backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Studi: Orang yang Sering Begadang Berisiko Alami Gangguan Cemas (Ansietas)

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 18/01/2021

    Studi: Orang yang Sering Begadang Berisiko Alami Gangguan Cemas (Ansietas)

    Memiliki aktivitas yang super padat setiap hari tidak jarang membuat kita jadi menomorduakan tidur. Padahal, tidur yang cukup dan juga nyenyak setiap malam penting untuk mendukung kesehatan Anda. Tidak cuma kesehatan fisik saja, loh! Tidur cukup membantu memelihara kesehatan mental Anda juga. Sudah banyak studi di luaran sana yang melaporkan berbagai efek merugikan pada kondisi kejiwaan Anda akibat kurang tidur.

    Nah, sebuah penelitian teranyar berhasil menghubungkan efek kurang tidur dengan peningkatan risiko gangguan cemas alias ansietas. Kenapa bisa begitu? Simak penjelasannya berikut ini.

    Risiko gangguan cemas lama-lama meningkat akibat kurang tidur

    Para pakar dari berbagai belahan dunia sepakat bahwa kebiasaan tidak tidur cukup selama 7-8 jam setiap malam dapat menyebabkan kewaspadaan dan konsentrasi otak menurun. Maka, tidak heran setelah berjam-jam (atau bahkan berhari-hari) tidak tidur cukup, Anda jadi suka bingung sendiri dan sulit berpikir jernih.

    Sebuah penelitian dari Binghamton University menemukan bahwa kebiasaan kurang tidur dapat meningkatkan risiko munculnya gangguan kecemasan. Teori ini menguatkan satu studi terdahulu yang melaporkan sekitar 27 persen pasien gangguan kecemasan diawali dengan insomnia yang membuat mereka tidak bisa tidur.

    Risiko ansietas akibat kurang tidur dikaitkan dengan gangguan berpikir jernih akibat otak yang kelelahan. Sulit berpikir jernih menyebabkan otak cenderung menanam “bibit’ pikiran negatif yang mengganggu dan dapat terus muncul berulang kali tanpa dipicu apa pun.

    Kurang tidur juga menurunkan kemampuan Anda untuk mengendalikan perilaku karena fungsi pengendalian dalam otak tidak bisa bekerja dengan baik. Maka sewaktu tubuh dalam keadaan terjaga, otak akan bekerja dalam mode autopilot dan mengacu pada pola yang sudah ada yaitu kebiasaan.

    Itu sebabnya menghilangkan kebiasaan buruk, dalam hal ini adalah berpikir yang tidak-tidak sehingga memicu kecemasan, akan lebih sulit jika Anda mengantuk. Pasalnya otak yang kelelahan akan otomatis mengulang perilaku yang sama pada situasi yang sama. Efek pengulangan pikiran negatif ini adalah masalah serupa dengan yang sering dialami oleh orang pengidap gangguan kecemasan (ansietas) dan depresi.

    tubuh pendek akibat kurang tidur

    Ansietas juga dapat membuat Anda sulit tidur nyenyak

    Kurang tidur bukan penyebab langsung dari gangguan cemas. Namun, kecemasan dan tidur nyatanya saling memengaruhi satu sama lain. Semakin buruk kualitas tidur Anda, semakin parah juga gejala ansietas yang mungkin muncul.

    Ini karena dominasi pikiran negatif yang terus menyelimuti otak bisa membuat seseorang mudah stres. Dalam jangka panjang, stres kronis dapat meningkatkan risiko insomnia yang membuat seseorang makin susah tidur dan kemudian memicu kemunculan gejala-gejala ansietas.

    Sebaliknya pun begitu. Semakin gangguan cemas terus dibiarkan menggerogoti jiwa, semakin Anda sulit tidur sehingga masalahnya bisa timbul makin parah seiring waktu. Pasalnya ketika Anda merasa cemas, otak akan terus memutar pikiran negatif tersebut layaknya rol film. Akibatnya, “Anda akan semakin menyibukkan diri untuk memikirkan hal itu sehingga tidak bisa tidur,’ kata Rita Aouad, MD, seorang pakar kesehatan mental sekaligus pakar pengobatan masalah tidur dari Ohio State University Wexner Medical Center, seperti dikutip dari Prevention.

    Termasuk juga gejala-gejala fisik yang menyertai ansietas seperti lemas dan pegal linu (akibat ketegangan otot), gangguan pencernaan seperti sakit perut atau mulas, sakit kepala, gemetaran, mulut kering, dan berkeringat deras. Begadang sendiri bisa menyebabkannya, dan semua masalah ansietas fisik ini pun bisa makin parah akibat kurang tidur.

    Tips mudah tidur lebih nyenyak

    Dampak begadang pada psikologis seseorang pada umumnya tidak akan langsung dirasakan begitu saja. Biasanya akan mulai muncul ketika otak sudah tidak lagi mampu menoleransi waktu istirahat yang teramat miskin.

    Itu kenapa Meredith Coles, pemimpin penelitian sekaligus seorang dosen psikologi di Binghamton University, menekankan pentingnya memperbaiki pola tidur secepat mungkin jika Anda sudah terbiasa begadang dalam waktu lama.

    Agar bisa tidur cukup dan nyenyak, Coles menyarankan Anda untuk

  • “Membersihkan’ jadwal malam hari Anda dari rutinitas yang tidak penting dan bisa memicu stres, seperti tidak membiasakan main gadget dan tidak minum alkohol atau kafein sebelum tidur.
  • Sebagai gantinya, lakukanlah aktivitas yang menenangkan seperti meditasi atau lakukan teknik pernapasan.
  • Buat jadwal tidur teratur. Tidur dan bangun di waktu yang sama setiap hari, termasuk saat weekend, membantu ritme sirkadian bekerja lebih baik.
  • Mudahnya, ikuti panduan sleep hygiene dari Hello Sehat untuk membantu masalah susah tidur Anda. Jika Anda masih merasa kesulitan untuk tidur cukup meski sudah mengikuti langkah-langkah di atas, pertimbangkan untuk berkonsultasi ke dokter untuk mencari tahu cara tepat mengatasinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 18/01/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan