backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Henti Jantung Mendadak pada Atlet dan Dewasa Muda

Ditulis oleh dr. Batara Poetra · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Tanggal diperbarui 30/03/2021

    Henti Jantung Mendadak pada Atlet dan Dewasa Muda

    Henti jantung mendadak pada atlet dan dewasa muda (kurang dari 35 tahun) merupakan kejadian yang tragis dan berdampak besar pada keluarga dan institusi yang bersangkutan. Kejadian henti jantung mendadak pada atlet dan dewasa muda menurut salah satu studi prospektif di Italia tahun 2018 sebesar 1:100.000 pada dewasa muda dan 2,4:100.000 pada atlet.

    Beberapa penyebab henti jantung pada atlet dan dewasa muda

    henti jantung mendadak pada atlet dan dewasa muda

    Henti jantung mendadak adalah keadaan hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan tidak terduga yang menyebabkan hilangnya kesadaran dan pingsan. 

    Saat fungsi jantung hilang secara tiba-tiba, artinya darah akan berhenti dipompa dan dialirkan ke organ tubuh seperti otak, paru-paru, dan hati. Karena itu, henti jantung mendadak merupakan keadaan darurat yang bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani dalam beberapa menit. 

    Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), sekitar 70-90% orang yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit meninggal sebelum tiba di rumah sakit.  

    Kondisi henti jantung mendadak dianggap sebagai penyebab utama kematian pada atlet muda, tapi juga bisa terjadi pada dewasa muda yang tidak terlibat dalam klub olahraga resmi. Henti jantung bisa terjadi saat berolahraga atau saat istirahat, atau bahkan saat tidur.

    Apa saja penyebab henti jantung mendadak pada atlet dan dewasa muda?

    1. Kardiomiopati hipertrofi

    henti jantung mendadak pada dewasa muda dan atlet

    Kardiomiopati Hipertrofi merupakan penyebab henti jantung mendadak paling umum pada atlet dan dewasa muda. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen pada otot jantung sehingga menyebabkan pembesaran otot jantung. Hal ini dapat memicu terjadinya fibrilasi ventrikel atau gangguan irama jantung terutama saat berolahraga atau beraktivitas fisik.

    Penyakit ini bisa dideteksi dengan USG jantung.

    2. Penyakit jantung koroner prematur

    Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penumpukan lemak pada pembuluh darah jantung. Penumpukan lemak menyebabkan pembuluh darah jantung menyempit dan mengganggu aliran darah sehingga menyebabkan henti jantung mendadak. Penyakit jantung koroner pada atlet dan dewasa muda kadang tidak menimbulkan gejala sebelumnya dan bisa menyebabkan henti jantung mendadak. Pemeriksaan uji latih jantung dengan beban biasanya tidak mendeteksi iskemia pada kelompok ini. 

    3. Anomali arteri koroner kongenital

    Arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengaliri jantung. Normalnya pembuluh darah ini membawa darah kaya akan oksigen ke otot jantung untuk digunakan sebagai bahan pembentukan energi. Pada anomali arteri koroner kongenital, pembuluh darah tersebut membawa darah kaya akan karbondioksida sehingga menyebabkan otot jantung kekurangan bahan pembentuk energi dan menyebabkan henti jantung. Penyakit ini tidak bisa dideteksi dengan alat elektrokardiografi.

    4. Prolaps katup mitral

    henti jantung mendadak atlet dan dewasa muda

    Katup mitral merupakan katup yang memisahkan atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup mitral akan tertutup saat ventrikel kiri memompa darah sehingga mencegah terjadinya aliran balik ke atrium kiri. Pada prolaps katup mitral, katup mitral tidak menutup sempurna sehingga terjadinya aliran balik ke atrium kiri. 

    Penyakit ini menyebabkan terjadinya gangguan kelistrikan jantung dan dapat menyebabkan henti jantung mendadak. Penyakit ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG jantung.

    5. Miokarditis

    Miokarditis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada otot jantung. Peradangan pada otot jantung menyebabkan luka, luka tersebut dapat menyebabkan gangguan aliran listrik jantung. Gangguan listrik jantung dapat menyebabkan terjadinya henti jantung. Penyakit ini sulit dideteksi karena tidak tampak pada pemeriksaan elektrokardiografi maupun USG jantung.

    6. Sindrom WPW (Wolf-Parkinson-White)

    mencegah angin duduk

    Sindrom WPW adalah sindrom yang terjadi akibat adanya jalur listrik tambahan pada jantung sehingga menyebabkan gangguan kelistrikan jantung. Sindrom WPW yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak ini bisa diidap oleh anak-anak, dewasa muda, dan orang tua.

    7. Sindrom QT memanjang (Long QT Syndrome)

    Sindrom QT memanjang adalah sindrom yang terjadi akibat pemanjangan interval QT pada siklus jantung. Interval QT merupakan fase repolarisasi otot jantung yang bila memanjang dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menyebabkan henti jantung.

    Penyebab sindrom QT memanjang adalah terjadinya mutasi gen yang menkoding kanal potasium.  Penyakit ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan elektrokardiografi.

    8. Sindroma brugada

    Brugada syndrome (BrS) adalah salah satu penyebab henti jantung pada dewasa muda. Brs terjadi akibat fibrilasi ventrikel pada pasien yang tidak memiliki penyakit jantung struktural dan tidak memiliki faktor risiko dari penyakit jantung, seperti merokok, diabetes, dan obesitas. 

    Kondisi ini merupakan penyakit genetik yang terjadi akibat mutasi gen pada kanal sodium sel otot jantung. Gangguan pada kanal sodium dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang berujung pada henti jantung. Penyakit ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan elektrokardiografi.

    9. Takikardia ventrikel katekolamin

    henti jantung mendadak pada dewasa muda dan atlet

    Takikardia ventrikel katekolamin merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya kelainan pada reseptor ryanodine. Reseptor ryanodine mempunyai fungsi untuk mengatur ion kalsium. Gangguan pada reseptor ini dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan henti jantung.

    Pemeriksaan skrining sistem kardiovaskular pada kelompok dewasa muda dan atlet dapat mencegah terjadinya henti jantung mendadak. Pemeriksaan skrining kardiovaskular yaitu mencakup pemeriksaan klinis dan penunjang seperti elektrokardiografi, USG jantung, dan uji latih jantung dengan beban.

    Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian akibat henti jantung mendadak adalah dengan meningkatkan akses dan pengetahuan publik mengenai AED (Automated External Defibrillator). Pengetahuan dan akses publik pada AED telah terbukti meningkatkan angka keberhasilan pencegahan henti jantung sebesar 52% diluar rumah sakit bila dilakukan dengan segera.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditulis oleh

    dr. Batara Poetra

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Tanggal diperbarui 30/03/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan