backup og meta

Polishing Gigi

Polishing Gigi

Saat melakukan pemeriksaan rutin ke klinik gigi, dokter Anda akan memoles gigi supaya tampak lebih cerah dan halus. Bukan hanya untuk memperindah gigi, prosedur yang disebut polishing gigi ini juga membantu meningkatkan kesehatan gigi dan mulut Anda.

Apa itu polishing gigi?

Polishing gigi adalah prosedur perawatan yang dilakukan dokter gigi untuk menghilangkan noda yang menempel pada gigi sekaligus menghaluskan permukaan gigi.

Prosedur ini membantu membuat gigi tampak lebih putih dan bersih dengan cara membersihkan noda yang timbul akibat kebersihan gigi yang buruk.

Dokter umumnya melakukan pemolesan setelah pembersihan gigi untuk mengangkat plak dan karang gigi yang membandel.

Polishing juga dapat dilakukan untuk membersihkan akar gigi yang terbuka setelah operasi gigi.

Perawatan gigi ini tidak menimbulkan rasa sakit pada gigi maupun gusi Anda. Namun, prosedur polishing gigi sebaiknya hanya dilakukan oleh dokter gigi berpengalaman.

Pemolesan bisa memengaruhi lapisan terluar gigi yang disebut enamel/email. Apabila tidak dilakukan dengan benar, hal ini malah bisa menimbulkan masalah lain, seperti gigi sensitif.

Jenis polishing gigi

gigi sensitif setelah scaling

Berdasarkan tujuannya, prosedur pemolesan gigi terbagi menjadi empat jenis berikut.

1. Therapeutic polishing

Beberapa kasus operasi gigi dapat menimbulkan dampak berupa munculnya sementum, yakni jaringan ikat keras yang melapisi bagian akar gigi.

Jenis pemolesan ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri yang dapat menginfeksi akar gigi.

2. Cosmetic polishing

Selain untuk tujuan estetika, polishing gigi juga membantu menghilangkan lapisan plak dan noda yang menempel pada permukaan gigi.

Pemolesan dengan pasta gigi khusus abrasif (pengikis) tertentu juga akan membantu dalam memutihkan gigi Anda.

3. Superficial polishing

Perawatan ini hanya berfokus pada bagian mahkota gigi (crown). Teknik yang digunakan pun bertujuan untuk meningkatkan estetika dari penampilan gigi saja.

4. Selective polishing

Jenis polishing gigi ini dilakukan untuk menghilangkan sisa noda atau perubahan warna yang timbul setelah scaling atau prosedur perawatan gigi lainnya.

Manfaat polishing gigi

Sebuah studi dalam jurnal The Cochrane (2018) menemukan polishing gigi secara teratur saja mungkin tidak secara signifikan mencegah penyakit gusi atau periodontitis.

Meski begitu, studi yang sama juga menemukan bahwa orang yang rutin scaling dan polishing gigi memiliki penumpukan bakteri dan plak yang lebih sedikit pada giginya.

Bakteri, plak, dan sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi dapat merusak lapisan enamel gigi. Jika tidak segera ditangani, hal ini bisa berkembang jadi gigi berlubang.

Selain itu, terdapat beberapa manfaat lain dari prosedur pemolesan gigi.

  • Membantu mencegah pembentukan bakteri pada akar gigi yang terbuka pasca-operasi.
  • Menghilangkan noda pada permukaan gigi yang berasal dari makanan, minuman, kebiasaan merokok, dan kebersihan gigi yang buruk.
  • Memperbaiki penampilan gigi sehingga bisa meningkatkan kepercayaan diri.

Kapan perlu melakukan polishing gigi?

Polishing sebaiknya dilakukan secara rutin bersamaan dengan pemeriksaan dan scaling gigi setiap enam bulan sekali. Namun, orang yang berisiko atau mengalami gejala penyakit gusi dapat menjalani prosedur ini setiap 2–3 bulan sekali.

Peringatan dan perhatian sebelum polishing gigi

Meski memiliki sejumlah manfaat, pemolesan gigi dapat berdampak buruk bagi sebagian orang.

Polishing gigi bisa mengikis lapisan enamel yang kaya fluoride. Gigi yang terkikis umumnya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk pulih kembali.

Hilangnya lapisan yang berfungsi melindungi gigi ini tentu akan meningkatkan risiko gangguan gigi. Alhasil, dokter tidak akan melakukan polishing pada semua pasien.

Beberapa kondisi yang membuat pasien tidak disarankan menjalani polishing gigi meliputi:

  • gigi berlubang yang parah,
  • gingivitis akut atau periodontitis,
  • menggunakan gigi palsu, crown, atau implan gigi,
  • alergi terhadap bahan atau larutan abrasif yang digunakan,
  • gigi yang baru terbentuk,
  • gigi sensitif, dan
  • masalah pernapasan.

Di samping itu, pemolesan gigi tidak dapat menghilangkan semua jenis noda pada gigi. Prosedur ini hanya ampuh pada noda akibat minum kopi, teh, wine, atau kebiasaan merokok.

Noda yang timbul akibat efek samping antibiotik, infeksi atau penyakit bawaan, serta kelebihan asupan kalsium (fluorosis) tidak bisa dihilangkan dengan prosedur ini.

Prosedur polishing gigi

Sebelum melakukan prosedur ini, dokter gigi akan memeriksa kondisi gigi dan mulut Anda. Jika terdapat karang gigi, dokter biasanya juga menganjurkan scaling gigi.

Scaling dilakukan dengan menggunakan ultrasonic scaler. Alat ini membantu menghancurkan dan merontokkan karang gigi yang menempel pada gigi.

Apabila karang gigi sudah bersih, dokter baru akan melakukan polishing gigi untuk menghapus noda dan permukaan yang kurang rata pada gigi.

Dokter akan memoles gigi menggunakan alat bor yang mempunyai ujung karet (rubber cup). 

Kemudian, dokter akan mengoleskan bahan atau larutan abrasif pada gigi, lalu meratakannya dengan rubber cup yang diputar dengan kecepatan rendah.

Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa menggunakan air polishing. Teknik ini memadukan air, tekanan udara, dan bahan abrasif untuk memoles gigi.

Prosedur ini dilakukan pada bagian yang tidak bisa dijangkau rubber cup, sekaligus membantu pasien dengan masalah gigi sensitif atau sedang menggunakan kawat gigi.

Keseluruhan prosedur ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 30–120 menit. Lama waktu perawatan tergantung tingkat keparahan gigi.

Pemulihan setelah polishing gigi

prosedur polishing gigi

Dokter gigi biasanya akan langsung memperbolehkan Anda pulang setelah menjalani prosedur. 

Anda mungkin mengalami rasa tidak nyaman pada gigi dan mulut. Oleh sebab itu, dokter akan meminta Anda untuk berpuasa makan dan minum selama 30–60 menit setelah polishing gigi.

Selain itu, dokter Anda mungkin juga meresepkan obat pereda nyeri, seperti paracetamol, guna meringankan rasa sakit atau nyeri yang mengganggu.

Dokter gigi juga bisa meresepkan antibiotik dan obat kumur (mouthwash) bila diperlukan.

Rasa tidak nyaman ini akan berangsur hilang dalam beberapa hari. Selain polishing gigi, Anda juga perlu menjaga kesehatan gigi dengan langkah-langkah seperti berikut.

  • Menyikat gigi dengan pasta gigi ber-fluoride dua kali sehat, yakni pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
  • Menggunakan benang gigi (dental floss) dan obat kumur setelah menyikat gigi.
  • Mengonsumsi makanan sehat dengan memperbanyak buah dan sayuran.
  • Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang bersifat manis dan asam.
  • Berhenti merokok dan membatasi minuman beralkohol.

Penting juga untuk melakukan pemeriksaan gigi rutin setiap enam bulan sekali. Selain itu, segera kunjungi dokter gigi bila Anda mengalami masalah lainnya pada gigi dan mulut.

Melakukan perawatan sedini mungkin tentu akan membantu Anda mendapatkan perawatan yang tepat dan mencegah komplikasi serius.

Perbedaan scaling dan polishing gigi

  • Polishing gigi bertujuan untuk membuat gigi lebih cerah dengan menghilangkan noda yang menempel pada gigi dan menghaluskan permukaan gigi.
  • Scaling gigi bertujuan untuk membersihkan plak dan karang gigi yang menempel atau mengeras pada permukaan gigi dan garis gusi.
  • Umumnya, dokter akan melakukan pemolesan setelah membersihkan gigi. Konsultasi dengan dokter gigi Anda untuk memperoleh perawatan terbaik.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Napitu, A., & Evanson, A. S. (2022). Teeth cleaning guide: Tartar removal, and dental costs. Dentaly.org. Retrieved November 10, 2022, from https://www.dentaly.org/us/oral-hygiene/teeth-cleaning/

Harmon, J., & Brame, J. L. (2018). Air polishing for today’s dental hygienist. Dimensions of Dental Hygiene. Retrieved November 10, 2022, from https://dimensionsofdentalhygiene.com/article/air-polishing-for-todays-dental-hygienist/

Lamont, T., Worthington, H. V., Clarkson, J. E., & Beirne, P. V. (2018). Routine scale and polish for periodontal health in adults. The Cochrane database of systematic reviews, 12(12), CD004625. https://doi.org/10.1002/14651858.CD004625.pub5

Chowdhary, Z., & Mohan, R. (2018). Efficiency of three different polishing methods on enamel and cementum: A scanning electron microscope study. Journal of Indian Society of Periodontology, 22(1), 18–24. https://doi.org/10.4103/jisp.jisp_40_17

Sawai, M. A., Bhardwaj, A., Jafri, Z., Sultan, N., & Daing, A. (2015). Tooth polishing: The current status. Journal of Indian Society of Periodontology, 19(4), 375–380. https://doi.org/10.4103/0972-124X.154170

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Apakah Scaling Dapat Membuat Gigi Menjadi Sensitif?

Mengenal Prosedur Implan Gigi, Apa Kelebihannya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan