Dari sekian jenis infeksi yang menyerang saat hamil, beberapa di antaranya ditandai dengan batuk. Selain membuat ibu merasa tidak nyaman, batuk yang berkepanjangan juga bisa membahayakan janin.
Di sisi lain, ibu tidak bisa minum obat secara sembarangan untuk mengatasinya. Lantas, apa yang seharusnya ibu lakukan saat batuk menyerang?
Penyebab batuk saat hamil
Batuk bukanlah penyakit, melainkan respons tubuh secara otomatis untuk mengeluarkan benda asing dari saluran pernapasan. Jadi, sebenarnya wajar jika selama kehamilan ibu sesekali batuk.
Penyebab batuk pada ibu hamil sebenarnya sama dengan batuk pada umumnya. Hanya saja, sistem imun yang melemah selama kehamilan membuat ibu hamil lebih rentan terserang batuk.
Selain itu, ada beberapa gejala batuk yang jika dibiarkan tidak hanya membahayakan ibu, tetapi juga janin.
Berikut merupakan beberapa penyebab batuk selama kehamilan, baik saat hamil muda maupun tua.
1. Batuk rejan
Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Selain batuk, pertusis juga kerap ditandai dengan napas berat, demam ringan, dan pilek.
Ibu hamil termasuk kelompok yang mudah terserang batuk rejan karena sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Ibu perlu segera mendapat perawatan saat mengalami batuk rejan karena kondisi ini cukup membahayakan kehamilan.
Mengutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), batuk rejan pada ibu dapat dicegah dengan vaksin Tdap atau tetanus, difteri, dan acellular pertussis saat kandungan berusia 27–36 minggu.
2. Pneumonia
Sama halnya dengan batuk rejan, risiko pneumonia pada ibu hamil pun lebih tinggi karena sistem imun yang melemah.
Kondisi ini semakin mungkin terjadi jika ibu hamil memang sudah memiliki asma atau anemia sejak sebelum kehamilan
Penyakit yang bisa disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumonia, dan Streptococcus pneumonia ini perlu segera ditangani.
Pasalnya, ibu bisa mengalami komplikasi kehamilan yang cukup serius karena suplai oksigen ke janin yang terganggu.
Bahaya batuk saat hamil
Jika batuk yang ibu alami diakibatkan oleh alergi dan hanya terjadi sesekali, ini mungkin tidak berdampak buruk pada janin.
Namun, jika batuk tidak juga menghilang selama lebih dari lima hari atau justru diikuti dengan demam, hilangnya nafsu makan, hingga sesak napas, sebaiknya segera kunjungi dokter.
Pada kasus yang cukup serius, batuk selama kehamilan dikhawatirkan bisa menyebabkan komplikasi seperti berikut.
- Bayi lahir dengan berat rendah karena kurangnya asupan gizi akibat suplai darah dan oksigen yang terganggu.
- Bayi lahir prematur karena guncangan yang terlalu kuat dan berulang saat ibu batuk.
- Keguguran, khususnya jika batuk terjadi saat hamil muda atau trimester pertama.
- Masalah pernapasan (transient tachypnea) saat bayi dilahirkan.
- Gangguan pertumbuhan janin.
Kondisi seperti di atas dapat terjadi karena jumlah oksigen yang masuk ke janin akan terpengaruh saat ibu batuk.
Batuk yang ringan sebenarnya tidak membahayakan janin, tetapi ibu berisiko lebih besar mengalami komplikasi karena batuk jika sudah memiliki masalah pernapasan sejak sebelum kehamilan.
Komplikasi juga mungkin terjadi pada ibu hamil dengan sistem imun lemah, contohnya ibu hamil yang mengidap HIV.
Cara mengatasi batuk saat hamil
Penanganan batuk selama kehamilan mungkin sedikit berbeda. Selain karena menyesuaikan penyebab utamanya, ibu hamil juga tidak bisa meminum sembarang obat karena dikhawatirkan membahayakan janin.
Meski begitu, masih ada berbagai cara yang bisa ibu lakukan untuk meredakan batuk saat hamil. Berikut beberapa di antaranya.
1. Vaksin
Seperti yang disebutkan sebelumnya, vaksinasi Tdap merupakan salah satu solusi terbaik untuk mencegah sekaligus mengatasi batuk pada ibu.
Selain itu, menerima vaksin flu saat hamil juga akan melindungi bayi setelah dilahirkan sampai mereka mendapatkan suntikan vaksin pertamanya.
Ibu hamil diimbau untuk mendapatkan vaksin Tdap pada setiap kehamilan, bukan hanya kehamilan pertama saja.
2. Pengobatan
Dextromethorphan merupakan salah satu obat yang dinilai aman untuk mengatasi batuk tidak berdahak pada ibu hamil.
Paracetamol juga diketahui memiliki risiko kecil untuk janin sehingga bisa digunakan untuk mengatasi demam atau pusing yang kerap menyertai batuk.
Meski begitu, selalu konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum minum obat batuk saat hamil.
3. Gunakan humidifier
Tenggorokan kering bisa menjadi salah satu penyebab ibu batuk secara tiba-tiba. Untuk mengatasinya, ibu bisa memasang humidifier di dalam rumah.
Humidifier dapat menyesuaikan kelembapan udara sehingga meredakan batuk berdahak pada ibu hamil.
Namun, pastikan ibu membersihkan humidifier secara berkala. Jika tidak, penggunaan alat ini justru bisa memperparah masalah pada pernapasan.
4. Menerapkan pola hidup sehat
Makan makanan bergizi, tidur cukup, olahraga, dan minum banyak air putih merupakan obat batuk paling mudah dan aman bagi ibu hamil.
Pasalnya, jika tubuh ibu tidak mendapatkan tiga hal tersebut, sistem kekebalan tubuhnya akan menjadi semakin lemah sehingga batuk bisa bertambah parah.
Ibu hamil juga sebaiknya berhenti merokok, menghindari bertemu dengan orang yang batuk atau menunjukkan gejala flu, dan menjauhi tempat-tempat dengan banyak orang sakit di dalamnya.
Jika dibutuhkan, dokter dapat melakukan pemeriksaan tambahan seperti rontgen paru hingga analisis dahak untuk menentukan pengobatan yang tepat bagi ibu hamil.
Kesimpulan
- Batuk saat hamil bisa membahayakan jika diakibatkan oleh pneumonia, batuk rejan, dan masalah pernapasan lain yang sudah ada sebelum kehamilan.
- Batuk yang dibiarkan bisa mengakibatkan komplikasi berupa bayi lahir dengan berat rendah, kelahiran prematur, hingga keguguran.
- Dapat diatasi dengan vaksin Tdap, menerapkan pola hidup sehat, dan minum obat sesuai saran dokter.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]