Katanya, orang yang punya otak lebih besar berarti lebih pintar. Banyak pula yang menilai ukuran otak seseorang dari lebar jidatnya. Misalnya, kalau seseorang punya jidat yang “jenong’ alias lebar pasti dikatakan sebagai orang yang pintar.
Otak manusia pada dasarnya memang berbeda-beda, namun apa benar ukuran otak manusia adalah indikator kecerdasan seseorang? Simak penjelasannya berikut ini.
Apakah ukuran otak berhubungan dengan kecerdasan manusia?
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Neuroscience and Biobehavioral Reviews menyatakan bahwa memiliki otak dengan ukuran besar bukanlah jaminan bagi seseorang untuk memiliki IQ yang tinggi. Saat ini IQ masih menjadi salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang secara rasional.
Peneliti dari Austria, Belanda, dan Jerman membandingkan hasil tes IQ dan menghubungkannya dengan IQ peserta. Ukuran otak diukur menggunakan metode pencitraan otak selama beberapa studi.
Hasilnya, dari 148 penelitian yang melibatkan lebih dari 8.000 orang ditemukan hubungan yang lemah antara besaran otak dengan tingkat kecerdasan seseorang.
Dari kumpulan penelitian yang diamati tersebut, terlihat bahwa volume otak hanya memainkan peran kecil dalam kinerja tes IQ pada manusia. Meskipun ada beberapa hal tertentu yang memang bisa diamati, namun hubungan volume otak dengan tingkat kecerdasan sangat kecil sekali.
Struktur dan integritas otak memiliki peran yang lebih penting dalam fondasi biologis tingkat kecerdasan seseorang. Para peneliti menemukan bahwa laki-laki cenderung memiliki ukuran otak yang lebih besar daripada wanita, akan tetapi secara keseluruhan tidak ada perbedaan dalam hal tingkat kecerdasan berdasarkan gender atau jenis kelamin seseorang.
Para peneliti memiliki pendapat yang berbeda-beda
Jika pada penelitian sebelumnya peneliti menemukan volume otak hanya berperan kecil dalam IQ manusia, maka penelitian lainnya tidak berpendapat demikian.
Pasalnya, para ilmuwan yang telah meneliti tentang hubungan otak dengan kecerdasan memiliki jawaban yang berbeda-beda, tidak jarang hal ini menimbulkan perdebatan yang belum menemukan titik pasti.
Jadi, jawaban pernyataan mengenai pengaruh ukuran otak pada kecerdasan seseorang nyatanya tergantung pada ilmuwan mana kita bertanya.
Para antropolog menggunakan volume interior tengkorak dan membandingkannya terhadap ukuran tubuh untuk memperkirakan secara kasar kecerdasan, pengukuran yang dikenal sebagai quotients encephalization. Meski penelitian tersebut belumlah sempurna, namun telah menunjukkan jika ukuran otak seseorang besar, maka ia memiliki IQ yang tinggi.
Michael McDaniel, seorang psikolog industri dan organisasi di Virginia Commonwealth University, telah mengklaim bahwa otak yang lebih besar memang membuat orang lebih pintar.
Banyak peneliti, bagaimanapun, tidak setuju dengan kesimpulan McDaniel. Penelitiannya, yang diterbitkan pada 2005 di jurnal Intelligence, menunjukkan bahwa di semua kelompok usia dan jenis kelamin, volume otak terkait dengan kecerdasan seseorang.
Ukuran otak bisa diturunkan oleh gen
Dalam penelitian yang dilakukan kepada kembar identik (memiliki gen yang sama) dan kembar fraternal (memiliki setengah gen yang sama), ada hubungan yang lebih besar dalam ukuran otak dengan orang yang kembar identik.
Peneliti juga menemukan jika hubungan antara kecerdasan dan jumlah materi abu-abu di lobus frontal – yang dikendalikan oleh faktor genetika, hasilnya menunjukkan bahwa orang tua menurunkan kecerdasan ke anaknya.
Jadi, ukuran otak yang berbeda mungkin karena faktor gen saat lahir serta faktor lingkungan yang juga berperan dalam pengembangan otak.
Albert Einsten mungkin bisa jadi contoh yang mudah jika ukuran otak bukanlah sebuah indikator yang membuat seseorang menjadi cerdas. Pasalnyam Einsten otaknya tidak jauh lebih besar dari rata-rata otak manusia – memiliki otak normal.
Namun, ada bagian-bagian tertentu di otaknya yang lebih berperan. Itu bisa mempengaruhi pemikiran tentang matematika yang mendunia.
Para ilmuwan juga telah menemukan bahwa ada hal-hal aneh yang bisa saja meningkatkan ukuran otak manusia, misalnya otak dari sopir taksi di London membesar dan berubah ketika mereka mempelajari rute yang sulit.
Supir taksi yang telah menavigasi jalan-jalan selama bertahun-tahun itu memiliki perubahan struktural yang signifikan di bagian otaknya. Hal tersebut terutama pada bagian hippocampus posterior yang lebih besar dan hippocampus depan sedikit lebih kecil.
Kesimpulan
Satu hal yang disepakati oleh para ilmuwan, jika ukuran otak tidak bisa disamakan dengan kecerdasan seseorang. Sebaliknya, para ilmuwan melihat massa otak terhadap massa tubuh untuk membuat spekulasi tentang kemampuan kognitif setiap makhluk.
Pada dasarnya kecerdasan seseorang meningkat karena kebiasaan otak dalam mempelajari sesuatu hal. Ada bagian-bagian di dalam otak yang lebih berperan sehingga mempengaruhi kemampuan seseorang, contohnya Einstein.
[embed-health-tool-bmi]