Ekstrak sambiloto secara empirik telah digunakan untuk meredakan berbagai gejala ringan infeksi virus seperti seperti demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Kabar baiknya, sebuah penelitian yang dilakukan Pemerintah Thailand menunjukkan bahwa ekstrak sambiloto efektif membantu proses penyembuhan pasien COVID-19 dengan gejala ringan.
Ekstrak sambiloto dan COVID-19
Sistem imunitas pada dasarnya merupakan mekanisme tubuh manusia dalam mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang berasal dari dalam maupun luar tubuh. Bahaya yang dimaksud contohnya adalah infeksi mikroorganisme baik itu infeksi virus, bakteri, jamur, maupun parasit.
Memelihara dan meningkatkan kinerja sistem imunitas sangat krusial di masa-masa pandemi untuk mencegah tertular COVID-19. Menjaga kinerja sistem imunitas perlu dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan cara memperhatikan asupan nutrisi bergizi seimbang, tidur cukup, dan rutin melakukan aktivitas fisik.
Selain itu, kita perlu juga mengendalikan kondisi penyakit penyerta jika ada, menghindari rokok, dan konsumsi suplemen kesehatan untuk memenuhi kebutuhan zat tertentu yang seringkali tidak tercukupi melalui asupan sehari-hari.
Beberapa suplemen yang baik dikonsumsi selama masa pandemi COVID-19 di antaranya adalah vitamin dan mineral penguat imunitas (immune booster) serta herbal yang dapat memodulasi atau menyeimbangkan respon imun (immunomodulator).
Herbal sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan salah satu herbal asli Indonesia yang bisa kita manfaatkan untuk menjaga kesehatan selama pandemi COVID-19. Sambiloto telah lama diketahui memiliki khasiat sebagai imunomodulator atau imunostimulasi sekaligus antiradang dan antivirus.
Sambiloto secara empirik sudah lama dipakai di banyak negara untuk meredakan gejala yang terjadi pada infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, dan batuk.
Selain terbukti secara empirik, sebuah penelitian bio-informatika dan in-vitro baru-baru ini membuktikan khasiat sambiloto sebagai antivirus terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa senyawa-senyawa aktif dalam sambiloto, terutama senyawa andrographolide dapat berikatan dengan protein virus SARS-CoV-2. Melalui serangkaian mekanisme, senyawa tersebut kemudian dapat menghambat replikasi virus SARS-CoV-2. Senyawa ini juga mampu mengurangi peradangan akibat infeksi.
Uji praklinik sambiloto
Hasil-hasil penelitian praklinik dari sambiloto sejalan dengan uji klinik keamanan dan khasiat sambiloto yang telah dilakukan pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan.
Uji klinik yang merupakan pilot study ini dilaksanakan oleh Pemerintah Thailand di beberapa rumah sakit di negaranya yang menangani pasien COVID-19. Penelitian tersebut membuktikan bahwa sambiloto aman dikonsumsi dan efektif membantu memperbaiki kondisi pasien yang telah terkonfirmasi positif COVID-19 melalui tes usap PCR.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam waktu 3 hari intervensi sambiloto cukup efektif dan tanpa efek samping, jika dikonsumsi pasien dalam waktu 72 jam setelah timbul gejala.
Berdasarkan hasil uji pendahuluan ini, Pemerintah Thailand menyetujui penggunaan ekstrak sambiloto sebagai terapi komplementer pada pasien COVID-19 gejala ringan di 5 rumah sakit pemerintah. Keputusan ini diambil karena penggunaan sambiloto bermanfaat menurunkan tingkat keparahan wabah dan dinilai mampu memangkas biaya pengobatan.
Ekstrak sambiloto yang diproduksi di Indonesia dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak-anak usia 12 tahun ke atas.
Dosis penggunaan ekstrak sambiloto yakni 2×2 kapsul atau 3×1 kapsul untuk tujuan profilaksis (pencegahan) COVID-19. Sementara untuk tujuan terapi komplementer sebanyak 3×2 kapsul hingga maksimal 5×2 kapsul sehari. Khusus bagi orang dengan gangguan fungsi hati atau ginjal, perlu ada penyesuaian dosis secara individual.
Sambiloto dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, tetapi jika ada keluhan dispepsia/sakit maag dapat diminum sesudah makan dengan diberi jarak 1-2 jam dengan obat konvensional. Ekstrak sambiloto ini bisa dikonsumsi 8-16 minggu berturut-turut, kemudian beri jeda 2 minggu, lalu bisa mulai lagi mengonsumsinya 8-16 minggu, jeda 2 minggu, dan seterusnya.
Orang dengan penyakit autoimun, ibu hamil, dan ibu menyusui sebaiknya tidak mengonsumsi ekstrak sambiloto. Selain itu, hati-hati pemakaian pada pasien yang mengonsumsi obat penurun gula darah dan/atau tekanan darah, sebab Sambiloto bersifat menurunkan gula darah dan tekanan darah.
Karena ekstrak sambiloto bersifat mengencerkan darah, maka disarankan menghentikan pemakaian ekstrak sambiloto 2 minggu sebelum pembedahan.