Beberapa gigitan kutu memang hanya menimbulkan gatal, tetapi ada pula yang berisiko menyebabkan kejang-kejang sampai gagal organ. Kondisi ini bisa terjadi pada kasus penyakit infeksi yang disebut anaplasmosis.
Bagaimana cara mengenali anaplasmosis setelah digigit kutu? Apa yang harus Anda lakukan untuk mengobatinya? Berikut penjelasannya.
Apa itu anaplasmosis?
Anaplasmosis atau ehrlichiosis adalah penyakit infeksi bakteri Anaplasma phagocytophilum yang ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu.
Dua jenis kutu yang menyebabkan penyakit infeksi ini adalah kutu berkaki hitam (Ixodes scapularis) dan kutu berkaki hitam barat (Ixodes pacificus).
Gigitan kutu penyebab anaplasmosis biasanya menimbulkan demam, nyeri otot, dan gejala serupa flu lainnya.
Meski gejala anaplasmosis biasanya bersifat ringan, infeksi ini bisa menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera ditangani.
Tanda dan gejala anaplasmosis
Gejala anaplasmosis biasanya muncul dalam 1–2 minggu setelah gigitan kutu yang terinfeksi. Pada tahap awal, infeksi bakteri Anaplasma phagocytophilum akan menimbulkan gejala berupa:
- demam,
- sakit kepala,
- nyeri otot,
- mual dan muntah,
- diare,
- batuk,
- penurunan nafsu makan, dan
- kelelahan ekstrem.
Jika tidak segera diatasi, anaplasmosis bisa menimbulkan komplikasi yang membahayakan nyawa, seperti:
- gagal napas,
- kebingungan,
- kejang, dan
- gagal organ.
Karena anaplasmosis berisiko mengancam nyawa, Anda perlu pergi ke rumah sakit jika mengalami gejala ringan yang tidak kunjung membaik setelah lima hari.
Kebanyakan orang tidak merasakan gejala usai tergigit kutu yang terinfeksi. Sebaliknya, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau lansia mungkin merasakan gejala yang lebih parah.
Penyebab anaplasmosis
Bakteri Anaplasma phagocytophilum yang dibawa oleh kutu biasanya berasal dari hewan, seperti rusa, sapi, kuda, atau tikus.
Manusia bisa tertular penyakit ini jika digigit kutu yang sebelumnya pernah menggigit hewan yang terinfeksi.
Anaplasmosis hampir tidak bisa menular antarmanusia. Dalam kasus yang sangat langka, infeksi ini mungkin menular melalui donor darah atau transplantasi organ.
Risiko infeksi akan meningkat jika kutu sudah menempel pada tubuh selama lebih dari 24 jam.
Anaplasmosis adalah infeksi yang bisa menyerang siapa pun. Akan tetapi, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risikonya.
- Berusia di atas 50 tahun.
- Sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya pada seseorang dengan HIV/AIDS atau sedang menjalani pengobatan kanker.
- Bekerja di area hutan atau semak belukar, tempat kutu sering bersarang.
Diagnosis anaplasmosis
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan dengan melakukan pemeriksaan fisik serta mengajukan pertanyaan seputar gejala yang Anda alami dan riwayat kesehatan Anda.
Jika dokter mencurigai bahwa Anda infeksi bakteri A. phagocytophilum, Anda akan diminta untuk menjalani beberapa pemeriksaan.
Pemeriksaan berikut juga berfungsi untuk membedakan anaplasmosis dengan kondisi medis lain yang menimbulkan gejala serupa.
- Hitung darah lengkap: mengetahui jumlah sel darah merah dan putih. Infeksi bakteri ditandai dengan jumlah sel darah putih yang tinggi.
- PCR: mendeteksi kode genetik (DNA atau RNA) sebagai tanda yang lebih spesifik bahwa di dalam tubuh Anda terdapat patogen.
- Tes antibodi: mengetahui apakah Anda memiliki antibodi spesifik yang menandakan bahwa Anda pernah mengalami jenis infeksi tertentu.
Pengobatan anaplasmosis
Doksisiklin adalah antibiotik yang paling sering diresepkan untuk mengatasi anaplasmosis. Obat ini biasanya diresepkan untuk diminum selama 10 hari.
Menurut laman Mayo Clinic, rifampin mungkin digunakan untuk menggantikan doksisiklin bagi Anda yang alergi atau sedang hamil.
Biasanya, pasien boleh mengonsumsi doksisiklin di rumah tanpa pemantauan khusus asalkan mengikuti anjuran minum obat dari dokter.
Akan tetapi, Anda mungkin perlu menerima antibiotik melalui infus di rumah sakit jika memiliki gejala yang lebih parah.
Pengobatan tambahan akan diberikan jika anaplasmosis sudah menyebabkan komplikasi, seperti gagal napas atau gagal organ. Selalu ikuti saran pengobatan dari dokter untuk mendapatkan hasil terbaik.
Pencegahan anaplasmosis
Tidak ada vaksin khusus yang bisa mencegah infeksi akibat gigitan kutu penyebar bakteri Anaplasma phagocytophilum. Akan tetapi, Anda bisa melakukan berbagai cara berikut untuk meminimalkan risiko terinfeksi.
- Gunakan pakaian tertutup dengan celana yang dimasukkan ke kaus kaki saat harus pergi ke hutan, area semak belukar, atau mendaki.
- Gunakan semprotan pengusir serangga yang mengandung DEET.
- Mandikan hewan peliharaan Anda secara rutin.
- Periksa seluruh tubuh Anda setelah bepergian ke luar rumah untuk memastikan tidak ada kutu yang menempel.
Jika Anda menemukan kutu yang menempel pada kulit, singkirkan kutu tersebut sesegera mungkin. Sebisa mungkin, jangan menghancurkan badan kutu.
Apabila memungkinkan, ambillah gambar kutu tersebut untuk membantu proses identifikasi kutu bila nantinya dibutuhkan.
Bila perlu, gunakan pinset untuk mengambilnya, lalu buanglah ke kantong tertutup atau flush di toilet. Setelah itu, bilas luka gigitan dengan disinfektan.
Kesimpulan
- Anaplasmosis adalah infeksi bakteri Anaplasma phagocytophilum yang ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu. Dua jenis kutu yang bisa menyebabkan infeksi ini adalah Ixodes scapularis dan Ixodes pacificus.
- Gejala ehrlichiosis berupa demam, sakit kepala, dan nyeri otot biasanya muncul dalam 1–2 minggu setelah gigitan kutu yang terinfeksi.
- Jika tidak segera diatasi, gigitan kutu ini bisa menyebabkan gagal napas, kejang-kejang, hingga gagal organ sehingga mengancam nyawa.
- Pengobatan utama untuk anaplasmosis adalah doksisiklin. Jika Anda alergi atau sedang hamil, dokter mungkin menggantinya dengan rifampin.