DBD bisa menyerang kapan saja dan di mana saja, bahkan mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun, bila seseorang terjangkit DBD, dampak dari penyakit ini bisa mempengaruhi ke berbagai hal, salah satu yang terpenting adalah kualitas hidup. Berikut ini penjelasannya.
Penularan penyakit demam berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Biasanya nyamuk pembawa virus demam berdarah akan menggigit di pagi, dan sore hari, di mana saat banyak aktivitas dilakukan.
Jika seseorang sudah pernah terjangkit DBD, jangan merasa aman karena seseorang bisa terinfeksi virus dengue hingga beberapa kali.
Pada momen DBD berulang, reinfeksi ini bisa meningkatkan risiko yang lebih berat bahkan bisa menyebabkan pada kematian.
Dengan dampak merugikan yang serius, kesadaran akan pencegahan dan penanganan DBD harus diketahui semua orang.
Beberapa gejala demam berdarah yang biasanya muncul setelah seseorang terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus antara lain:
- nyeri di belakang mata,
- sakit kepala,
- ruam/bercak,
- mual/muntah, serta
- nyeri tulang, otot, dan sendi
Gejala seperti di atas umumnya berlangsung selama 2-7 hari. Namun, Anda perlu waspada apabila gejala terus dialami dan diikuti beberapa keadaan berikut:
- tidak ada perbaikan setelah demam turun,
- menolak makan dan minum,
- muntah terus menerus,
- nyeri perut hebat,
- lemah, lesu, ingin tidur terus, dan perubahan perilaku,
- pucat, tangan dan kaki dingin,
- perdarahan (BAB berwarna hitam, muntah cairan hitam, darah menstruasi yang lebih banyak daripada biasa), serta
- Tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam.
Artinya, orang tersebut sudah memiliki tanda bahaya atau warning sign dan diharapkan untuk segera konsultasi ke dokter.
Dampak merugikan dari DBD
Menurut data Kemenkes, lebih dari 143 ribu kasus DBD terjadi di 2022 dan menyebabkan hingga 1.237 jumlah kematian.
Angka ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang mengalami kondisi tidak menyenangkan karena terjangkit demam berdarah.
Posisi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan iklim tropis juga berpengaruh pada peningkatan DBD. Faktor peningkatan penyakit DBD yaitu:
- perumahan padat penduduk,
- sistem pengelolaan air,
- saluran pembuangan limbah yang belum optimal,
Secara tidak langsung, kondisi di atas menciptakan situasi ideal bagi nyamuk untuk menularkan berbagai penyakit.
Dalam beberapa kasus tertentu, gejala DBD bisa membaik tanpa perlu perawatan di rumah sakit. Gejala akan reda pada kisaran waktu 1-2 minggu, tapi kondisi tubuh belum tentu pulih sepenuhnya.
Apabila tidak kunjung sembuh, pasien harus dirawat. Saat melewati proses pengobatan yang membutuhkan rawat inap di rumah sakit, pasien DBD harus istirahat total alias bed rest dengan jangka waktu kisaran satu minggu.
Anak-anak yang masih sekolah harus absen dari kegiatan belajar maupun ujian karena DBD. Begitu pula dengan karyawan yang terjangkit demam berdarah, terpaksa izin dari kantor sehingga mengganggu pekerjaan dan produktivitasnya.
Tak hanya itu, pasien DBD juga membutuhkan orang yang menemani dan merawat (caregiver), misalnya dari anggota keluarga. Dari segi waktu hingga energi caregiver pun ikut tersita.
Pascainfeksi, pasien biasanya akan mengalami kelelahan hingga beberapa minggu setelah sembuh dari DBD. Di masa-masa ini, pasien harus kembali mengosongkan rutinitas agar proses pemulihan berjalan maksimal.
Sigap cegah DBD sedini mungkin
Penyakit DBD bisa dengan mudah menjangkit seseorang apabila lingkungan kebersihannya kurang terjaga, sehingga nyamuk dapat berkembangbiak.
Oleh sebab itu, pastikan untuk melindungi keluarga dengan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, hingga mendaur ulang berbagai barang bekas plus upaya-upaya pencegahan gigitan nyamuk.
Jika lengah dalam menjaga kebersihan, butuh biaya yang besar untuk perawatan demam berdarah di rumah sakit. Menurut data dari salah satu asuransi jiwa yang diakses dari laman ini, biayanya bisa mencapai hingga Rp 10-60 Juta¹.
Perlindungan diri dari DBD juga perlu dilengkapi dengan konsultasi ke dokter terkait vaksin demam berdarah.
Vaksin yang tersedia di Indonesia sudah bisa diberikan pada anak-anak mulai usia 6 tahun sampai orang dewasa usia 45 tahun. Vaksin ini dapat mencegah penyakit dengue dan mengurangi risiko keparahan.
Sampai saat ini, tidak ada obat khusus untuk demam berdarah. Pengobatan yang dilakukan di rumah sakit hanya untuk penanggulangan gejala nyeri, maka melakukan 3M Plus serta vaksinasi bisa menjadi langkah optimal dari perlindungan dampak DBD.
Pastikan untuk selalu mengkonsultasikan ke dokter terlebih dahulu sebelum melakukan vaksin DBD.
C-ANPROM/ID/QDE/0350 | Feb 2024