backup og meta

Buru-Buru Jatuh Cinta Nanti Cepat Benci, Kok Bisa?

Buru-Buru Jatuh Cinta Nanti Cepat Benci, Kok Bisa?

Dalam memulai hubungan, Anda perlu menunggu, percaya, serta memberikan waktu cinta untuk berkembang dan tumbuh lebih dalam. Jika terlalu cepat cinta, tidak menutup kemungkinan Anda malah bisa cepat benci nantinya.

Sebenarnya, mengapa orang bisa cepat jatuh cinta kemudian juga cepat saling benci?

Benarkah cepat jatuh cinta bisa bikin benci kemudian?

Anda mungkin bisa cepat jatuh cinta, tetapi beberapa waktu kemudian muncul rasa benci pada pasangan yang sama. Hal ini sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah.

Ya, beberapa ahli berpendapat bahwa cinta adalah bentuk kebodohan dan kegilaan sementara. 

Kegilaan ini bisa membuat Anda mengabaikan kekurangan pasangan sampai pada akhirnya tersadar. Kemudian, rasa cinta tersebut berubah jadi benci.

Orang yang merasakan suka atau tertarik pada seseorang juga bisa menyalahartikan apa yang mereka rasakan pada saat itu. 

Pasalnya, perubahan tubuh yang terjadi hampir sama dengan rasa cinta. Bahkan, perubahan ini juga terjadi ketika Anda merasa benci dengan seseorang.

Sejumlah hal yang terjadi pada tubuh saat jatuh cinta atau benci di antaranya jantung berdebar, napas memendek, dan aliran darah yang terasa lebih cepat dari biasanya. 

Semua hal itu sebenarnya Anda rasakan ketika merasa benci ataupun tertarik pada seseorang. Hal ini yang kemudian membuat Anda cepat jatuh cinta dan akhirnya juga cepat benci.

Namun, tenang saja. Tidak semua orang yang cepat jatuh cinta ini bisa langsung berubah benci, kok. 

Ada juga yang memang menemukan cinta sejati dengan cepat dan dapat membina hubungan yang langgeng hingga maut memisahkan.

Mungkin yang dirasakan itu bukan cinta sebenarnya

jujur pada pasangan

Donald G. Dutton dan Arthur P. Aron, peneliti dari University of British Columbia, Kanada, membuktikan bahwa orang yang cepat jatuh cinta bisa merasa benci dalam waktu yang tidak lama.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology (1974) ini melihat perilaku beberapa pria terhadap seorang wanita saat menyeberangi jembatan.

Jembatan yang disediakan terdiri dari dua tipe, yaitu jembatan yang reyot dan jembatan yang kokoh.

Diketahui bahwa sebagian besar pria yang menyeberangi jembatan yang reyot merasa tertarik dengan wanita yang ada di ujung jembatan tersebut. 

Sementara itu, kelompok pria yang melewati jembatan yang kokoh tidak merasakan apa pun.

Para ahli menyimpulkan bahwa ketertarikan pada pria yang melewati jembatan reyot ini pada dasarnya bukanlah karena alasan jatuh cinta atau suka. 

Para pria tersebut menyeberangi jembatan reyot mengalami peningkatan adrenalin. Ini membuat jantung mereka berdegup kencang dan napasnya jadi lebih cepat.

Efek fisiologis yang muncul ini membuat kelompok pria tersebut menganggap bahwa ini merupakan tanda bahwa mereka tertarik dengan wanita yang ada di ujung jembatan. 

Sementara itu, pria yang melewati jembatan yang kokoh tidak mengalami perubahan hormon dan tidak merasakan ketertarikan yang sama.

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa seseorang dapat dengan mudah tertarik dan kemudian merasa dirinya jatuh cinta. Padahal, cinta butuh waktu lama untuk tumbuh lebih dalam.

Tips menjaga hubungan agar bertahan lama

Mungkin hal yang membuat rasa benci itu muncul tiba-tiba karena Anda terlalu cepat membuat kesimpulan kalau Anda sedang jatuh cinta. 

Rasa suka dan tertarik kepada seseorang sebenarnya wajar, tetapi tentu itu bukan berarti cinta. Pada dasarnya, cinta adalah suatu proses yang panjang.

Untuk menjaga hubungan tetap sehat dan langgeng, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan.

  • Kenali diri sendiri dan pasangan, termasuk tentang persamaan dan perbedaan maupun hal-hal yang disukai dan tidak disukai bersama.
  • Tunjukkan kasih sayang melalui sikap atau tindakan sederhana, contohnya memberikan semangat sebelum mulai beraktivitas.
  • Komunikasi secara terbuka dan jangan takut untuk mengungkapkan emosi Anda kepada orang terkasih agar bisa diselesaikan bersama.
  • Luangkan waktu berkualitas atau quality time bersama pasangan, misalnya dengan pergi ke kantor, menonton film, atau rekreasi di alam terbuka bersama-sama.
  • Jangan ragu untuk saling memberi apresiasi supaya Anda dan pasangan merasa dihargai dan makin termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih baik.

Terlalu cepat jatuh cinta bisa jadi hanyalah perasaan sesaat yang akhirnya membuat Anda tidak merasakan kenikmatan dan keindahan dalam menjalin hubungan.

Umumnya, orang yang cepat jatuh cinta akan lebih bersemangat menjalani hubungan di awal, kemudian mudah bosan dan terkesan benci ke depannya.

Lebih baik jalani secara perlahan dan nikmati waktu pendekatan Anda dan pasangan sampai sama-sama merasa siap untuk berkomitmen.

Kesimpulan

  • Orang yang cepat jatuh cinta kemungkinan akan merasa benci dengan cepat pula.
  • Penelitian menunjukkan bahwa respons tubuh bisa membuat orang keliru mengartikan perasaannya, yang mengakibatkan perasaan cepat jatuh cinta dan kemudian benci.
  • Jalanilah hubungan cinta secara perlahan sembari membangun komunikasi yang sehat, menunjukkan kasih sayang, dan saling memberi apresiasi dengan pasangan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Ben-Zeev, A. (2018). How quickly should couples fall in love (or into bed)? Psychology Today. Retrieved April 3, 2024, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/in-the-name-love/201805/how-quickly-should-couples-fall-in-love-or-bed

Dean, J. (2016). What “The love bridge” tells us about how thoughts and emotions interact. PsyBlog. Retrieved April 3, 2024, from https://www.spring.org.uk/2012/04/what-the-love-bridge-tells-us-about-how-thoughts-and-emotions-interact.php

Top tips on building and maintaining healthy relationships. (n.d.). Mental Health Foundation. Retrieved April 3, 2024, from https://www.mentalhealth.org.uk/our-work/public-engagement/healthy-relationships/top-tips-building-and-maintaining-healthy-relationships

Zeki, S., & Romaya, J. P. (2008). Neural correlates of hate. PloS one, 3(10), e3556. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0003556

Dutton, D. G., & Aron, A. P. (1974). Some evidence for heightened sexual attraction under conditions of high anxiety. Journal of Personality and Social Psychology, 30(4), 510-517. https://doi.org/10.1037/h0037031

Versi Terbaru

09/04/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Love-Hate Relationship, Saat Anda Cinta tapi Juga Benci

Apakah Anda Terlalu Cepat Jatuh Cinta? Ini Tanda-tandanya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 09/04/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan