Apakah Anda selalu membaca petunjuk pemakaian obat sebelum minum obat? Sebaiknya ini selalu Anda lakukan. Mengapa? Karena agar obat yang masuk ke tubuh Anda bisa bekerja dengan baik dan tidak menimbulkan efek samping apapun. Obat bisa berinteraksi dengan zat lain yang masuk ke tubuh Anda, seperti zat dalam makanan. Interaksi obat dan makanan ini bisa menimbulkan perubahan dalam bagaimana obat bekerja.
Apa akibat dari interaksi obat dan makanan?
Beberapa hal yang bisa diakibatkan karena interaksi obat dan makanan adalah:
- Mencegah obat bekerja dengan seharusnya
- Mengubah bagaimana tubuh Anda menggunakan makanan
- Menyebabkan efek samping obat menjadi lebih buruk atau malah lebih baik
- Menyebabkan efek samping baru
Apa saja interaksi obat dan makanan yang paling umum terjadi?
Obat dan makanan tidak dapat dipisahkan. Saat minum obat biasanya Anda diharuskan makan terlebih dahulu atau setelahnya. Namun, Anda harus mengetahui interaksi obat dan makanan. Berikut ini merupakan beberapa interaksi obat dan makanan yang umum terjadi.
1. Susu atau produk susu dengan antibiotik
Susu atau produk susu (seperti keju dan yogurt) dapat mencegah penyerapan beberapa antibiotik, seperti tetrasiklin dan ciprofloxacin. Kalsium dalam susu dan produk susu dapat mengikat antibiotik pada lambung dan usus kecil bagian atas untuk membentuk senyawa yang dapat larut. Sehingga, penyerapan antibiotik oleh tubuh dapat terganggu.
Untuk mencegah hal ini terjadi, Anda disarankan untuk minum antibiotik satu jam sebelum atau dua jam setelah makan. Anda mungkin tidak perlu benar-benar menghindari susu.
2. Grapefruit (jeruk bali merah) dengan beberapa obat
Jeruk bali merah dapat berinteraksi dengan beberapa obat. Salah satunya adalah dengan statin (obat penurun kolesterol). Jeruk bali merah dapat meningkatkan jumlah obat statin dalam darah, sehingga dapat menyebabkan efek samping yang lebih besar.
Jeruk bali merah juga dapat berinteraksi dengan obat golongan calcium channel blockers (obat untuk tekanan darah tinggi), seperti felodipine, nicardipine, nisoldipine, amlodipine, diltiazem, dan nifedipine. Jeruk ini dapat mengganggu pemecahan obat-obat tersebut, sehingga malah dapat menyebabkan tekanan darah menjadi lebih tinggi.
Beberapa jenis obat lain juga dapat berinteraksi dengan jeruk bali merah ini. Di antaranya adalah antihistamin, obat pengganti tiroid, obat kontrasepsi, obat penghambat asam lambung, dan obat penekan batuk dekstrometorfan. Anda disarankan untuk menghindari jeruk bali merah saat mengonsumsi obat-obatan ini.
Senyawa yang disebut furanocoumarin dalam jeruk bali merah dapat mengubah karakteristik dari obat. Sehingga, kadar obat dalam darah dapat lebih tinggi atau lebih rendah dan menimbulkan efek samping.
3. Sayuran hijau (vitamin K) dengan warfarin
Warfarin adalah obat pengencer darah yang dapat membantu mencegah pembekuan darah. Obat ini bekerja dengan cara mengganggu vitamin K-faktor pembekuan darah dependen. Sehingga, mengonsumsi sayuran hijau yang mengandung vitamin K tinggi dapat menurunkan kinerja obat warfarin ini.
Beberapa sayuran hijau yang mengandung vitamin K tinggi adalah bayam, kale, sawi, brokoli, asparagus, lobak hijau, dan kol brussel. Namun, bukan berarti Anda harus benar-benar menghindari sayuran ini. Justru, Anda harus secara konsisten mengonsumsi sayuran ini sesuai kebiasaan makan Anda sehari-hari. Pengurangan atau peningkatan asupan sayuran hijau ini secara tiba-tiba di luar kebiasaan makan Anda malah dapat menyebabkan masalah.
4. Cokelat dengan monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
MAOI adalah obat untuk mengobati depresi dan penyakit Parkinson. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pemecahan asam amino tyramine dalam darah. Karena asam amino tyramine yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Sehingga, mengonsumsi makanan yang mengandung kadar tyramine tinggi, seperti cokelat, dapat mengganggu kerja obat ini. Selain cokelat, makanan lain yang tinggi tyramine adalah daging fermentasi, seperti pepperoni, sosis, dan ham.
[embed-health-tool-bmi]