Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Belakangan ramai soal penggunaan cairan antiseptik untuk dicampurkan pada diffuser. Sebuah video tutorial mengklaim uap diffuser yang dihasilkan dari cairan antiseptik bisa membunuh COVID-19. Padahal cairan tersebut hanya untuk kegunaan luar dan berbahaya jika terhirup dan mengenai paru-paru lewat uap yang dihasilkan diffuser.
Bisakah cairan antiseptik digunakan untuk campuran diffuser?
Diffuser adalah alat untuk mengubah cairan minyak esensial menjadi uap dan menyebarkannya ke udara. Partikel minyak yang telah dipecah menjadi uap tersebut akan tersebar ke udara ruangan secara merata, menjadikan udara di sekeliling menjadi terasa nyaman dan mudah untuk dihirup.
Efek uap diffuser pada tubuh berbeda-beda tergantung campurannya saat dimasukkan ke dalam diffuser. Setiap jenis minyak esensial mengklaim memiliki kegunaannya masing-masing. Umumnya, uap yang dihasilkan dari minyak esensial tersebut akan memberikan efek rileks dan menenangkan.
Dalam video tutorial yang beredar viral, cairan yang dimasukkan ke dalam diffuser diganti dengan antiseptik cair. Si pembuat video mencampur air mineral botolan dengan cairan antiseptik tersebut lalu mengocoknya dan memasukkan ke dalam alat diffuser.
Tutorial tersebut tidak dianjurkan untuk ditiru karena belum terbukti kegunaannya dan malah memiliki potensi bahaya untuk tubuh.
[covid_19]
Cairan antiseptik bukan untuk diffuser
Cairan antiseptik pada hampir semua merek dagang pasti memiliki label peringatan “hanya untuk pemakaian luar’. Ini karena kandungan di dalamnya bagus jika difungsikan sebagaimana mestinya tapi berbahaya jika salah penggunaan.
Cairan antiseptik yang ditunjukkan dalam video tutorial itu memiliki tiga kandungan bahan utama yakni minyak pinus, minyak jarak dan chloroxylenol dengan persentase 4.8%.
Minyak pinus dan minyak jarak memang cenderung aman. Namun, chloroxylenol memiliki sifat beracun. Toksisitasnya memang sangat rendah jika untuk pemakaian luar, tapi bisa berbahaya tertelan.
Jurnal National Library of Medicine AS menyebutkan salah satu bahaya dari chloroxylenol adalah dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.
Bahaya pada saluran pernapasan ini bisa jadi masalah saat antiseptik yang mengandung chloroxylenol dimasukkan ke diffuser dan disebar ke udara. Cairan antiseptik yang keluar dalam bentuk uap dari diffuser bisa terhirup dan terbawa ke paru-paru.
Dalam jurnal yang sama, studi berjudul Pulmonary aspiration following Dettol poisoning: the scope for prevention menjabarkan bahaya dengan risiko lain. Cairan antiseptik (dengan kandungan 4.9% chloroxylenol) yang tertelan oleh tubuh dapat menyebabkan:
- Penurunan sistem saraf pusat.
- Korosi pada pada selaput lendir tenggorokan, laring (bagian tenggorokan berisi pita suara), dan saluran pencernaan.
Studi tersebut juga menekankan risiko utama dari keracunan chloroxylenol yaitu aspirasi paru yang menyebabkan pneumonia, sindrom gangguan pernapasan dewasa (ARDS), dan/atau jantung berhenti mendadak.
Mitos atau Fakta: Sinar Matahari Mampu Membunuh COVID-19?