Baca semua artikel berita seputar coronavirus (COVID-19) di sini.
Dampak dari pandemi COVID-19 tidak hanya berpengaruh pada kesehatan fisik, melainkan kesehatan mental remaja. Bagaimana perubahan aktivitas harian selama pandemi ini memengaruhi kesehatan mental remaja?
Dampak pandemi terhadap kesehatan mental remaja
Pandemi COVID-19 telah memengaruhi hampir setiap aspek dalam kehidupan, termasuk aktivitas harian masyarakat, terutama kelompok anak dan remaja. Bagaimana tidak, penerapan physical distancing dan penutupan sekolah membuat mereka tidak dapat beraktivitas normal.
Jika normalnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman dan aktivitas di sekolah, kini terpaksa berada di rumah dalam waktu yang tidak ditentukan.
Awalnya mungkin beberapa remaja merasa hal ini adalah kesempatan mereka untuk berlibur. Seiring dengan berjalannya waktu dampak pandemi ternyata berpengaruh terhadap mental remaja.
Dilansir dari NYU Langone Health, kebanyakan remaja terlihat murung, sedih, atau kecewa ketika menjalani karantina di rumah selama pandemi COVID-19.
Pasalnya, beberapa dari remaja ini mungkin melewatkan momen-momen yang mereka tunggu, seperti menonton pentas seni sekolah atau sekadar bertemu dengan teman.
Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang merasa cemas dan bertanya-tanya kapan pandemi ini berakhir dan semuanya kembali normal. Walaupun beberapa remaja mengisi kekosongan dan kecemasan mereka dengan bermain ponsel atau media sosial, ternyata hal tersebut tidak cukup.
Menurut dr. Aleta G. Angelosante, PhD, asisten profesor departemen Psikiatri Anak dan Remaja di NYU Langone Health, ada beberapa faktor yang mendasari hal ini.
Rasa sedih dan kecewa yang dialami oleh remaja selama pandemi ini adalah hal yang wajar dan normal. Media sosial dan permainan di ponsel mereka tidak dapat menggantikan interaksi sosial di sekolah mulai dari mengobrol di kelas, menertawakan sesuatu yang lucu saat pelajaran, hingga mendengar semua percakapan yang terjadi di sekitar mereka.
Sementara itu, dampak pandemi terhadap kesehatan mental remaja yang termasuk kategori keluarga kurang mampu dan berada dalam etnis minoritas ternyata cukup besar. Mereka mungkin kekurangan sumber daya untuk melanjutkan sekolah dari rumah, seperti akses internet.
Selain itu, remaja di kelompok ini mungkin harus memikirkan nasib keluarganya karena pandemi ini membuat mereka kehilangan sumber pendapatan. Maka itu, orangtua dan masyarakat sekitar perlu memberi perhatian khusus pada masalah ini.
Gejala yang perlu diperhatikan orangtua
Dampak pandemi memang cukup berpengaruh terhadap mental remaja hingga membuat mereka stres. Tidak sedikit dari mereka yang mungkin ‘berulah’ karena merasa bosan dan ingin mencari perhatian Anda.
Walaupun demikian, ada beberapa gejala terkait kesehatan mental remaja selama pandemi yang mungkin perlu Anda waspadai, seperti:
- keluhan fisik seperti sakit perut, pusing, atau gejala fisik lainnya
- mengisolasi diri dari orangtua, teman sebaya, hingga mengubah kelompok pertemanan
- minat belajar turun drastis yang menyebabkan prestasi akademik ikut turun
- sering mengkritik diri sendiri
Beberapa perilaku di atas mungkin sesekali pernah Anda lihat dalam remaja. Namun, sudah seharusnya orangtua lebih peduli ketika perubahan terjadi dalam waktu singkat dan sekaligus.
Dengan begitu, masalah kesehatan mental selama pandemi pada remaja bisa dihindari dan mereka dapat menjalani karantina di rumah dengan sehat.
Kabar baiknya adalah sejauh ini peneliti belum menemukan data bagaimana dampak karantina saat pandemi bisa mengganggu kesehatan mental remaja hingga berujung depresi.
Para ahli memiliki beberapa bukti yang menunjukkan bahwa anak menghadapi kejadian yang traumatis dengan baik.
Hal ini mungkin dikarenakan kebanyakan anak lebih cepat beradaptasi dan kuat. Sementara itu, anak yang mengalami peristiwa yang mengerikan pun tidak menutup kemungkinan mengalami masalah jangka pendek terkait depresi dan rasa cemas.
Walaupun demikian, sebagian besar dari mereka tidak mengalami dampak psikologis dalam jangka panjang.
Tips membantu menjaga kesehatan mental remaja selama pandemi
Sebenarnya, dampak mental remaja selama pandemi ini bisa diminimalisir dengan berbagai upaya yang juga dilakukan oleh orangtua. Untungnya, ada banyak hal yang bisa Anda lakukan sebagai orangtua untuk mendukung kesehatan mental anak berusia remaja.
Berikut ini beberapa tips yang mungkin membantu Anda dalam menjaga kesehatan mental remaja menurut WHO.
- mempertahankan rutinitas harian atau membuat aktivitas baru
- berdiskusi soal COVID-19 dengan anak secara jujur dan bahasa yang dimengerti
- mendukung remaja belajar di rumah dan menyediakan waktu untuk bermain
- membantu anak mencari cara positif mengungkapkan perasaan, seperti menggambar
- membantu remaja tetap bersosialisasi dengan teman dan anggota keluarga via daring
- memastikan anak tidak terlalu banyak menghabiskan waktu bermain gadget
- mengajak remaja mencari hobi yang kreatif, seperti bernyanyi, memasak, atau menulis
Fenomena Kelulusan Pelajar dan Mahasiswa yang Dilewatkan Akibat Pandemi