backup og meta

7 Mitos Cacar Air yang Mesti Diluruskan Kebenarannya

Cacar air adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan bisa dialami oleh siapa saja. Meski ini bukan lagi penyakit baru, ternyata masih ada sejumlah mitos tentang cacar air yang banyak dipercayai. Supaya Anda tidak salah informasi, simak mitos dan fakta tentang cacar air berikut ini.

7 Mitos Cacar Air yang Mesti Diluruskan Kebenarannya

Mitos dan fakta cacar air

Benarkah cacar air hanya bisa terjadi satu kali? Atau apakah kondisi ini hanya bisa menyerang anak-anak? Ini dia faktanya.

1. Cacar air hanya bisa terjadi sekali seumur hidup

Pada umumnya, cacar air memang hanya terjadi sekali seumur hidup karena tubuh Anda akan membentuk antibodi terhadap Varicella zoster, virus penyebab cacar air setelah terinfeksi.

Namun, pada kasus yang langka, seseorang mungkin terkena cacar air dua kali karena sistem kekebalan tubuhnya terlalu lemah atau antibodi yang terbentuk tidak cukup kuat melawan virus.

2. Cacar air tidak berbahaya

cacar air

Infeksi V. zoster memang bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi anggapan bahwa penyakit ini bisa diabaikan adalah sebuah mitos karena cacar air bisa menimbulkan komplikasi.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), cacar air bisa menimbulkan komplikasi berupa dehidrasi, infeksi streptokokus grup A, pneumonia, pembengkakan otak, hingga sepsis.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga kekebalan tubuh selama masa pemulihan cacar air. Dengan begini, infeksi tidak akan menyebar ke bagian lain tubuh Anda.

3. Antibodi yang terbentuk setelah infeksi bisa menggantikan vaksinasi

Antibodi yang terbentuk setelah cacar air memang bisa memberikan perlindungan bagi tubuh Anda, tetapi tidak bisa menggantikan fungsi vaksin.

Artinya, anak-anak tetap membutuhkan vaksin cacar air meski sudah pernah terkena cacar air. Begitu pula orang dewasa dengan kekebalan tubuh yang lemah.

Dosis pertama vaksin cacar air direkomendasikan untuk diberikan saat anak berusia 12–15 bulan dan diikuti dosis kedua pada usia 4–6 tahun.

Vaksin yang baru diberikan saat anak berusia di atas 13 tahun biasanya memiliki jeda dosis kedua yang lebih singkat.

4. Tidak akan terkena herpes zoster jika pernah cacar air

Herpes zoster dan cacar air memang disebabkan oleh jenis virus yang sama. Karena hal ini, ada mitos bahwa orang yang pernah terkena cacar air tidak akan terkena herpes zoster.

Faktanya, virus V. zoster sebenarnya tidak akan benar-benar hilang dari tubuh Anda. Virus ini akan tertidur dan mungkin menimbulkan cacar ular atau herpes zoster saat aktif kembali.

Mayo Clinic bahkan menyebutkan bahwa Anda bisa menularkan cacar ular dalam bentuk cacar air pada orang yang belum pernah mengalaminya.

5. Orang yang sakit cacar air tidak boleh mandi

Pernah mendengar bahwa orang yang sedang cacar air sebaiknya tidak mandi terlalu sering?

Ini juga merupakan mitos cacar air karena faktanya mandi justru bisa membuat kulit Anda tetap lembap sehingga tidak gatal karena terlalu kering.

Namun, Anda memang harus lebih berhati-hati saat mengeringkan kulit dengan handuk. Hindari mengeringkan kulit dengan cara menggosoknya. Coba keringkan kulit dengan menepuk-nepuknya dengan lembut.

6. Cacar air hanya menyerang anak-anak

ciri ciri cacar air

Cacar air memang lebih sering menyerang anak-anak, tetapi bukan berarti penyakit ini tidak bisa terjadi pada orang dewasa. Gejala cacar air yang dialami orang dewasa biasanya justru lebih parah.

Orang dewasa yang rentan terinfeksi cacar air adalah wanita hamil yang daya tahan tubuhnya melemah serta orang yang belum pernah terkena cacar air saat masa kanak-kanak.

Jika dibandingkan dengan anak-anak, orang dewasa juga berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi cacar air.

7. Bekas luka cacar air tidak bisa hilang

Mitos cacar air lainnya adalah bahwa bekas lukanya tidak akan bisa hilang alias permanen.

Faktanya, sebagian besar bekas cacar air bisa menghilang dengan sendirinya, tetapi Anda memang perlu menunggu selama beberapa minggu atau bulan.

Bekas cacar air yang tidak bisa hilang atau bopeng biasanya terbentuk karena luka tersebut dulunya sering digaruk atau lentingnya dipecahkan sebelum waktunya.

Jenis bekas luka tersebut memang tidak bisa hilang secara alami. Akan tetapi, kini sudah ada beberapa perawatan kulit untuk mengatasinya, seperti microneedling dan chemical peeling.

Kesimpulan

  • Meski jarang terjadi, seseorang memiliki kemungkinan mengalami cacar air dua kali. Seseorang yang sudah terkena cacar air juga tidak akan terhindar dari risiko herpes zoster.
  • Meski bisa sembuh dengan sendirinya, cacar air tidak boleh diabaikan karena penyakit infeksi ini mungkin menimbulkan komplikasi.
  • Anak-anak yang sudah terkena cacar air tetap membutuhkan vaksinasi.
  • Bekas luka cacar air yang tidak hilang dengan sendirinya bisa diatasi dengan perawatan kulit, seperti microneedling.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

About chickenpox. (2022, October 21). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 06 July 2025, from https://www.cdc.gov/chickenpox/about/index.html

Chickenpox symptoms and complications. (2024, May 21). Chickenpox (Varicella). Retrieved 06 July 2025, from https://www.cdc.gov/chickenpox/signs-symptoms/index.html

Chickenpox: Causes, symptoms, treatment & prevention. (n.d.). Cleveland Clinic. Retrieved 06 July 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4017-chickenpox

Chickenpox. (n.d.). Retrieved 06 July 2025, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/chickenpox

Shingles. (2022, August 20). Mayo Clinic. Retrieved 06 July 2025, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/shingles/symptoms-causes/syc-20353054

Versi Terbaru

21/07/2025

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

Ciri-Ciri Cacar Api yang Wajib Diwaspadai

Benarkah Orang Sakit Cacar Air Tidak Boleh Kena Angin?


Ditinjau oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro · Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Diperbarui 21/07/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan