Perubahan hormon merupakan salah satu hal yang pasti dialami ibu hamil. Beberapa jenis hormon akan meningkat kadarnya selama kehamilan, sedangkan yang lain memang baru diproduksi oleh tubuh saat hamil. Apa saja hormon tersebut? Apa manfaatnya bagi ibu dan janin? Cari tahu jawabannya melalui ulasan berikut.
Macam-macam hormon kehamilan
Berikut adalah beberapa jenis hormon yang mendukung kesehatan ibu hamil sekaligus perkembangan janin.
1. Human chorionic gonadotropin (hCG)
Salah satu hormon yang berfungsi untuk menjaga kehamilan adalah hormon human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon ini dihasilkan oleh plasenta sehingga hanya terdapat di dalam tubuh ibu hamil.
Karena itulah, keberadaan hCG dalam urine sering dijadikan acuan utama untuk mendeteksi kehamilan melalui test pack.
Hormon hCG berfungsi untuk menebalkan lapisan rahim dan menghentikan menstruasi. Keberadaan hCG juga akan memicu produksi hormon estrogen dan progesteron.
Laman Cleveland Clinic menyebutkan bahwa hCG mulai diproduksi pada hari ke-11 setelah pembuahan dan mencapai puncaknya pada akhir trimester pertama.
Hormon ini juga menjadi salah satu penyebab ibu hamil mual dan muntah, terutama pada trimester pertama.
Kadar hCG yang rendah pada awal kehamilan sebenarnya cukup normal, tetapi ini juga bisa menjadi tanda blighted ovum, keguguran, atau kehamilan ektopik.
Sementara itu, hasil pemeriksaan kadar hCG yang terlalu tinggi kerap dikaitkan dengan kehamilan kembar, hamil anggur, atau pertumbuhan abnormal pada rahim.
2. Human placental lactogen (hPL)

Hormon human placental lactogen (hPL) juga diproduksi oleh plasenta sehingga hanya terdapat di dalam tubuh ibu hamil.
Hormon yang juga dikenal dengan nama human chorionic somatomammotropin (HCS) ini akan mulai diproduksi saat kehamilan menginjak usia dua minggu.
hPL berfungsi memberikan nutrisi pada janin sehingga janin bisa tumbuh dengan baik. Maka dari itu, hormon ini berkaitan dengan berat badan bayi saat dilahirkan.
Selain untuk janin, hPL akan mendorong kelenjar susu pada payudara untuk memproduksi air susu ibu (ASI).
3. Corticotropin-releasing hormone (CRH)
Kadar corticotropin-releasing hormone akan meningkat tajam pada akhir masa kehamilan dan akan bekerja sama dengan beberapa hormon untuk menghasilkan prostaglandin, senyawa yang merangsang kontraksi rahim.
Tubuh ibu hamil bisa memproduksi CRH lebih cepat ketika merasakan stres yang intens. Ketika ibu hamil stres, kadar hormon kortisol bisa meningkat pesat.
Peningkatan kadar kortisol bisa mengganggu perkembangan janin jika berlangsung dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara mengatasi stres saat hamil.
4. Progesteron
Sama seperti estrogen, hormon ini sudah ada sebelum masa kehamilan dan akan meningkat saat hamil. Progesteron dihasilkan oleh ovarium dan plasenta.
Berikut adalah beberapa fungsi hormon progesteron untuk ibu hamil dan janin.
- Meningkatkan aliran darah ke rahim.
- Membantu pembentukan plasenta.
- Merangsang penebalan lapisan rahim yang terdalam (endometrium).
Saat progesteron mulai diproduksi oleh plasenta, tepatnya pada minggu ke-6 sampai 9 kehamilan, fungsinya semakin berkembang seperti berikut.
- Menjaga perkembangan janin.
- Mencegah otot rahim kontraksi sampai waktu persalinan.
- Memperkuat otot-otot dinding panggul untuk persiapan persalinan.
- Menjaga pertumbuhan jaringan payudara ibu hamil (bersama dengan estrogen) untuk persiapan menyusui.
Peningkatan progesteron pada ibu hamil mungkin disertai dengan rasa pusing, mual, mulas, sembelit, hingga munculnya rambut halus di sekitar payudara.
5. Estrogen
Hormon estrogen diproduksi oleh ovarium meski Anda tidak sedang hamil. Namun, kadarnya memang akan meningkat pesat selama kehamilan karena hormon ini juga diproduksi di plasenta.
Kadar estrogen meningkat secara bertahap selama kehamilan dan mencapai puncaknya pada trimester tiga. Peningkatan estrogen pada trimester pertama akan memicu rasa mual hingga ketidakstabilan emosi.
Berikut adalah berbagai fungsi hormon estrogen selama kehamilan.
- Memelihara, mengontrol, dan merangsang produksi hormon kehamilan lainnya.
- Memastikan organ-organ penting pada janin, seperti paru-paru, hati, dan ginjal, berkembang dengan baik.
- Merangsang pertumbuhan dan fungsi plasenta.
- Menjaga pertumbuhan jaringan payudara ibu hamil (bersama dengan progesteron) untuk persiapan menyusui.
- Melancarkan aliran darah di dalam rahim.
6. Oksitosin
Hormon oksitosin berperan penting saat memasuki waktu persalinan. Ketika produksi oksitosin meningkat, otot-otot rahim dan perut akan memulai kontraksi secara teratur.
Selain itu, oksitosin akan membuat leher rahim melunak sehingga proses persalinan menjadi lebih mudah.
Hormon satu ini juga akan mendorong produksi ASI dengan merangsang kelenjar Montgomery. Dengan begitu, bayi bisa langsung minum ASI setelah dilahirkan.
Kombinasi oksitosin dan estrogen akan membuat tubuh melepaskan hormon lainnya, seperti prostaglandin dan relaksin.
Prostaglandin akan membantu melunakkan area leher rahim, sedangkan relaksin akan memperluas daerah panggul bawah ibu hamil sebagai persiapan persalinan.
7. Prolaktin (PRL)

Hormon prolaktin atau yang juga dikenal sebagai laktotropin ini bertanggung jawab untuk persiapan laktasi.
Bersama dengan estrogen dan progestron, prolaktin akan merangsang perkembangan jaringan susu di dalam payudara untuk produksi ASI.
Prolaktin juga berperan dalam merangsang sel alveoli di payudara untuk memproduksi komponen ASI, seperti laktosa, kasein, dan lipid.
Setelah melahirkan, kadar prolaktin akan tetap meningkat selama periode stimulasi puting melalui isapan bayi.
Kadar prolaktin akan menurun jika Anda tidak menyusui dan kembali pada kondisi seperti sebelum hamil setelah 1–2 minggu Anda tidak menyusui.
Kesimpulan
- Beberapa hormon memang sudah ada sejak Anda belum hamil dan jumlahnya akan meningkat pesat saat hamil demi mendukung perkembangan janin.
- Sementara itu, ada juga beberapa hormon yang baru diproduksi tubuh saat hamil, seperti hCG dan hPL. Hormon-hormon ini akan diproduksi oleh plasenta.
- Di samping mendukung perkembangan janin dan kesehatan ibu hamil, peningkatan beberapa hormon selama kehamilan memang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti mual dan muntah.