backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenal Ciri-Ciri Orang yang Naif dan Terlalu Baik Hati

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 19/12/2023

Mengenal Ciri-Ciri Orang yang Naif dan Terlalu Baik Hati

Tidak ada salahnya menjadi orang yang baik hati. Namun, jangan sampai Anda menjadi orang naif dan terlalu polos. Hal ini malah bisa menjadi senjata makan tuan saat Anda harus berinteraksi dengan orang lain di tengah kerasnya kehidupan dunia.

Apa itu naif?

Bagai dua sisi mata uang, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “naif” dalam dua pengertian, baik itu dari sisi positif maupun negatif.

Dari sisi positif, naif memiliki arti sangat bersahaja, tidak banyak tingkah, lugu karena muda dan kurang pengalaman, dan sederhana.

Sementara dari sisi negatif, sifat naif diartikan sebagai sifat celaka, bodoh, atau tidak masuk akal.

Cambridge Dictionary juga mengartikan “naif” sebagai sikap yang terlalu percaya bahwa orang lain mengatakan kebenaran dan memiliki niat yang pada umumnya baik.

Orang naif sering kali menganggap bahwa hidup itu sederhana dan adil. Hal ini pada umumnya terjadi karena mereka masih terlalu muda dan belum memiliki banyak pengalaman hidup.

Secara umum, kata “naif” memiliki konotasi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut terlalu polos, lugu, tidak berpengalaman, dan cenderung ceroboh.

Meski begitu, sifat naif ini tidak selamanya buruk. Orang dengan sifat ini biasanya mempunyai rasa percaya diri dan optimisme yang tinggi dalam kehidupan.

Ciri-ciri orang terlalu naif

Berdasarkan pengertian di atas, ciri-ciri orang terlalu naif bisa disimpulkan sebagai berikut ini.

  • Usianya lebih muda dari orang lain di sekitarnya.
  • Kurang memiliki pengetahuan atau pengalaman dalam hidup.
  • Terlalu mudah percaya orang lain tanpa pertimbangan matang.
  • Cenderung bergantung pada orang lain dan sulit untuk hidup mandiri.
  • Sering kali terlalu polos sehingga mudah dibohongi atau ditipu orang lain.
  • Kurang kritis dalam mengambil keputusan.
  • Tidak mampu menolak permintaan orang lain karena sifatnya yang terlalu baik hati.
  • Kurang mampu mengenali potensi bahaya dan niat buruk dari orang lain.
  • Tidak berani mengambil risiko dan keluar dari zona nyaman.

Tahukah Anda?

Orang naif mungkin cenderung hidup lebih bahagia karena fokus pada aspek positif kehidupan. Studi dalam Journal of Aging Research (2018) menemukan lansia yang punya kecenderungan berpikir positif berpeluang memiliki umur lebih panjang.

Kerugian menjadi orang yang terlalu naif

membandingkan diri dengan orang lain

Berikut ini adalah beberapa kerugian yang mungkin Anda alami bila menjadi orang yang terlalu naif.

1. Sering dianggap membosankan

Siapa yang tidak suka berteman atau berhubungan dengan orang baik hati? Anda juga pastinya ingin bergaul hanya dengan orang-orang yang juga selalu baik pada diri Anda.

Namun, menjadi orang naif dan terlalu polos terkadang membuat orang lain memandang Anda sebelah mata. Anda akan dinilai sebagai orang yang membosankan dan mudah ditebak.

2. Mudah disepelekan orang lain

Ciri-ciri orang naif umumnya tidak dapat menolak permintaan orang lain, tidak tega blak-blakan, dan selalu mementingkan orang lain daripada diri sendiri.

Karakteristik ini sering kali dianggap lemah. Hal ini membuka kesempatan bagi orang lain untuk menyepelekan dan memanfaatkan kebaikan Anda demi keuntungan pribadinya.

3. Tidak bisa menjadi diri sendiri

Kesulitan mengekspresikan emosi bisa membuat Anda tidak menjadi diri sendiri. Memendam emosi lama-kelamaan bisa memicu depresi yang menggerogoti diri Anda.

Sikap terlalu polos bisa disebabkan oleh kepercayaan diri yang rendah. Hal ini membuat Anda mau dan siap melakukan apa saja demi mendapatkan persetujuan dari orang lain.

4. Gampang merasa kecewa

Kebiasaan memendam emosi karena sering dikecewakan oleh sikap orang lain dapat menjadi bumerang bagi Anda. Tidak jarang, Anda disebut sebagai korban perasaan. 

Lama-kelamaan, rasa lelah karena terus dikecewakan bisa membuat perasaan dan mental Anda menjadi tidak stabil. Hal ini mungkin berujung pada munculnya gangguan mental.

Cara mengatasi sifat naif yang negatif

Mengubah sifat naif dalam diri sendiri tidak semudah membalik telapak tangan. Hal ini melibatkan proses pembelajaran yang panjang dan bertahap.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan agar tidak lagi menjadi orang yang terlalu naif.

  • Lakukan refleksi diri untuk memahami kelebihan dan kekurangan dari diri sendiri.
  • Latih kemampuan berpikir kritis dan melihat dari sudut pandang yang berbeda sebelum mengambil keputusan.
  • Terapkan sikap skeptis yang sehat untuk menilai bahaya atau niat buruk dari orang lain.
  • Belajar dari pengalaman masa lalu, terutama saat terlibat dalam situasi yang merugikan.
  • Bangun rasa percaya diri untuk mengurangi ketergantungan terhadap orang lain.
  • Perluas pengetahuan Anda dengan rajin membaca buku, rutin mengikuti seminar dan lokakarya (workshop), maupun mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
  • Bergabung dengan komunitas sesuai minat Anda untuk membangun hubungan dengan orang lain dengan berbagai latar belakang.

Dengan memahami ciri-ciri orang naif dan kerugian yang bisa ditimbulkannya, Anda akan dapat mengatasi kelemahan dalam diri dan menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.

Namun, bila Anda merasa bahwa sifat terlalu polos ini mengganggu kehidupan sehari-hari, tidak perlu ragu untuk meminta bantuan psikolog dalam menangani masalah Anda.

Kesimpulan

  • Ciri-ciri orang naif di antaranya terlalu polos, lugu, tidak berpengalaman, dan cenderung ceroboh dalam mengambil keputusan.
  • Contoh kerugian sifat terlalu polos bagi diri sendiri yaitu sering disepelekan, dianggap membosankan, dan kerap dikecewakan oleh orang lain.
  • Membangun kepercayaan diri dan kemandirian adalah sejumlah cara yang dapat Anda untuk mengatasi sifat terlalu naif.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 19/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan