi darah mungkin terdengar lebih menakutkan dan ini merupakan hal yang normal.
Hanya saja, Anda perlu ingat bahwa transfusi bertujuan untuk mengurangi berbagai risiko komplikasi anemia bagi ibu hamil dan janin. Bila bumil memiliki kekhawatiran tertentu terkait transfusi darah, jangan takut untuk menanyakannya pada dokter.
Kesimpulan
- Transfusi darah memang bukan pilihan utama untuk mengobati anemia pada ibu hamil. Akan tetapi, cara ini sering kali dibutuhkan.
- Ibu hamil biasanya mulai disarankan menerima transfusi darah ketika kadar hemoglobinnya berada pada kisaran 6,5–7,9 g/dl.
- Demi meminimalkan risiko ibu hamil mengalami anemia, pastikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian, terutama zat besi, vitamin B12, dan vitamin C.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]