Kanker adalah penyakit genetik yang disebabkan adanya perubahan pada gen yang mengontrol cara sel tubuh berfungsi, terutama dalam bertumbuh dan membelah diri. Perubahan ini dapat membuat sel tumbuh tidak normal, tidak terkendali, dan menjadi kanker yang merusak sel-sel tubuh sehat. Maka dari itu, terciptalah terapi gen untuk membantu menghambat perkembangan sel-sel kanker.
Apa itu terapi gen?
Terapi gen merupakan salah satu prosedur medis yang melibatkan pengubahan gen dalam sel tubuh guna mengobati atau menghentikan suatu penyakit.
Pada dasarnya, di tengah sel yang ada dalam tubuh manusia terdapat area yang disebut nukleus. Nukleus ini berisi DNA, kode genetik yang diturunkan dari orang tua. Gen terdiri dari beberapa ratus hingga berjuta-juta keping DNA.
Setiap orang memiliki 20.000 sampai 25.000 gen dalam tubuh yang terdiri atas dua salinan dari setiap gen. Satu diwarisi dari ibu, satu lagi diwarisi dari ayah.
Gen akan memberikan instruksi untuk sel-sel tubuh dalam membuat protein. Protein dibutuhkan untuk melakukan sebagian besar fungsi kehidupan.
Gen dapat memberi tahu sel cara bekerja, mengontrol pertumbuhan dan perkembangannya, serta menentukan bagaimana tubuh akan berfungsi. Gen juga berperan dalam perbaikan sel dan jaringan yang rusak.
Bila gen mengalami kerusakan, gen tidak bisa bekerja dengan baik. Hal ini membuat sel dalam tubuh tumbuh tak terkendali dan membentuk kanker.
Terapi gen akan menggantikan gen yang rusak atau menambahkan gen yang baru sebagai upaya untuk mengobati penyakit atau meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan penyakit.
Selain dilakukan untuk terapi kanker, terapi gen juga diberikan untuk mengatasi penyakit lainnya seperti cystic fibrosis, penyakit jantung, diabetes, hemofilia, dan AIDS.
Bagaimana fungsi terapi gen untuk mengobati kanker?
Terapi ini bekerja untuk pengobatan kanker dengan berbagai cara. Utamanya, terapi akan mengganti gen yang hilang atau tidak berfungsi, misalnya gen P53.
Onkogen adalah mutasi gen yang dapat menyebabkan kanker baru atau mendorong penyebaran kanker yang sudah ada (metastasis). Gen P53 akan membantu menghentikan fungsi gen ini.
Gen P53 adalah gen penekan tumor yang bertugas untuk mencegah pembentukan tumor. Sel yang kehilangan gen ini, atau memiliki salinan yang tidak berfungsi karena mutasi, dapat diperbaiki dengan menambahkan salinan P53 yang berfungsi untuk sel tubuh.
Cara selanjutnya, terapi gen juga dapat menggunakan sistem kekebalan tubuh sendiri dengan memasukkan gen ke dalam sel kanker yang kemudian memicu tubuh untuk menyerang sel kanker.
Terapi ini juga membuat “gen bunuh diri” dapat masuk ke dalam sel kanker. Ini akan membuat sel kanker menghancurkan dirinya sendiri.
Kanker membutuhkan suplai darah untuk tumbuh dan bertahan hidup. Mereka membentuk pembuluh darah sendiri untuk melakukannya. Nah, terapi gen dapat berfungsi untuk mencegah pembentukan pembuluh darah ini, sehingga tumor mati kelaparan dan tidak jadi berkembang.
Terapi dapat diberikan melalui perantara seperti virus atau vektor. Pertama, dokter akan mengambil darah atau bila perlu mengeluarkan sumsum tulang dari tulang pinggul dengan jarum besar.
Kemudian, sel-sel dari darah atau sumsum tulang akan dipaparkan dengan virus atau jenis vektor lain yang sudah mengandung materi genetik yang diinginkan.
Setelah itu, sel-sel tersebut disuntikkan kembali ke dalam tubuh, tepatnya pada pembuluh darah atau jaringan tubuh.
Apakah terapi ini efektif untuk terapi kanker?
Terapi gen dapat menjadi alternatif baru yang efektif untuk pengendalian penyakit yang belum ada obatnya. Dalam tiga dekade terakhir, terapi ini menunjukkan potensi yang baik dalam terapi kanker.
Kelebihannya, terapi gen relatif memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi dengan efek samping yang lebih bisa ditoleransi bila dibandingkan dengan kemoterapi.
Ditambah lagi, uji klinis terapi gen pada manusia telah menunjukkan keberhasilan dalam mengobati beberapa penyakit seperti defisiensi imun yang parah, hemofilia, kebutaan karena retinits pigmentosa, dan leukimia.
Meski demikian, masih dibutuhkan uji coba lebih lanjut untuk membuat efektivitas terapi jadi lebih baik. Sebab, masih ada beberapa hambatan dan risiko dalam terapi gen, misalnya risiko akan gen menyerang target yang salah atau reaksi imunitas yang tidak diinginkan.
[embed-health-tool-bmi]