Penyakit kanker kolorektal atau kanker yang menyerang usus besar dan rektum bisa disembuhkan dengan kemoterapi, radioterapi, dan operasi pengangkatan sel kanker. Meski ketiganya cukup ampuh dalam mengobati kanker, ilmuwan masih terus meneliti pengobatan yang bisa dijadikan alternatif untuk menyembuhkan kanker usus. Beberapa di antaranya menemukan potensi tanaman tertentu untuk obat herbal (tradisional) kanker usus besar (kolon) dan rektum. Apa saja, ya?
Obat herbal untuk kanker usus dan rektum (kolorektal)
Penyakit kanker bisa diobati dengan cara mengangkat sel tersebut dari dalam tubuh lewat operasi atau membunuhnya dengan obat-obatan.
Hingga kini, ilmuwan masih mengadakan penelitian untuk mencari obat yang efektif dan membunuh sel kanker maupun mengurangi gejala kanker kolorektal, yakni dengan menguji beberapa kandungan aktif dalam tanaman herbal maupun rempah.
Berikut ini beberapa daftar tanaman, rempah, maupun suplemen yang dilaporkan studi memiliki potensi sebagai obat herbal untuk kanker.
1. Ginseng merah
Ginseng merah merupakan rempah yang cukup terkenal sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya kanker usus besar.
Menurut studi dalam jurnal Journal of ginseng research penggunaan ginseng merah dapat menurunkan proliferasi sel SW480 setelah masa inkubasi selama 96 jam. Proliferasi sel sendiri adalah fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel, seperti membelah, tumbuh, dan mati tanpa hambatan.
Selain itu, penggunaan ekstrak tanaman obat ini dapat menginduksi apoptosis sel kanker usus besar. Apoptosis memicu kematian sel secara terprogram dan dibutuhkan untuk membuang sel rusak yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh.
Berdasarkan penelitian tersebut, ekstrak ginseng merah dapat menekan pertumbuhan sel tumor. Itu artinya, senyawa aktif dalam ginseng merah bisa mencegah metastasis kanker (penyebaran sel kanker ke area jaringan atau organ sehat di sekitarnya).
Walaupun ginseng menunjukkan potensi sebagai obat herbal untuk kanker usus, efeknya hanya bertahan tidak lebih dari 48 jam. Selain itu penelitian ini juga masih terbatas karena masih berbasis hewan.
Meski begitu, pasien kanker bisa mendapatkan manfaat lain dari ginseng merah, yakni antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas yang merusak sel-sel tubuh. Anda bisa menikmati ginseng sebagai teh.
Bisa juga mengonsumsinya dalam bentuk suplemen. Namun, konsultasikan lebih dahulu hal ini dengan dokter sebelum menggunakannya.
2. Kayu manis
Rempah selanjutnya yang menjadi pengamatan peneliti sebagai obat herbal kanker usus besar dan rektum adalah kayu manis. Tanaman yang dimanfaat kayunya sebagai penyedap makanan ini memiliki potensi sebagai obat kanker alami dalam penelitian yang dilakukan oleh University of Arizona College of Pharmacy dan UA Cancer Center.
Kayu manis mengandung cinnamaldehyde, yakni senyawa yang memberikan khas diketahui melindungi tikus dari paparan karsinogen (pemicu kanker) melalui detoksifikasi dan perbaikan.
Meski menunjukkan khasiat, periset masih terus mendalami efektivitas kayu manis sebagai obat tradisional untuk kanker yang menyerang usus besar dan rektum. Kabar baiknya, kayu manis sangat mudah diolah dan ditambahkan dalam makanan. Anda bisa menikmatinya sebagai teh atau bahan campuran kue camilan sehat yang Anda buat sendiri.
3. Manggis
Tidak hanya rempah, peneliti juga mengamati potensi buah manggis sebagai obat alami untuk kanker usus besar dan rektum. Studi yang diterbitkan pada jurnal Molecules menunjukkan bahwa manggis memiliki aktivitas antioksidan, antikanker, dan antiperadangan yang kuat.
Buah yang terasa manis ini mengandung senyawa gamma mangostin dapat merangsang apoptosis dan proliferasi sel pada usus manusia. Di samping berkhasiat sebagai obat herbal untuk kanker usus besar dan rektum, buah manggis juga kaya fitokimia yang bisa membantu mencegah berkembangnya kanker.
Manfaatnya ini masih diselidiki oleh penelitian lebih lanjut. Guna mendapatkan manfaat dari nutrisi manggis bagi tubuh, Anda bisa menikmati buah ini secara langsung.
4. Sirsak
Pengobatan kanker kolorektal (usus besar dan rektum) yang mendapat sorotan dari ilmuwan adalah buah sirsak. Menurut studi dalam jurnal Asia Pacific journal of clinical nutrition menunjukkan ekstrak sirsak dapat menyerap ke dalam darah dan memiliki kemungkinan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.
Faktanya, penggunaan sirsak sebagai obat kanker tradisional memang diterapkan oleh masyarakat Indonesia. Mereka meminum air rebusan daun sirsak sebagai bagian dari pengobatan kanker. Meskipun begitu, efektivitas sirsak sebagai obat herbal untuk kanker perlu diujikan kembali. Oleh karena itu, jangan gunakan pengobatan ini tanpa izin dari dokter yang menangani kondisi Anda.
5. Kopi
Berdasarkan studi yang dilakukan Dana-Farber Cancer Institute menyebutkan bahwa kopi bisa menjadi obat herbal untuk kanker usus besar maupun rektum. Dalam studinya, 1000 pasien kanker kolorektal stadium 3 yang menjalani operasi dan kemoterapi diberi 4 atau lebih cangkir kopi setiap hari (sekitar 460 mg kafein) selama satu tahun.
Pasien menunjukkan 42% lebih kecil kemungkinannya untuk kembali kambuh ketimbang pasien yang tidak minum kopi. Setelah diamati, pasien yang sel kankernya telah menyebar ke area kelenjar getah bening di dekat tumor tidak menunjukkan tanda-tanda metastatis lebih lanjut.
Para peneliti menemukan bahwa efek menguntungkan dari kopi sebagai obat tradisional untuk kanker usus besar dan rektum ini berasal dari kafein. Sayangnya, peneliti belum menemukan bagaimana mekanisme kafein terhadap sel kanker.
Ada yang berpendapat bahwa konsumsi kafein dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga bisa mengurangi peradangan dan mungkin memengaruhi perkembangan sel kanker.
Jika Anda sudah terbiasa minum kopi, melanjutkan kebiasaan ini mungkin memberikan manfaat. Akan tetapi, Anda tetap harus membuat jadwal minum kopi yang sesuai, agar tidak mengganggu pengobatan.
Sementara bagi Anda yang tidak terbiasa minum kopi, sebaiknya konsultasikan dokter mengenai hal ini. Bagaimanapun, setiap orang memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap kafein sehingga konsumsi minuman ini harus diawasi dokter.
[embed-health-tool-bmi]