Halo dok,
sudah 3 bulan ini BB dan TB bayi saya seret banget dok bahkan sempat kemarin BBnya turun dan juga makanan sering dilepeh.
di
... Lihat Lainnya🔥 Diskusi Menarik
Halo dok, ijin bertanya, saya memiliki anak usia 6th setengah perempuan, dia kalo sedang sendiri suka kepergok sama saya memasukan tangannya ke dalam celana, tapi setelah kepergok dia seolah berpura² tidak terjadi apa²Setelah saya selidiki, ternyata benar dugaan saya, anak perempuan saya suka memainkan alat kelaminnya 😭 pertanyaan saya apakah wajar anak seusia dia bisa merasakan rasa nikmat sperti orang dewasa masturbasi? Walaupun sebenarnya dia belum masturbasi karna saya cek di celananya bersih . terimakasih sudah berkenan menjawab pertanyaan saya dok 🙏🏻
1 komentar
Terbaru
Anda sekarang bisa mulai memposting cerita dan komentar.
Dapatkan saran dari dokter, pakar, dan duta komunitas.
Bagikan pengalaman Anda dengan orang lain yang mungkin membutuhkan.
Terus aktif dan jadilah Duta Komunitas dengan mengumpulkan poin
Halo Zeefarah, terima kasih atas pertanyaan anda
Kami memahami kekhawatiran anda terkait perilaku anak.
Dalam teori perkembangan psikoseksual (Sigmund Freud), dijelaskan bahwa anak usia 3-6 tahun anak memasuki fase phalic. Pada tahap ini, anak mulai menyadari perbedaan antara laki-laki dan perempuan, serta menjadi lebih tertarik pada tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Fokus utama perkembangan psikoseksual anak berada pada alat kelamin, yang menjadi zona erotogenik atau sumber kepuasan utama. (Setiap tahap perkembangan memiliki zona erogenetiknya).
Anak pada usia ini sering kali mengeksplorasi tubuhnya sendiri, termasuk menyentuh atau bermain dengan alat kelamin mereka. Hal ini merupakan bagian normal dari perkembangan, bukan tanda masalah perilaku atau gangguan seksual. Namun, sebagai orang tua sebaiknya tidak bereaksi terlalu keras atau menegur dengan kasar dapat menyebabkan rasa bersalah dan kecemasan pada anak terkait dengan seksualitasnya di kemudian hari.
Yang dapat dilakukan adalah memulai dengan berkomunikasi terbuka terkait perasaannya tanpa menghakimi agar anak merasa aman bercerita. Sebaiknya menghindari label negatif pada perilaku tersebut misalnya "nakal" atau "jorok". Tetapi ajarkan konsep rasa malu dengan mengenalkan batas privasi anak (bagian tubuh yang hanya boleh disentuh oleh dirinya sendiri dan tidak boleh disentuh oleh orang lain). Berikan kesempatan untuk bertanya terkait rasa penasarannya dan jawab dengan jujur serta menggungakan bahasa yang ia pahami. Memperhatikan lingkungan sosial dan tontonan yang dikonsumsi karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi perilaku anak.
Jika dirasa kejadian ini semakin mengganggu, silakan berkonsultasi langsung dengan psikolog