Proses pembekuan darah, atau disebut juga dengan koagulasi, adalah kondisi di mana darah Anda menggumpal untuk menghentikan perdarahan. Kondisi ini bisa jadi hal yang menguntungkan, tapi bisa juga buruk bagi kesehatan, tergantung kondisi setiap orang.
Pasalnya, mekanisme pembekuan darah memang diperlukan dalam situasi tertentu. Namun, dapat membahayakan juga. Bagaimana seluk-beluk prosesnya?
Komponen dalam proses pembekuan darah (koagulasi)
Apa yang terjadi ketika kulit terluka, cedera, atau lecet? Kebanyakan luka akan mengeluarkan darah, alias perdarahan sekalipun lukanya kecil atau mungkin darahnya tidak banyak.
Nah, ternyata tubuh manusia memiliki cara tersendiri untuk mengobati luka, yaitu dengan respons berupa proses pembekuan darah atau koagulasi.
Koagulasi ini membuat darah yang tadinya berbentuk cair berubah menjadi padat atau menggumpal.
Proses ini penting untuk mencegah tubuh kehilangan darah terlalu banyak saat terjadi luka atau cedera. Dalam dunia medis, proses koagulasi ini disebut juga dengan istilah hemostasis.
Saat terjadi perdarahan, entah itu sedikit atau banyak, tubuh akan langsung memberikan sinyal ke otak untuk melakukan proses pembekuan darah.
Dalam hal ini, bagian tubuh yang sangat diandalkan untuk membekukan darah adalah faktor pembekuan darah, yaitu suatu protein yang terdapat di dalam darah.
Sebelum mengetahui bagaimana prosesnya, ada baiknya Anda mengetahui terlebih dahulu apa saja komponen-komponen utama di dalam tubuh yang berperan.
Berikut komponen atau unsur-unsur dalam darah yang membantu hemostasis atau pembekuan darah.
1. Trombosit
Trombosit, atau yang dikenal juga dengan keping darah, adalah sel berbentuk kepingan yang terkandung di dalam darah.
Trombosit dihasilkan oleh sel-sel di dalam sumsum tulang bernama megakariosit.
Peran utama trombosit adalah membentuk gumpalan atau bekuan darah sehingga perdarahan dapat dihentikan atau diperlambat.
2. Faktor koagulasi atau pembekuan darah
Faktor koagulasi, atau memiliki sebutan lain faktor pembekuan darah, adalah jenis protein yang diproduksi oleh hati untuk membekukan darah.
Menurut situs National Hemophilia Foundation, ada sekitar 10 jenis protein atau faktor pembekuan darah yang berperan dalam mekanisme pembekuan darah.
Nantinya, faktor-faktor tersebut akan bekerja sama dengan trombosit untuk menciptakan gumpalan atau bekuan darah saat terjadi luka.
Keberadaan faktor koagulasi sangat dipengaruhi oleh kadar vitamin K dalam tubuh. Tanpa vitamin K yang cukup, tubuh tidak dapat menghasilkan faktor pembekuan darah dengan baik.
Itu sebabnya, orang-orang defisiensi atau kekurangan vitamin K lebih rentan mengalami perdarahan berlebih karena faktor koagulasinya yang tidak bekerja dengan baik.
Bagaimana proses pembekuan darah terjadi?
Mekanisme atau proses pembekuan darah terjadi dalam rangkaian interaksi kimiawi yang cukup kompleks. Berikut penjelasan rincinya.
1. Pembuluh darah menyempit
Ketika tubuh terluka dan mengeluarkan darah, artinya telah terjadi kerusakan pembuluh darah.
Nah, saat itu pembuluh darah akan mengejang sehingga terjadi vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah.
2. Sumbatan dari trombosit terbentuk
Pada bagian pembuluh darah yang rusak, trombosit menempel dan membentuk sumbatan agar tidak banyak darah yang keluar.
Agar proses pembentukan sumbatan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya, trombosit akan menghasilkan zat kimia tertentu untuk mengundang trombosit-trombosit lainnya.