backup og meta

Berbagai Cara Bertahan Hidup di Atas Laut

Berbagai Cara Bertahan Hidup di Atas Laut

Bertahan hidup di atas laut bukanlah hal yang mudah. Apakah Anda terdampar di laut akibat kecelakaan pesawat, perahu tenggelam, maupun tersapu ke laut oleh arus, hal itu pasti bisa menjadi pengalaman yang paling menakutkan. Dengan mengikuti tips untuk bertahan hidup di bawah ini, Anda akan mempelajari beberapa strategi untuk menjaga diri agar tetap hidup hingga tim penyelamat tiba.

Cara bertahan hidup di laut

1. “STOP” dan berpikir

Gunakan mnemonik Pramuka dari kata “STOP”, yang merupakan singkatan dalam bahasa inggris, yaitu, Stop (berhenti), Think (berpikir), Observe (mengamati), dan Plan (berencana). Jika Anda baru saja menemukan bahwa Anda terdampar di laut dan Anda tidak yakin apakah para penyelamat akan tiba. Maka berikut adalah tips yang perlu Anda lakukan:

  • Tetaplah mengapung
  • Cari tempat berlindung di siang hari
  • Tunggu untuk melihat apakah bantuan datang
  • Pergilah ke satu arah di malam hari hingga Anda mencapai pemukiman
  • Cari sumber makanan

2. Mengapung

Prioritas pertama Anda ketika terisolasi di laut lepas adalah untuk tetap bertahan. Ini berarti bahwa Anda harus menemukan benda terapung yang dapat mendukung Anda berenang. Anda mungkin akan memiliki perahu atau rakit untuk tetap hidup, namun benda apapun akan lebih baik untuk mempertahankan tubuh Anda mengapung di atas laut.

Jika tidak ada benda yang mengambang untuk berpegangan dan Anda terdampar di laut sepenuhnya pada diri sendiri, gunakanlah beberapa teknik berikut ini untuk menjaga diri dari kelelahan akibat mendayung:

Mengambang dengan punggung jika air tenang

  • Langkah 1: Jika air tenang, berbaringlah telentang.
  • Langkah 2: Biarkan tubuh Anda mengapung dan jaga kepala Anda di atas garis air.
  • Langkah 3: Lanjutkan untuk berbaring seperti ini hingga tim penyelamat datang menolong Anda.

Mengambang dengan dada jika air dalam kondisi buruk

  • Langkah 1: Jika air buruk, berbaringlah secara telungkup di air agar memungkinkan tubuh Anda mengapung.
  • Langkah 2: Lanjutkan mengapung dengan cara ini hingga Anda membutuhkan udara.
  • Langkah 3: Angkat kepala Anda dari air hanya untuk mengambil napas, kemudian bawa kembali kepala untuk turun lagi, dan menghembuskan napas di bawah air.

Selebihnya dari langkah-langkah dalam panduan ini mengasumsikan bahwa Anda berada di rakit atau struktur apung serupa lainnya, yang memungkinkan Anda untuk tetap berada di atas air dan bergerak dengan relatif mudah.

3. Mencari air untuk minum

Tubuh tidak dapat bertahan selama lebih dari 3-4 hari tanpa air, sehingga prioritas pertama Anda ialah untuk harus mencari air minum agar tetap terhidrasi. Berikut ini adalah sumber air minum yang boleh dan tidak boleh diminum saat kondisi darurat:

Air daur ulang (urin) – hindari

Ada sebuah cerita dari korban yang menggunakan urin sebagai upaya terakhir untuk mengisi kembali cairan tubuh. Pada kenyataannya, banyak instruktur penyelamat menyarankan untuk tidak meminum air seni untuk menghidrasi tubuh. Garam dalam urin akan memperburuk dehidrasi dan akan membuat Anda jauh lebih haus.

Air hujan – aman

Jika turun hujan, gunakanlah material apapun untuk menampung air hujan sebanyak mungkin dan mengumpulkannya ke dalam wadah. Sebelum menaruh air dari rakit ke dalam botol, pastikan itu tidak dicampur dengan air garam laut yang mungkin juga masuk ke dalam rakit.

Cairan ikan – aman

Ikan tidak hanya menyediakan sumber makanan, tetapi mereka juga mengandung cairan dalam daging, mata, dan tulang belakang mereka. Untuk mengekstrak cairan, potonglah ikan hingga terbuka, patahkan tulang belakangnya, kemudian hisap cairan yang terdapat di dalamnya.

Air laut – hindari

Air garam laut merupakan sumber air yang paling terlarang, karena hal itu bisa menyebabkan Anda gagal ginjal. Meskipun banyak yang melarang untuk meminum air laut, namun banyak juga orang yang setuju untuk mengonsumsi air laut berdasarkan percobaan oleh Dr. Alain Bombard pada tahun 1952.

Pada tahun 1952, Dr. Bombard sengaja berenang menyebrangi lautan Atlantik selama 65 hari dan harus bertahan hidup dengan mengonsumsi ikan mentah, plankton, dan air asin. Karena ia melakukannya sendirian, maka tidak diketahui berapa banyak air asin, air hujan, dan cairan ikan yang dikonsumsi.

Eksperimen yang ia tunjukkan adalah bahwa kita mungkin bertahan hidup beberapa hari di laut lepas tanpa apapun, selain dengan rakit dan keterampilan bertahan hidup Anda.

4. Menemukan makanan

Karena sistem pencernaan sangat membutuhkan air, maka mungkin akan lebih baik bahwa Anda tidak makan, kecuali Anda memiliki cukup pasokan air minum. Sumber makanan yang tersedia di atas laut adalah ikan, plankton, dan untuk pilihan terakhir adalah kanibalisme (memakan anggota tubuh).

Menangkap ikan

Dalam rangka untuk menangkap ikan, Anda memerlukan beberapa alat pancing. Anda dapat menggunakan tali yang ada pada tubuh Anda, seperti tali sepatu. Jika Anda memiliki pisau, sebuah aluminium dapat digunakan untuk membuat kait mengkilap yang dapat menarik perhatian ikan.

Memanen rumput laut

Tarik setiap rumput laut yang Anda temukan dan gunakan itu untuk menemukan ikan, kepiting, atau udang yang dapat di makan.

Kanibalisme

Beberapa orang lebih memilih untuk mati daripada melakukan cara ini. Namun, jika seorang yang bertahan hidup sebelumnya telah mati karena kelaparan atau dehidrasi, maka daging mereka dapat digunakan sebagi sumber makanan. Ingat, ini adalah hal yang hanya boleh dilakukan untuk bertahan hidup dan kanibalisme bukanlah suatu pilihan yang menyenangkan.   

5. Bergerak atau beristirahat

Di laut terbuka, tidak banyak pilihan untuk mengontrol ke mana Anda akan pergi. Kesempatan terbaik bagi Anda untuk bertahan hidup bergantung kepada arus yang membawa Anda ke daratan. Janganlah membuang energi Anda untuk melawan arus laut. Hal itu dapat Anda lakukan jika Anda melihat daratan, dan Anda harus mendayung dengan kuat agar dapat mencapai daratan.

Jika Anda melihat sebuah kapal dari kejauhan, Anda lebih mungkin untuk membuat sinyal, daripada Anda mendayung mengejar kapal tersebut.

6. Menghadapi predator

Ancaman predator yang paling umum di perairan lepas adalah hiu, sehingga Anda perlu menghindari mereka sekuat tenaga. Jangan menjatuhkan apapun ke dalam air, supaya tidak akan menarik perhatian hiu.

Jika Anda berada dalam jarak yang dekat dengan hiu, maka cara yang terbaik adalah untuk keluar dari air, dengan berenang pergi secara halus, sehingga tidak akan menarik perhatian hiu.

Ketika hiu ingin menerkam Anda, doronglah senjata Anda, kamera, pisau atau senjata lainnya untuk mencegahnya. Jika Anda bisa, pukullah hidung hiu yang super sensitif. Anda juga dapat menusuk mata atau insangnya.   

7. Mempersiapkan diri untuk diselamatkan

Kesempatan terbaik Anda untuk dapat diselamatkan adalah untuk berdiam di dekat lokasi di mana tim penyelamat kemungkinan besar akan mencari Anda. Jika Anda terdampar di laut karena pesawat udara jatuh, cobalah untuk tetap berada di dekat lokasi kecelakaan.

Sinyal yang ideal untuk memberi tahu pesawat penyelamat adalah dengan pistol suar. Jika Anda tidak memiliki pistol suar, maka gunakanlah cermin atau benda reflaktif lainnya untuk membuat sinyal pada setiap pesawat yang ada dalam pandangan.

Jika Anda memiliki lebih dari satu rakit, gabungkan rakit bersama-sama untuk membantu meningkatkan visibilitas Anda dari langit.  

 

BACA JUGA:

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

The Ocean http://www.survivenature.com/ocean.php. Accessed September 5, 2016.

Stranded at sea? Follow this 7 step extreme survival guide http://edition.cnn.com/2013/04/11/sport/ultimate-survival-guide/. Accessed September 5, 2016.

Versi Terbaru

07/01/2021

Ditulis oleh Adinda Rudystina

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Roby Rizki


Artikel Terkait

Tips Mengatasi Kulit Lengket Setelah Berenang di Laut

6 Fakta Penting yang Perlu Anda Ketahui Tentang Air Putih


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Adinda Rudystina · Tanggal diperbarui 07/01/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan