Selain denyut nadi dan tekanan darah, curah jantung alias cardiac output juga digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi kesehatan jantung.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Selain denyut nadi dan tekanan darah, curah jantung alias cardiac output juga digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi kesehatan jantung.
Lantas, apa yang dimaksud dengan cardiac output? Faktor apa saja yang dapat memengaruhi hasil pengukurannya? Simak pembahasan lengkapnya di bawah ini.
Cardiac output atau curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung dalam satu menit. Ini merupakan salah satu indikator penting bagi kesehatan jantung.
Jantung bekerja mirip pompa yang akan mendorong darah ke seluruh tubuh. Jantung yang kuat mampu memompa darah lebih banyak darah per menit daripada jantung yang lemah.
Tidak semua orang membutuhkan pengukuran cardiac output. Dokter umumnya menganjurkan tes ini untuk mendiagnosis gangguan jantung, seperti gagal jantung atau aritmia.
Hasil pengukuran curah jantung dapat membantu dokter menilai kekuatan dan efisiensi kerja jantung.
Jika Anda mengidap kondisi jantung dan sedang menjalani pengobatan, dokter bisa memantau curah jantung untuk melihat seberapa baik kinerja perawatan Anda.
Perhitungan curah jantung dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah detak jantung per menit dengan volume stroke atau jumlah darah yang dipompa pada setiap detaknya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung cardiac output adalah sebagai berikut.
Sebagai contoh, bila detak jantung 70 detak per menit dan volume stroke 70 mililiter per detak, curah jantung Anda adalah 4.900 mililiter per menit atau 4,9 liter per menit.
Pengukuran cardiac output ini biasanya dilakukan dalam dua metode, yakni ekokardiografi dan pemasangan selang dari pembuluh darah di leher yang diarahkan ke jantung.
Hasil pengukuran CO tergantung pada usia, aktivitas, dan kondisi kesehatan setiap individu.
Dikutip dari Cleveland Clinic, kisaran normal curah jantung pada orang dewasa adalah 5–6 liter per menit saat sedang beristirahat.
Saat berolahraga, curah jantung bisa meningkat hingga 3–4 kali lipat. Bahkan, cardiac output pada atlet yang sedang berolahraga bisa mencapai 35 liter per menit.
Cardiac output dapat meningkat hingga 40% selama masa kehamilan. Tercatat, curah jantung maksimal terjadi pada usia kehamilan 20–28 minggu.
Perubahan curah jantung hanya bisa diketahui oleh tenaga medis yang melakukan pengukuran. Akan tetapi, Anda pun bisa mengalami gejala jika terjadi penurunan curah jantung.
Beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi bila cardiac output menurun antara lain:
Sementara itu, beberapa ciri dari cardiac output yang meningkat adalah:
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mampu menyebabkan perubahan pada curah jantung.
Seiring bertambahnya usia, dinding jantung akan lebih kaku sehingga jantung tidak terisi darah secepat dan sebaik dahulu.
Penurunan fungsi jantung ini menjadi alasan mengapa darah yang dipompa ke seluruh tubuh menjadi lebih sedikit.
Jantung harus memompa lebih kuat untuk melawan tekanan pembuluh arteri yang lebih tinggi.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi kronis juga berisiko menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau penebalan otot jantung yang akhirnya berdampak pada curah jantung.
Salah satu bentuk aritmia ini ditandai dengan denyut jantung yang tidak beraturan dan sering kali cepat.
Selain penurunan curah jantung, atrial fibrilasi dapat menyebabkan gejala lain, seperti jantung berdebar, sesak napas, nyeri dada, pusing, dan kebingungan.
Orang dengan riwayat serangan jantung umumnya memiliki curah jantung yang lebih rendah.
Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan pada otot jantung sehingga fungsi jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh makin berkurang.
Cardiac output yang menurun juga dapat disebabkan oleh stenosis aorta, yakni penyempitan katup aorta jantung yang membuat aliran darah dari jantung menjadi tidak lancar.
Perikarditis konstriktif merupakan komplikasi dari perikarditis atau peradangan pada selaput jantung (perikardium) yang kasusnya cukup langka.
Selaput pembungkus jantung yang menjadi kaku dan tebal ini dapat menurunkan kemampuan jantung untuk memompa darah sehingga pengukuran curah jantung bisa menurun.
Peradangan ekstrem akibat sepsis atau infeksi parah di dalam darah bisa menyebabkan penurunan tekanan darah dan kegagalan organ. Keduanya dapat meningkatkan cardiac output.
Curah jantung yang lebih tinggi juga dapat terjadi pada pengidap anemia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen.
Itu sebabnya, jantung Anda akan berusaha memompa lebih banyak darah untuk memastikan pasokan oksigen ke seluruh bagian tubuh terpenuhi.
Kondisi kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) atau kurang aktif (hipotiroidisme) bisa memengaruhi curah jantung dengan cara yang berbeda.
Hipertiroidisme akan meningkatkan metabolisme dan mempercepat detak jantung. Sementara itu, hipotiroidisme malah akan memperlambat detak jantung pengidapnya.
Curah jantung dapat berubah akibat berbagai faktor. Perubahan cardiac output yang berkaitan dengan usia dan kehamilan umumnya terbilang normal.
Namun, perubahan yang disertai dengan gejala penyakit jantung maupun masalah kesehatan lain perlu diperiksakan langsung dengan dokter.
Dokter dapat mendiagnosis penyebab dan langkah penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi tubuh Anda.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)