Perbedaan angka kelahiran di setiap negara dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Bukan hanya faktor pendorong, ada juga beberapa kondisi yang menjadi penghambat laju angka kelahiran.
Jika angka kelahiran di Indonesia dinilai masih cukup tinggi sampai akhirnya pemerintah membentuk berbagai program, lain halnya dengan kondisi beberapa negara tetangga, seperti Jepang dan Korea Selatan yang dikenal memiliki angka kelahiran yang cukup rendah.
Lantas, bagaimana kondisi tersebut bisa terjadi? Faktor apa saja yang memengaruhinya? Simak ulasan berikut!
Faktor penghambat angka kelahiran
Setiap negara mungkin memiliki faktor penghambat yang berbeda-beda. Berikut adalah berbagai faktor yang menjadi penghambat kelahiran secara umum.
1. Keinginan melanjutkan pendidikan
Dengan akses pendidikan yang semakin terbuka, khususnya bagi perempuan, banyak dari mereka yang memilih untuk melanjutkan pendidikan terlebih dahulu alih-alih memiliki anak pada usia muda.
Selain itu, dengan bekal ilmu yang dimiliki, banyak orang makin menyadari berbagai risiko kehamilan terlalu muda.
Kesadaran itulah yang kemudian membuat angka kelahiran menurun, mengingat dulunya banyak wanita yang menikah dan hamil pada usia muda.
Ketika memiliki tingkat pendidikan yang mencukupi, banyak juga perempuan yang akhirnya memilih untuk fokus terhadap karier terlebih dahulu sebelum akhirnya menikah dan punya anak.
2. Adanya program KB dari pemerintah
Setiap negara pasti memiliki program tersendiri untuk meningkatkan atau menghambat angka kelahiran.
Di Indonesia, salah satu program pemerintah terkait hal tersebut adalah Keluarga Berencana (KB). Tujuan utamanya adalah mengendalikan pertambahan penduduk dari kelahiran.
Program tersebut sejauh ini menunjukkan keberhasilan, sebagaimana ditunjukkan melalui data yang diterbitkan oleh Kata Data pada awal tahun ini.
Data tersebut menyebutkan bahwa angka kelahiran di Indonesia mengalami penurunan selama tiga dekade terakhir.
Pada tahun 1990-an, setiap wanita diperkirakan memiliki tiga anak. Sementara pada akhir 2020, rata-rata penduduk Indonesia hanya memiliki dua anak.
Meski begitu, jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, laju kelahiran di Indonesia dinilai masih tinggi.
3. Kondisi keuangan dan lingkungan yang kurang mendukung
Tidak dapat dipungkiri bahwa biaya untuk membesarkan dan menjaga kesehatan anak sejak hamil, lahir, sampai dewasa tidaklah sedikit.
Inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor penghambat kelahiran di banyak negara.
Bukan sekadar biaya untuk perawatan dan pendidikan, banyak pasangan akhirnya memilih untuk menunda memiliki anak karena faktor lingkungannya.
Mereka merasa lingkungan yang mereka tinggali belum layak untuk menampung lebih banyak anggota keluarga.
Tahukah Anda?
Pada 2019 lalu, pemerintah telah mengubah batasan usia minimum bagi wanita yang akan menikah menjadi 19 tahun, setelah sebelumnya 16 tahun.
Keputusan tersebut dibuat untuk menekan angka pernikahan dini di Indonesia yang masih cukup tinggi.
4. Kemudahan akses untuk mendapatkan dan menggunakan alat kontrasepsi
Bukan hanya kondom, keberadaan berbagai jenis alat kontrasepsi seperti IUD dan pil KB juga berperan menjadi faktor penghambat kelahiran.
Penggunaan alat kontrasepsi akan menghambat angka kelahiran, khususnya pada kehamilan yang tidak direncanakan.
Kemudahan akses untuk memperoleh alat kontrasepsi juga menjadi salah satu faktor mengapa angka kelahiran menurun.
Sebagai contoh, salah satu alat kontrasepsi yaitu kondom bisa dengan mudah Anda dapatkan bahkan di supermarket.
5. Lingkungan dan gaya hidup yang kurang mendukung
Tanpa disadari, lingkungan yang semakin memburuk karena berbagai polusi dapat menghambat kehamilan, baik pada pria maupun wanita.
Dengan begitu, angka kelahiran juga bisa menurun karena kehamilan juga semakin sulit terjadi.
Selain lingkungan, kurangnya akses terhadap makanan sehat dan bergizi seimbang juga bisa menjadi salah satu faktor yang menghambat kelahiran.
Pasalnya, kurangnya asupan gizi sebelum kehamilan dapat berdampak buruk terhadap kesuburan.
Faktor pendorong angka kelahiran
Di samping penghambat, ada juga beberapa faktor yang menjadi pendorong kelahiran. Faktor inilah yang membuat angka kelahiran di beberapa negara seperti Indonesia masih cukup tinggi.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa salah satu faktor pendorong kelahiran di Indonesia adalah rendahnya kesadaran penggunaan alat kontrasepsi pada pria.
Padahal, keberhasilan alat kontrasepsi dalam mencegah kehamilan akan semakin besar saat pasangan suami-istri sama-sama menggunakannya
Pandemi juga menjadi salah satu pendorong kelahiran di beberapa negara meski angkanya tidak terlalu signifikan berkat keberadaan alat kontrasepsi.
Program cuti dan tunjangan pemerintah pada anak juga akan meningkatkan angka kelahiran di suatu negara. Setidaknya, hal itulah yang saat ini sedang diterapkan di Korea Selatan dan Jepang.
Demi menunjang angka kelahiran, pemerintah di beberapa negara memutuskan untuk meningkatkan tunjangan pada keluarga yang memiliki anak.
[embed-health-tool-due-date]